Lensamandalika.com – PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau ITDC mengusulkan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 500 miliar. Hal ini untuk memperbaiki arus kas perseroan dan melanjutkan program bisnisnya.
Direktur Utama ITDC, Abdulbar M Mansoer mengatakan, suntikan negara tersebut untuk mencegah saldo kas akhir perusahaan di tahun ini yang diprediksi minus Rp 115,04 miliar atau rugi Rp 90,34 miliar.
“Secara agregat saldo kas akhir kita akan menjadi minus Rp 115,044 miliar di akhir 2020. Ini masih performa, ini proyeksi kita jika COVID-19 ini belum reda atau masih seperti sekarang perbaikan sedikit di akhir tahun kamu akan mengalami defisit,” kata Abdulbar saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (24/6).
Arus kas yang terkontraksi itu karena okupansi kawasan wisata ITDC di Nusa Dua anjlok hingga menjadi 2 persen, dari normalnya 80 persen. Padahal pendapatan ITDC 90 persennya berasal dari pemasukan di Nusa Dua.
“Begitu COVID-19 datang dari bulan Maret sampai Juni ini, okupansi kita rata-rata di bawah 5 persen, bahkan bulan terakhir ini 2 persen. Jadi bisa dibayangkan, karena pendapatan kita paling besar adalah dari sewa hotel-hotel di Nusa Dua yang tadinya 80 persen okupansi, sekarang 2 persen,” jelasnya.
Selain itu, suntikan negara juga sangat dibutuhkan karena ITDC menggarap proyek di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, yang salah satunya untuk Sirkuit Moto GP.
“Nah di sini yang menjadi concern kami, ada proyek yang masih on going di Mandalika. Begitu cashflow kami mencapai titik yang tidak bisa disustain, kami khawatir sekali. Karena ini kan pendapatan 90 persen masih dari Nusa Dua,” katanya.
Abdulbar melanjutkan, jika suntikan dana masuk Rp 500 miliar, maka saldo kas akhir ITDC hingga akhir tahun ini sebesar Rp 384 miliar, meskipun masih mencatat kerugian Rp 90,34 miliar.
Namun laba bersih perseroan di 2021 akan melesat mencapai Rp 351,86 miliar, lebih tinggi jika dibandingkan tanpa PMN yang diproyeksi hanya Rp 337,14 miliar.
Selanjutnya laba bersih diperkirakan kembali melesat di 2022 mencapai Rp 185,07 miliar, dan Rp 205,21 miliar di 2023. Jika tanpa PMN, laba bersih perseroan di 2023 diperkirakan hanya sebesar Rp 157,64 miliar.
“Dan di sini kalau dengan injeksi atau PMN saldo akhir di 2020 kami proyeksikan sekitar Rp 384 miliar, kemudian kita akan belanjakan lagi nanti, sehingga tahun depan wajar kalau kita bisa saldo akhir Rp 56 miliar dan bertambah. Karena sebagai BUMN kami juga dituntut untuk mempertahankan modal ini sehingga menjadi benefit secara ekonomi bagi negara,” tambahnya. (Kum)