Covid-19 membuat negara- negara di dunia semakin hari semakin hingar bingar. Wabah corona ini telah berdampak luas pada semua sektor kehidupan manusia. Menyebabkan efek domino yang membuat manusia penuh dengan kecemasan dan kepanikan, termasuk di Indonesia.

Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan beberapa maklumat terkait antisipasi penyebaran virus mematikan ini, salah satunya adalah dengan menjaga social distancing dan meliburkan kegiatan pendidikan dan perkantoran yang digantikan dengan belajar atau bekerja dari rumah.

Beberapa daerah yang sudah terindikasi adanya korban positif corona bahkan diinstruksikan untuk mengambil langkah-langkah tepat dan terukur guna memutus mata rantai penularan virus ini, termasuk mengisolasi beberapa daerah tertentu.

https://www.facebook.com/108420987408730/posts/125469112370584/

Nusa Tenggara Barat sebagai sebuah destinasi wisata yang ramai dengan keluar masuknya Wisatawan asing dan domestik tak mau kecolongan. Spirit menuju zero cases corona kian banyak digaungkan.

Melalui rapat terbatas pada Ahad (15/03/2020), Gubernur NTB Dr. Zulkieflimansyah memutuskan untuk menutup akses tiga Gili yaitu Meno, Air, dan Trawangan (Matra)  dari fastboat yang melayani penumpang dari dan menuju Bali.

Sontak keputusan tersebut membuat perdebatan pro kontra di masyarakat, terutama pada pelaku industri perhotelan dan Restaurant yang berada di kawasan desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara (KLU) tersebut.

Dikonfirmasi melalui pesan singkat oleh tim liputan lensamandalika.com, salah seorang pemilik usaha homestay di Desa Gili Indah, Sri Hayati menyampaikan bahwa mereka menghormati keputusan Gubernur NTB menutup akses fastboat dari Bali ke Gili untuk antisipasi penyebaran virus Corona.

“Tapi akhirnya informasinya menjadi bias, seolah-olah Gili tidak aman lagi untuk dikunjungi bahkan banyak turis mancanegara eksodus dari tiga gili ini dikarenakan keputusan tersebut”, terangnya.

Hal senada juga diungkapkan Masrun, kondisi saat ini persis seperti saat gempa 2018 lalu dimana turis yang tinggal di gili bisa dihitung jari karena biasnya info penutupan tersebut.

“Andaikata bahasanya fastboat Bali-Gili atau sebaliknya di stop sementara, mungkin tidak akan berpengaruh. Karena disini infromasi yang tersebar,  3 Gili akan ditutup, sehingga tamu-tamu bingung mau pergi kemana”, tulis Kadus Gili Meno ini melalui aplikasi berbagi pesan whatsapp.

https://www.facebook.com/108420987408730/posts/125465059037656/

Dihubungi oleh tim liputan lensamandalika.com, Jumas Rikardus anggota Gili Hotel Association (GHA) mengatakan bahwa akan ada pertemuan dengan Gubernur NTB hari ini (18/3/2020).

“Kami dari GHA akan ada pertemuan dan konferensi pers dengan Gubernur NTB agar satu suara. Kondisi occupancy hotel benar-benar drop pasca pengumuman penutupan Gili selama dua pekan beberapa hari lalu, sebetulnya bukan penutupan tapi penyetopan akses fast boat dari Bali ke Gili atau sebaliknya”, ungkapnya.

“Ini yang disinformasi dan disalahartikan. Buktinya wisatawan tetap bisa masuk Gili melalui Pelabuhan Bangsal, Teluk Nare dan Teluk Kode’. Bandara juga masih beroperasi seperti biasa, termasuk pelabuhan Lembar. Jadi bukan di tutup sama sekali”, terang Manager Sunset Palm Resort, Gili Trawangan ini. (red/LSI)