Mataram – Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), total Desa Wisata yang ada di Indonesia berjumlah 1.734 yang tentunya saat mewabahnya Covid-19 seperti sekarang ini sedang tahap surviving dan memikirkan segala cara agar usaha wisatanya dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19. 

Berdasarkan Survey cepat yang dilakukan oleh Desa Wisata Institute pada 2 sd 8 April 2020 yang disebar ke beberapa desa/kampung wisata melalui jaringan Forum Komunikasi Desa Wisata di Indonesia menunjukkan banyaknya kerugian yang dialami oleh desa wisata akibat dari pembatalan/penundaan calon wisatawan di bulan Maret yang lalu berkisar antara 25-100 juta rupiah.

Menurut Aktifis Pariwisata Indonesia, Taufan Rahmadi, untuk bertahan hidup dan pulih kembali dari covid-19 ini dibutuhkan energi kebersamaan dari seluruh stakeholder bukan hanya dari Desa wisata, namun seluruh stakeholder terkait yang menggantungkan hidupnya pada sektor pariwisata di Indonesia.

Baca Juga: Bantu Pemerintah Cegah Corona, Ini yang Dilakukan ITDC di Mandalika dan Nusa Dua

“Harus ada ide untuk menyatukan kekuatan seluruh desa wisata yang tersebar diseluruh Indonesia agar bisa menjadi salah satu tujuan wisata prioritas nanti setelah Covid-19 mereda,” ungkapnya kepada tim liputan Lensamandalika.com, Selasa (12/5/2020).

Dengan dijadikannya desa wisata menjadi tujuan wisata prioritas, kata Taufan, desa wisata diharapkan bisa mendapat keutamaan dari pemerintah yakni pada program-program pengembangan pariwisata, baik itu program pembenahan destinasi, peningkatan kualitas SDM ataupun prioritas dalam segi pemasarannya kepada wisatawan baik dalam dan luar negeri.

Taufan menjelaskan bahwa untuk bangkit kembali setelah pandemi, harus ada ‘restart action’ dari pengelola desa wisata agar bisa membangkitkan kembali gairah wisatawan untuk berwisata ke desa-desa wisata di Indonesia.

Baca Juga: The New Normal, Model Baru Pengembangan Pariwisata Indonesia Pasca Covid-19

“Restart actionnya ada tiga, Re-launch Desa Wisata, Re-Standard Amenities, dan Re-Design Marketing,” jelasnya.

Re – Launch Desa Wisata yakni membangun komunikasi, memperbarui akses ke pemerintah, baik pemerintah daerah ataupun pusat. Re – Standard Amenitas yakni menyiapkan amenitas desa wisata dengan memperhatikan standard kesehatan dan kebersihan sebagai yang utama, sedangkan Re – Design Marketing, sambung Founder temannya wisatawan itu adalah dengan cara menyusun kembali rencana pemasaran dari produk layanan desa wisata.

“Definisikan kembali branding yang selama ini melekat pada desa wisata termasuk dengan cara mengaktifkan promosi melalui semua kanal platform, baik online ataupun offline,” imbuhnya.

Trend Prilaku Traveler disaat awal meredanya Covid-19 nanti, imbuhnya, Traveler belum tertarik menggunakan pesawat terbang untuk berlibur dengan jarak yang begitu jauh dari tempat tinggal mereka.

Baca Juga: Ditunjuk Jadi Korwil Satgas BUMN di NTB, ITDC Gerak Cepat Salurkan APD ke RSUD NTB

“Wisatawan akan cenderung berlibur ke obyek-obyek wisata lokal, domestik, bukan obyek wisata yang berada di luar negeri dan mencari obyek wisata yang relatif tidak terlalu jauh dan dapat dijangkau dengan mengemudikan kendaraan sendiri melalui darat bersama keluarga,” jelas mantan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Provinsi NTB itu.

Terkait momentum untuk Desa Wisata bisa bangkit kembali, Ia mengatakan ada dua momentum, yakni momentum di fase awal dari redanya covid-19.

“Desa-desa wisata yang berada dalam lingkup wilayah sebuah kabupaten atau provinsi akan diserbu oleh para wisatawan lokal yang tetap ingin berlibur tapi tidak ingin terlalu jauh dari tempat tinggal mereka,” paparnya.

Sedangkan momentum kedua, sambungnya, adalah momentum di fase Indonesia dan seluruh dunia sudah bebas dari covid-19

Pade fase tersebut, menurut mantan PIC Mandalika itu, wisatawan domestik ataupun mancanegara sudah mulai berani mendatangi destinasi wisata yang jaraknya jauh dari tempat tinggal mereka dengan menggunakan transportasi udara ataupun laut.

“Disinilah saatnya Desa2 Wisata di Indonesia harus tampil menjadi destinasi pilihan utama dari para wisatawan tersebut,” ungkpanya optimis.

Baca Juga: Program Kemenparekraf Hadapi Pandemi Corona Minim Terobosan

Selain strategi untuk bangkit kembali, Taufan mengungkapkan bahwa desa wisata di Indonesia juga membutuhkan strategi agar bisa menang lawan Covid-19.

“Saya sebut sebagai vaksin. selain corona, Desa wisata juga butuh vaksin yaitu SOS dan HOT,” jelasnya.Pergunakan Vaksin SOS dan HOT

Vaksin SOS ( Solidarity on Survival ) adalah kaitannya tentang solidaritas agar bisa bertahan dan melalui pandemi covid-19 dengan cara bersatu saling bantu untuk bertahan hidup disaat masa tanggap darurat dan mengintensifkan komunikasi dengan pemerintah, baik pusat dan daerah untuk segera memberikan bantuan ( APD dan Sembako ) untuk seluruh desa wisata di Indonesia.

Sedangkan vaksin HOT ( Healing on Tourism ) lanjut Taufan adalah berkaitan dengan standar pelayanan amenitas di desa wisata yaitu bersih dan higienis, standar operasional prosedur (SOP) mitigasi pariwisata yang mengacu pada standar global dari UNWTO, dan terkait paradigma pemasaran pariwisata yang semula berbasis kuantitas menjadi berbasis kualitas.

Sebagai tindak lanjut, Taufan juga mengatakan bahwa pemerintah dalam hal ini Kemenparekraf sudah waktunya untuk merevitalisasi keberadaan desa-desa wisata di Indonesia dengan seluruh Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) yang berada didalamnya untuk menjadi kekuatan baru guna mempercepat pemulihan pariwisata Indonesia pasca pandemi covid-19.

Baca Juga: 1 Kabupaten di NTB Masuk Daftar Daerah Tertinggal di Indonesia

Terkait Paradigma di dalam pengembangan desa wisata pasca pandemi, menurut Taufan harus meningkatkan spiritual awareness yaitu berdasar pada pariwisata yang mampu meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa dan menghadirkan responsible traveler, wisatawan yang bertanggung jawab.

“Selain itu, pengelola juga harus berusaha memberikan layanan yang bersih, sehat dan professional sesuai standard global, serta tentunya mampu mensejahterakan warganya yang mencari kehidupan melalui desa wisata itu,” pungkasnya. (red/_dwr)