Di halaman Masjid Agung Bandung, sekelompok orang mencopot dan menurunkan baligo yang berisi maklumat bahwa untuk sementara waktu DKM tidak menyelenggarakan sholat Jumat dan sholat wajib berjamaah. “Turunkan saja, DKM jangan takut enggak digaji, jangan takut sama Ridwan Kamil. Takut ke Gusti Allah,” tutur salah seorang peserta aksi [15] . Padahal Majelis Ulama Indonesia (MUI), NU dan Muhammadiyah, sudah mengeluarkan fatwa agar sholat jamaah diadakan di rumah, dan sholat Jumat diganti dengan sholat zhuhur [16] [17] [18] .

Tidaklah mengherankan jika sebagian masyarakat masih ngeyel dan tetap datang ke masjid, karena sekelas mantan Pangab, Jenderal (pur) Gatot Nurmantyo, justeru menggaungkan gerakan memakmurkan masjid dan salat berjemaah di tengah wabah virus Corona.

“Sepertinya ada yang keliru..?? Di negeri asalnya covid-19-cina, yg penganut paham komunis dan sebagian besar tdk beragama beramai-ramai mendatangi Masjid dan Belajar Berwudhu hingga mengikuti Sholat Berjamaah,” tulis Gatot [19] . Namun, lanjutnya, di negeri mayoritas muslim justru sebaliknya, malah ramai-ramai menggaungkan fobia terhadap masjid. Ini seakan-akan masjid sebagai sumber penularan COVID-19. Lantas, menurutnya, apakah mal, gereja, vihara, kelenteng, hingga lift sarana umum ‘lebih aman’ daripada masjid?” [19]

Hal senada juga diungkapkan oleh Pendeta Dr. Yakub Nahuway dalam sebuah kebaktian, “Sekarang gereja melarikan diri dari kenyataan dan tidak menjadi sahabat. Beberapa gereja besar di Jakarta meliburkan jemaah hanya karena virus Corona. Mereka menampakkan diri bahwa Tuhan kalah dengan virus … Hidup kita bukan di tangan virus. Virus punya mata. Sasaran dia hanyalah orang-orang yang jauh dari Tuhan. Orang yang dekat dengan Tuhan dilindungi di bawah kepak-Nya!” [20]

Ustad Abdul Somad (UAS) dalam salah satu ceramahnya, berkata bahwa Corona adalah tentara Allah, dan orang Uyghur tidak terkena virus ini karena mereka berwudhu.

“Macam-macam tentara Allah datang. Adapula tentara yang terakhir ini bernama Corona. Orang yang berada di Uyghur, tak terkena virus ini. Banyak orang terheran-heran. Apa sebab? Salah satu sebabnya karena mereka berwudhu. Setiap hari mereka membasuh tangan. Virus tidak akan terkena kepada orang yang selalu menjaga kesucian,” ujar UAS [21].

Padahal kita semua tahu bahwa banyak saudara kita yang muslim di berbagai negara, termasuk suku Uyghur di Xinjiang, dan mereka yang suka berwudhu, menjadi korban keganasan virus Corona. Inilah yang terjadi jika pemuka agama, baik ustad maupun pendeta, berceramah namun tanpa ilmu pengetahuan.

Dalam salah satu video, di hadapan puluhan jamaah tabligh, seorang penceramah berkata, “Baru satu macam virus Corona datang, seluruh dunia geger. Gampang itu selesaikan Corona, kirim jamaah ke tempat Corona. Virus Corona takut sama jamaah. Jamaah hanya takut kepada Allah SWT. Jamaah tidak takut dengan Corona!” [22]

Semua pun tahu, dua kematian pertama di Malaysia, salah satunya adalah jamaah yang menghadiri tabligh akbar (Ijtima Jamaah Tabligh) yang telah menginfeksi 2/3 dari negara tersebut.