Travel (Lensamandalika.com) – Perkembangan terkini terkait penyebaran virus corona di dunia (23/4/2020), 2.627.630 orang terinfeksi, 711.144 orang sembuh, dan lebih dari 177.293 orang meninggal dunia. Sedangkan di Indonesia berdasarkan data terakhir dari BNPB (23/4/2020), total kasus positif corona 7.775 orang dengan rincian 647 orang meninggal dunia, 960 orang sembuh, dan sisanya masih dalam perawatan.

Berkaitan dengan hal tersebut, sektor pariwisata menjadi salah satu yang paling terdampak dengan mewabahnya virus corona, bukan hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia.

Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat lebih dari 1500 hotel di seluruh Indonesia harus tutup dengan kian menurunnya angka kunjungan wisatawan.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, angka kerugian yang ditanggung oleh sektor pariwisata akibat wabah virus corona tembus hingga US$ 500 juta atau hampir Rp 7 triliun per bulan.

Baca juga:  Efek Corona, Pariwisata Indonesia Baru Akan Pulih pada 2022

Sementara itu, menurut kajian yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, industri pariwisata baru akan pulih pada tahun 2022, bahkan bisa lebih buruknya yakni pada tahun 2023 mendatang.

Demi mempercepat pulihnya Industri pariwisata, Organisasi Pariwisata Dunia, yakni United Nations World Tourism Organization (UNWTO) bersama Indonesia Tourism Forum (ITF) menginisiasi sebuah Webinar online dengan tema Impact of Covid-19 and a Glimmer of Hope for Tourism Industry bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia, dan Stakeholder Pariwisata lainnya yang meliputi tokoh dan pegiat pariwisata nasional dan internasional untuk merumuskan rekomendasi percepatan pemulihan Industri Pariwisata secara Global, Rabu (22/4/2020) kemarin.

Pada Webinar online tersebut diikuti oleh perwakilan UNWTO yakni Ms. Sandra Cavao yang merupakan Chief of Tourism Market intteligence and competiveness, Ni Wayan Giri Adnyani selaku Sekretaris Kemenparekraf RI, dan dimoderatori oleh mantan wakil menteri pariwisata dan ekonomi kreatif, DR. Sapta Nirwandar. Tokoh lainnya yang diundang pada webinar online via aplikasi ZOOM itu adalah Pegiat pariwisata nasional yang juga founder Temannya Wisatawan, Taufan Rahmadi.

Baca juga:  Minim Kontribusi, Presiden Jokowi Sindir Menparekraf Wishnutama

Pada presentasi berjudul Impact Assessment of the COVID-19 Outbreak on Internasional tourism, UNWTO menyampaikan bahwa perkembangan terakhir (langkah-langkah karantina, larangan bepergian & penutupan perbatasan di sebagian besar Eropa, yang mewakili 50% dari pariwisata internasional, dan di banyak negara di Amerika, Afrika dan Timur Tengah), evolusi di Asia dan Pasifik dan pola krisis sebelumnya (2003
SARS dan krisis ekonomi global 2009), UNWTO memperkirakan kedatangan wisatawan internasional bisa menurun sebesar 20% menjadi 30% pada tahun 2020.

Menurut UNWTO, kerugian global pada industri pariwisata yang disebabkan oleh merebaknya virus corona berkisar pada angka 200 hingga 300 miliar dollar Amerika.

“Estimasi ini harus ditafsirkan dengan hati-hati mengingat sebelumnya belum pernah terjadi krisis seperti ini. Kita sudah memiliki referensi untuk SARS dan krisis ekonomi global pada tahun 2009, namun krisis yang disebabkan oleh pandemi covid-19 ini tidak seperti yang lain. UNWTO akan terus memantau dampak COVID-19 pada pariwisata internasional,” papar perwakilan UNWTO, Sandra Cavao.

Menurut Sandra Cavao, Seluruh dunia belum mengetahui kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir, namun yang pasti pandemi ini akan menyebabkan banyak pekerja di Industri pariwisata harus dirumahkan dan pemerintahan di setiap negara harus bersiap melindungi segmen industri pariwisata yang paling rentan seperti Usaha Kecil Menengah (UKM) dan wiraswasta lainnya.

Baca juga:  Efek Corona: 50 Juta Orang di Sektor Pariwisata Berpotensi Kehilangan Pekerjaan

“Pemerintah perlu menyiapkan mekanisme yang baik agar perusahaan-perusahaan khususnya pada industri pariwisata agar bisa bertahan sampai pandemi ini dinyatakan berakhir. Selain itu, perlu disiapkan rencana mitigasi dan pemulihan yang terkoordinasi dan kuat untuk mendukung sektor pariwisata sehingga dapat segera pulih dan kembali menciptakan lapangan kerja yang banyak,” tegasnya.

Sementara itu, Perwakilan Kemenparekraf RI, Ni Wayan Giri Adnyani pada presentasi yang berjudul IMPACT OF COVID-19 OUTBREAK AND A GLIMMER OF HOPE ON THE INDONESIA TOURISM menyampaikan arahan Presiden RI Joko Widodo terkait tiga langkah strategis untuk selamatkan industri pariwisata yakni program perlindungan sosial bagi pekerja pariwisata, realokasi anggaran di Kementerian Pariwisata ke kegiatan lain semacam program padat karya, dan stimulus ekonomi bagi para pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif

Sementara itu pada sesi diskusi, Taufan Rahmadi sebagai pegiat pariwisata nasional dan Founder Temannya Wisatawan mendapat kehormatan di forum webinar online UNWTO untuk mengajukan saran terkait mitigasi pariwisata dan solusi ditengah mewabahnya virus corona di seluruh dunia.

Menurut Taufan, persoalan mitigasi sering kali menjadi hal yang dikesampingkan di negara – negara yang justru sangat bergantung pada sektor pariwisata. Mitigasi selalu diletakkan di urutan paling akhir dari sebuah kebijakan dan layanan pariwisata.

Baca juga:  Pemprov NTB Belum Serius Atasi Wabah, Positif Covid-19 Terus Bertambah

Mewabahnya virus corona, lanjut Taufan, Harus ada konsensus bersama antara negara-negara di seluruh dunia dibawah naungan UNWTO untuk mengatur masalah mitigasi pariwisata dengan cara yang lebih tegas, tidak saja di atas kertas tetapi juga dalam implementasi.

“UNWTO harus bisa memastikan setiap negara wajib menjalankan sebuah protokol yang ketat terkait mitigasi pariwisata. Apabila tidak dijalankan, UNWTO berhak memberikan sanksi kepada negara tersebut untuk tidak direkomendasikan kepada para wisatawan dunia untuk dikunjungi. Mitigasi Pariwisata harus menjadi syarat utama kelayakan sebuah destinasi pariwisata, dan menjadi point penting di dalam indeks persaingan pariwisata dunia,” paparnya.

Selain mengenai mitigasi, pegiat pariwisata nasional yang identik dengan Sapuk (ikat kepala khas suku sasak) itu mengusulkan kepada UNWTO agar menjadikan pariwisata halal sebagai salah satu solusi untuk memulihkan pariwisata dunia.

“Salah satu esensi dari halal dalam Islam adalah sehat, bersih, dan layak. Dengan esensi ini sudah bisa menunjukkan bahwa bicara pariwisata halal bukan terbatas pada bicara tentang gaya hidup untuk umat islam saja, tapi gaya hidup sehat dan bersih adalah bersifat inklusif untuk siapa saja , termasuk wisatawan non muslim,” terangnya.

Baca juga:  Surat Terbuka Untuk Wishnutama: Kami Jatuh Total dan Susah Cari Makan

Lebih lanjut, ia mendorong UNWTO dan masyarakat di negara-negara terdampak yang menggantungkan hidup pada sektor pariwisata agar melakukan gerakan bersama dalam menyadarkan dunia bahwa pariwisata halal adalah salah satu bentuk layanan yang dibutuhkan untuk menjaga dunia pariwisata agar tetap bersih, sehat dan mampu mendidik wisatawan untuk menjadi wisatawan yang bertanggung jawab. (Red/_dwr)