Lensamandalika.com – Kelompok pemuda di Kecamatan Pujut turut bereaksi atas rencana pergantian atau penambahan nama Bandara Internasional Lombok (BIL) menjadi ZAMBIL atau ZAMLIA.
Pergantian plang nama BIL menjadi BILZAM atau ZAMLIA dijadwalkan akan dilakukan oleh Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi NTB pada Minggu malam (15/11) sekira pukul 19.30, namun urung dilakukan lantaran mendapat penolakan keras dari warga tiga desa lingkar bandara yakni Desa Ketare, Desa Tanak Awu dan Desa Penujak.
Lalu Vino mewakili unsur pemuda yg tergabung dalam Gerakan Pemuda Ketare (Gapeka) menyesalkan untuk kesekian kalinya sejak 2018-2020, pergantian nama BIL menimbulkan gejolak ditengah masyarakat.
Menurutnya, jika ini terus-menerus berlanjut dan tidak menemukan titik temu, pasti yang paling dirugikan adalah masyarakat lingkar Bandara pada khususnya dan masyarakat NTB pada umumnya.
Baginya, ini hanya persoalan diksi atau pilihan kata dan istilah yang dapat merangkul semua pihak. Sehingga, harus ada win-win solution dengan mengedepankan akal sehat bukan hanya dengan emosi semata.
Sementara itu, Wakil Ketua Forum Pemuda Blok Pujut Hadinata mengritik kebijakan yang dicetus Kadis Pariwisata Provinsi Lalu Faozal yang ngotot ingin mengganti plang nama Bandara itu pada malam hari sebagaimana surat yang beredar luas di media sosial.
Baginya, Faozal selaku pejabat publik telah gagal memberikan contoh kepada masyarakat bagaimana menjalankan etika publik dan pelayanan publik yang baik. Dirinya menilai, Faozal malah melakukan hal yang sebaliknya yakni menjalankan kebijakan yang menimbulkan gejolak baru bagi masyarakat terlebih lagi dimasa pandemi seperti sekarang ini.
Kebijakan perubahan nama Bandara, lanjut Nata sapaan akrabnya, memang sudah keliru dari awal. Menurutnya, aspirasi untuk mengganti nama bandara tidak berasal dari akar rumput, namun diinisiasi oleh segelintir elit tanpa melibatkan masyarakat lingkar Bandara bahkan melecehkan Pemda Lombok Tengah.
“Rekomendasi dari DPRD Provinsi untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat lingkar Bandara saja tidak diindahkan, kok malah tiba-tiba menjelang Pilkada Loteng kembali membuat gaduh dengan tindakan mengganti plang nama Bandara secara tertutup dan sembunyi-sembunyi pada malam hari,” ketusnya.
Pemasangan atau pergantian plang nama BIL menurut Mahasiswa Pasca Sarjana Unram itu hanyalah buang-buang anggaran dan menyalahi kewenangan karena BIL berada dibawah otoritas PT. Angkasa Pura, bukan Dinas Pariwisata.
“Lebih baik anggaran rakyat untuk pergantian plang tersebut dihibahkan saja kepada Pokdarwis Lingkar Bandara untuk keperluan persiapan desa wisata menjelang pandemi covid-19 berakhir. Atau bisa digunakan untuk peningkatan SDM pemuda lingkar Bandara,” pungkasnya. (red/LM)