Mataram – Kasus positif virus corona di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terus mengalami peningkatan. Data terakhir yang dikeluarkan oleh Pemerintah provinsi (Pemprov) NTB melalui gugus tugas percepatan penanganan Covid-19, Selasa malam (21/4/2020) menyebutkan, terdapat penambahan 15 kasus baru berdasarkan pemeriksaan SWAB oleh Laboratorium Biomedis RSUD NTB sehingga total keseluruhan kasus menjadi 108 orang.
Adapun rinciannya adalah 11 orang telah sembuh, 4 orang meninggal dunia, dan 93 lainnya masih dalam perawatan di rumah sakit dan pusat karantina lainnya yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di NTB.
Meskipun banyak yang menilai kebijakan ini terlambat lantaran telah terjadi penularan yang begitu massif khususnya dari klaster Gowa, Pengamat Ekonomi dan Kebijakan Publik, yang juga CEO Berugak Lombok, Supiandi, SE., M.Ec.Dev mengapresiasi tindakan pemusatan karantina yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten/Kota se-NTB itu.
Menurutnya, sejak awal pandemi Covid-19 di NTB, ia telah merekomendasikan kepada Pemerintah agar dilakukan karantina khusus/terpusat berdasarkan kluster penyebaran virus corona demi mengantisipasi penularan yang bisa berlangsung dengan sangat cepat.
“Hal yang paling kita khawatirkan sebenarnya bukan pembawa utama, melainkan potensi penularan yang terjadi dari pembawa utama. Sejauh ini, ada 4 klaster yang sudah menularkan yaitu klaster Gowa, Bogor, Jakarta1 dan Jakarta2, jelasnya ketika dikonfirmasi oleh redaksi lensamandalika.com di Mataram, Rabu (22/4/2020).
Klaster Gowa, menurut Supiandi adalah klaster gunung es dengan pembawa utama sampai hari ini (22/4/2020) sebanyak 53 orang, dengan penularan tahap 1 sudah 20 orang.
“Pasien nomor 39 ditularkan oleh pasien nomor 19, sedangkan 19 pasien lainnya sampai saat ini belum ditemukan ditularkan oleh siapa dan dalam rilis hanya diketahui memiliki kontak erat dengan kluster Gowa, bahkan pasien nomor 65 sudah meninggal tapi belum diketahui tertluar darimana,” paparnya.
Mencairnya gunung es di kluster Gowa, Supiandi melanjutkan, akan terjadi jika adanya penularan tahap 2 yang pasti akan berakibat fatal karena susah ditelusuri dan dikendalikan.
“Alhamdulillah sampai saat ini belum terjadi, karena untuk mengendalikannya butuh biaya dan waktu karena Covid-19 sudah menyatu dengan masyarakat luas,” lanjutnya.
Terkait klaster Gowa, Gubernur NTB, DR. Zulkieflimansyah telah membuka data klaster ini. Berdasarkan rilis resmi yang disampaikan pemprov (21/4/2020), Sejauh ini total Jemaah Tabligh eks Gowa yang telah menjalani pemeriksaan cepat dengan metode rapid test sebanyak 1299 orang dengan hasil reaktif sebanyak 354 orang. Menurut Gubernur, Biasanya lebih dari 50% berpotensi positif Corona.
Berdasarkan perkembangan kasus positif corona di NTB, Supiandi menjelaskan bahwa klaster Bogor sejak tanggal 16 April jumlahnya tidak bertambah yakni pembawa utama 1 orang dan sempat menularkan ke 7 orang di tahap 1 dan 7 orang ditahap 2. (Penjelasan sesuai grafik di Gambar Tahap Penularan Covid-19 di NTB)
Sedangkan, untuk Klaster Jakarta1 (Sesuai Gambar jalur penyebaran covid-19 di NTB) menurutnya sudah bisa dikendalikan sejak tanggal 10 april 2020.
“Klaster ini berada di Kabupaten Lombok Timur, dan Alhamdulillah per tanggal 15 April 2020, 5 orang sudah sembuh dan hanya menyisakan 1 orang yang masih positif yaitu pasien 02. Untuk klaster Jakarta2 dengan pembawa utama yakni pasien 05 asal kota Mataram, tidak terlalu dikhawatirkan karena sejak tanggal 11 april 2020 tampak bisa dikendalikan dengan tidak adanya perkembangan penyebaran baru yang terdeteksi hingga saat ini,” imbuh alumni Universiteit Antwerpen Belgia itu.
CEO Berugak Lombok itu percaya bahwa pemerintah bisa dan mampu menangani covid-19, namun harus tetap fokus pada tahap pencegahan agar tidak terjadi penularan yang lebih luas. Terlebih ketika bulan puasa akan berpotensi terjadinya pelanggaran terkait himbauan untuk melakukan social dan physical distancing jika pemerintah abai untuk mengingatkan kembali.
“Lebih baik mencegah daripada mengobati karena akan membutuhkan waktu dan biaya yang cukup mahal, plus ada turunan dampak yang harus kita tanggung yaitu dampak sosial dan ekonomi. Semakin cepat wabah ini terselesaikan, biaya yang akan dikeluarkan semakin sedikit,” tutupnya.
(Red/LensaMandalika)