Lensamandalika.com – Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad meminta Mendikbud Nadiem Makarim meninjau kembali dana yang digunakan untuk belajar mengajar di sekolah. Hal ini karena di masa pandemi virus Corona (COVID-19), kegiatan belajar mengajar (KBM) dilakukan di rumah atau sekolah dari rumah (school from home).

“Kami meminta kepada Mendikbud untuk meninjau penerapan biaya sekolah selama sekolah dari rumah,” ungkap Dasco kepada wartawan, Senin (8/6/2020).

Menurut Dasco, biaya untuk sekolah seperti listrik, alat tulis hingga kebersihan otomatis akan berkurang karena sekolah dari rumah ini. Untuk itu, DPR meminta agar dilakukan pengurangan anggaran.

“Karena ketika sekolah dari rumah, itu untuk biaya listrik, ATK, kebersihan sekolah dan beberapa komponen yang dipergunakan saat anak-anak sekolah di sekolah itu kan tidak dipergunakan,” sebut Dasco.

Waketum Partai Gerindra ini juga mengusulkan, dana yang dikurangi untuk sekolah tersebut bisa dialokasikan ke hal yang lain. Dasco mencontohkan, salah satunya untuk biaya internet bagi siswa, khususnya untuk mereka yang kurang mampu.

“Kita minta ada pengurangan-pengurangan biaya karena kan ada alokasi nanti untuk orang tua karena internet kan belum gratis. Sehingga akan dialokasikan untuk hal-hal yang lain,” tuturnya.

Menurut Dasco, ada dua klasifikasi yang anggarannya bisa dikaji, yakni sekolah negeri dan sekolah swasta. Untuk sekolah negeri yang gratis biaya pendidikannya, alokasi pemeliharaan gedung bisa digeser untuk membantu siswa yang melakukan kegiatan sekolah dari rumah.

“Bisa buat beli kuota (internet) atau membantu guru yang juga masih suka keliling ke rumah siswa siswinya untuk mengajar,” jelas Dasco.

Dasco yakin Nadiem Makarim memahami kompleksitas pendidikan di Indonesia. Menurut Dasco, sudah semestinya membuat terobosan untuk meringankan keuangan orang tua siswa.

“Tidak cuma di sekolah negeri, juga untuk sekolah swasta. Untuk itu kami meminta Mendikbud meninjau kembali penerapan biaya sekolah selama sekolah dari rumah,” lanjutnya.

Selain itu, Dasco meminta kepada pihak sekolah, baik swasta maupun negeri, untuk tidak menarik pungutan di tengah pandemi. Apalagi alasan uang pemeliharaan gedung.

“Kan sekolahnya sudah di rumah. Gedungnya nggak dipakai. Ini pandemi, semua ekonomi susah, jangan ditambah susah, justru pemerintah mestinya mengimbau sekolah supaya meringankan orang tua dan anak didik,” tegas Dasco.

Seperti diketahui, Kemendikbud hingga saat ini belum memutuskan mengembalikan KBM siswa di sekolah. Meski begitu, Kemendikbud merencanakan skenario soal sekolah-sekolah yang boleh memulai tahun ajaran baru dengan kegiatan belajar-mengajar lewat tatap muka di gedung sekolah.

“Untuk daerah zona merah, oranye, dan kuning, siswa tetap belajar dari rumah,” ungkap pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Hamid Muhammad, kepada detikcom, Rabu (3/6).

Zona merah, oranye, dan kuning yang disebut Hamid merupakan zona berdasarkan tingkat keparahan penyebaran virus Corona. Hanya zona yang aman dari penyebaran COVID-19 saja yang boleh menggelar kegiatan belajar-mengajar lewat tatap muka di sekolah.

“Hanya sekolah di daerah zona hijau yang boleh melaksanakan pembelajaran tatap muka, dengan protokol kesehatan yang ketat,” ucapnya. (Red/LM)