Mataram – Shalat hari raya Idul Fitri adalah momen sakral bagi ummat Muslim yang dilaksanakan dalam setahun sekali setelah melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan selama satu bulan penuh.

Hari raya Idul Fitri adalah momentum hari kemenangan setelah satu bulan penuh berpuasa, menahan segala hawa nafsu untuk menjadi insan yang kembali baru di hari yang fitri, penuh dengan keberkahan dan keagungan.

Namun, pelaksanaan shalat idul fitri tahun ini harus ‘terpaksa’ berbeda lantaran baik ulama maupun umara sepakat untuk melaksanakannya di rumah masing-masih karena masih berlangsungnya pandemi virus corona.

Pemerintah baik dari pusat dan daerah telah memberikan imbauan terkait hal tersebut, tak terkecuali Pemerintah provinsi NTB dan pemerintah Kabupaten/Kota dibawahnya. Imbaunnya tegas, Shalat Idul Fitri di rumah, termasuk pelaksanaan takbiran, dan halal bihalal yang biasanya menjadi tradisi pasca lebaran.

Baca Juga: Bantu Pemerintah Cegah Corona, Ini yang Dilakukan ITDC di Mandalika dan Nusa Dua

Kaitannya dengan hal tersebut, Gubernur NTB DR. H. Zulkieflimansyah menjelaskan mengapa harus melaksanakan shalat idul fitri di rumah masing-masing melalui laman facebook pribadinya, Bang Zul Zulkieflimansyah.

Ia mengungkapkan bahwa semua orang ingin menyelenggarakan Sholat Ied di Lapangan atau di masjid, mengumandangkan Takbir, mengagungkan kebesaran Allah setelah sama-sama melaksanakan Ibadah Ramadhan.

“Setelah Sholat, ada salam-salaman, bertemu dengan keluarga dan sahabat-sahabat lama. Rindu dan nostalgia bercampur menjadi satu. Ini tentu terasa sekali bagi mereka yg pulang kampung, momen yg sangat indah dan tak akan terlupakan,” ungkapnya.

Datang ke mall, ke toko-toko pakaian dll, lanjut Bang Zul juga bagian tak terpisahkan dari momentum Iedul Fitri yang selalu dirayakan. Khususnya bagi warga NTB. Menurutnya, wajar kalau kemudian banyak yang bertanya, kenapa harus Sholat Ied di rumah dan bukan di lapangan? Kenapa Mall dan toko-toko harus di tutup?

Baca Juga: Tambahan 17 Kasus Baru, Positif Corona di NTB Melambung Jadi 410

“Kita terpaksa mengambil keputusan yg berat ini selain karena arahan pemerintah pusat juga karena hasil musyawarah dengan MUI, Kementerian Agama, TNI, Polisi, Kabinda, dan Gugus Tugas Penanganan Covid NTB,” jelasnya.

Penanganan pandemi di NTB, sambungnya, sudah sangat baik dan terkendali. Jika tidak ada aral merintang, Ia menyebutkan akan banyak sekali pasien corona yang akan sembuh dalam waktu dekat.

Pemerintah Provinsi NTB menurutnya tidak mau mengambil risiko dengan adanya kelonggaran sehinnga dikhawatirkan akan muncul klaster penyebaran dan penularan baru yang membuat Gugus Tugas Covid-19 dan masyarakat NTB bisa kembali memulai dari awal terkait proses pengendalian pandemi corona.

Hal yang juga dihindarkan jika adanya claster baru dalam jumlah yang besar adalah keterbatasan alat dan prasarana yang ada sehingga bisa mengakibatkan tenaga-tenaga kesehatan harus menyabung nyawa demi menyembuhkan banyak pasien positif baru.

“Kami sadar betapa beratnya meninggalkan kebiasaan Sholat bersama di lapangan, tapi kalau kami mengingat berbagai kemungkinan terburuk yg mungkin terjadi, Pil Pahit untuk memohon agar Sholat Ied di rumah dan menutup sementara tempat-tempat yang memungkinkan hadirnya kerumunan memang terpaksa harus kita telan,” paparnya.

Baca Juga: Positif Corona di KLU Bertambah 12 Kasus, ‘Digempur’ Klaster Gowa dan Magetan

Saat ini, kasus positif corona di Provinsi NTB sudah lebih dari 400 orang, tepatnya 410 orang berdasrkan update terakhir dari Gugus Tugas Covid-19 NTB (21/5). Dari hasil tracing yang dilakukan petugas kesehatan, Bang ZUl menyebutkan bahwa 410 pasein tersebut sudah berinteraksi dengan lebih dari 5 ribuan orang dengan tidak menimbulkan gejala dan sudah tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di NTB.

“Tentu kita tak ingin ini terjadi, tapi terbayang tidak apa yg akan terjadi jika kerumunan tak bisa kita elakkan dan dari 5 ribuan ini ada yg menularkan kepada yang lain yang ikut berkumpul di berbagai tempat di seluruh desa-desa dan kecamatan di Provinsi yang kita cintai ini?,” tanyanya.

Angka Orang Tanpa Gejala (OTG) yang disebutkan oleh Gubernur Bang Zul harus bertambah lantaran dalam waktu dekat sejumlah lebih dari 4000 pekerja migran yang sudah selesai kontraknya dari bekerja di berbagai negara akan kembali pulang ke berbagai daerah di NTB.

Kekhawatiran Bang Zul tersebut tentu karena telah lebih dari 200 negara di Dunia terpapar virus corona dan kebanyakan pekerja migran asal NTB tersebut bekerja di negara-negara yang saat ini tengah berjibaku, perang melawan pandemi corona.

Baca Juga: Jelang Idul Fitri, ITDC Salurkan 1.200 Paket Sembako ke 6 Desa Penyangga KEK Mandalika

“Karenanya dengan berat hati dan terpaksa, kami memang harus meminimalisir berbagai hal yang memungkinkan kerumunan itu terjadi, selain karena arahan dari Pemerintah pusat, Inilah sesungguhnya yg menjadi alasan utama kenapa kami mengambil keputusan utk memohon dan mengimbau masyarakat untuk Sholat Ied di rumah dan menutup sementara mall dan toko-toko pakaian,” tegasnya.

Meski demikian, Bang Zul mengatakan bahwa menjadi suatu hal yang tidak mungkin ketika harus melarang warga yang tetap ingin melaksanakan Sholat Idul Fitri bersama-sama baik di masjid ataupun di lapangan.

Kaitannya dengan itu, Ia meminta dan mengimbau masyarakat untuk menghindari berbagai kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Sehingga lebih baik agar semua bisa patuh untuk melaksanakan Sholat Idul fitri di rumah saja.

Baca Juga: Komentar ‘Nyinyir’ di Sosmed, PPNI Loteng Polisikan Pemilik Akun Betare Mas Indra Sakti

“Kami berdoa semoga yang tetap melaksanakan idul fitri di lapangan ataupun di masjid agar dijauhkan dari wabah dan musibah sehingga daerah kita segera pulih dari Pandemi Covid-19 ini. Semoga Allah memaafkan kita semua dan Allah akan segera hadirkan keberkahan dan ketenangan di Tanah air kita ini,” pungkasnya penuh harap. (red/LM)