Sektor Pariwisata belum kunjung bangkit setelah dihantam pandemi corona. Meski telah memasuki fase normal baru dengan diterapkannya protokoler kesehatan guna mencegah meluasnya penyebaran corona di destinasi wisata, aktivitas kepariwisataan masih berjalan sangat lamban sehingga banyak industri pariwisata memilih menghentikan operasionalnya.
Pemanfaatan anggaran yang ada di Kementerian Pariwisata harusnya bisa secara maksimal menangani efek pandemi dengan menelurkan program-program yang bisa membuat pariwisata kembali menggeliat, memberdayakan desa-desa wisata sehingga ekonomi perlahan kembali berputar dengan pertukaran rupiah walau hanya dari wisatawan lokal.
Penelusuran redaksi Lensamandalika.com pada situs Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) didapatkan dua paket kegiatan yang dinilai hanya buang-buang anggaran. Seharusnya, anggaran bisa dialokasikan untuk hal yang lebih bermanfaat bagi pelaku wisata dan keberlanjutan pengelolaan destinasi wisata di Indonesia.
Pekerjaan Penataan Ruang Kerja, Rumah Dinas Menteri dan CO Working Space LT.9 GD. Sapta Pesona
Sense of Crisis tampaknya masih belum menyeluruh di tubuh Kemenparekraf selaku ujung tombak sektor pariwisata Indonesia. Repointing anggaran ke arah yang lebih bermanfaat di masa pandemi seperti sekarang ini tentu bisa dilakukan jika benar-benar ingin melihat pelaku wisata tetap eksis.
Pekerjaan Penataan Ruang Kerja, Rumah Dinas Menteri dan CO Working Space LT.9 GD. Sapta Pesona adalah salah satu paket di laman LPSE Kemenparekraf dengan anggaran yang cukup fantastis, Rp. 14,2 Miliar.
Saat ini tengah memasuki masa sanggah, dan akan dilanjutkan dengan penunjukan penyedia barang dan jasa pada tanggal 20 November dilanjutkan dengan penandatanganan kontrak pada 23 November 2020 mendatang.
Renovasi gedung menjadi tak terlalu urgent jika melihat kondisi destinasi di daerah-daerah yang harus berjuang untuk tetap eksis namun dengan anggaran pendukung yang sangat minim, mengingat alokasi anggaran di pemerintah daerah juga banyak dilakukan repointing untuk penanganan wabah corona.
Publikasi dan Promosi Produk Wisata dan Kegiatan (Event) MTV World Stage 2020
Jor-joran promosi untuk menggaet market turis mancanegara tampaknya bukan menjadi hal yang urgent disaat pandemi seperti sekarang ini. Terlebih anggaran yang dihabiskan bernilai fantastis, yakni mencapai Rp. 25 Miliar.
Tertera di LPSE Kemenparekraf, Publikasi dan Promosi Produk Wisata dan Kegiatan (Event) MTV World Stage 2020 telah melewati proses tender dan telah dilakukan penandatanganan kontrak pada 13 November 2020 yang lalu.
Adapun pemenang tender untuk paket ini adalah PT Dynasty Harjo Mukti dengan harga penawaran Rp. 23.989.000.000, namun setelah kemungkinan dilakukan penawaran ulang didapatkan reverse auction sebesar Rp 22.269.000.000,00.
PT Dynasty Harjo Mukti berdasarkan info tender di laman LPSE Kemenparekraf, bukan menjadi penawar terbaik lantaran masih ada perusahaan yang memiliki nilai penawaran Rp. 400 Juta lebih rendah yakni PT Swara Gangsing dengan nilai penawaran Rp 23.499.089.900,00.
Belakangan diketahui, PT Dynasty Harjo Mukti menjadi langganan pemenang tender untuk paket sejenis di Kemenparekraf sejak era menteri Arief Yahya. Bahkan bukan hanya di Kemenparekraf, di Kementerian lainnya, nama PT ini juga kerap mengikuti tender dan tak jarang menjadi pemenang.
Pada tahun 2017, perusahaan ini sempat disorot oleh Investigasi Center for Budget Analysis lantaran telah memenangkan tujuh proyek branding pariwisata yang dilaksanakan di Belanda, Malaysia, Australia, Jerman, Amerika, UEA, dan Singapura. Total nilai kontrak untuk tujuh proyek tersebut sebesar Rp. 64.752.000.000.
Paket Publikasi Sejenis
Selain paket Publikasi dan Promosi Produk Wisata dan Kegiatan (Event) MTV World Stage 2020, terdapat satu paket publikasi yang tertera di LPSE Kemenparekraf yang bisa dikatakan sejenis yakni Publikasi dan Promosi Produk Wisata dan Kegiatan (Events) AXN All Stars dengan nilai pagu paket Rp. 18 Miliar. Adapun pemenang paket ini adalah PT. BLOOMINDO SELARAS UTAMA dengan nilai reverse auction Rp. 17.710.029.000,00
Penelusuran lanjutan di situs website PT BLoomindo Selaras Utama, dapat diketahui bahwa perusahaan ini juga kerap menjadi pemenang tender di Kemenparekraf sejak era Menteri sebelumnya.
Dapat dilihat pada Portofolio yang dilampirkan pada situs resmi mereka, perusahaan ini sudah mulai bermitra dengan Kemenparekraf sejak tahun 2015 dengan beragam kegiatan seperti Publikasi branding pariwisata melalui media online dan digital di berbagai negara hingga penayangan dan pembuatan film promosi berbagai destinasi di Indonesia.
Realisasi Promosi Pariwisata Luar Negeri
Meski promosi dengan anggaran ratusan miliar demi menggaet minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung di Indonesia tetap dilakukan setiap tahunnya, namun bisa dikatakan tidak pernah mencapai target.
Sebut saja di tahun 2019, kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia masih berada jauh di bawah target. Berdasarkan data kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) tahun 2019 yang tertera di situs Kemenparekraf berjumlah 16.106.954 orang dengan rata-rata pengunjung berjumlah 1.342.246 wisatawan perbulan dari seluruh pintu kedatangan di seluruh Indonesia.
Jumlah tersebut masih kurang 1.893.046 orang dari target Kemenparekraf yakni 18 Juta Wismana. Target masih belum tercapai meskipun kemenparekraf telah menurunkan target awal dari 20 juta ke 18 juta kunjungan wisman.
Apalagi di saat pandemi sekarang ini, kunjungan Wisman terjun drastis belum bisa menyentuh rata-rata 400.000 kunjungan perbulan. Data terakhir hingga bulan september menyebutkan, kedatangan wisman di Indonesia masih berada di angka 3.562.255 orang. Jika merujuk pada jumlah kunjungan pada enam bulan sebelumnya sejak pandemi corona mulai terdeteksi secara nasional di Indonesia yakni rata-rata 159.207 orang, kunjungan wisman kemungkinan hanya akan menyentuh maskimal 4 Juta-an pengungjung.
Rekomendasi Program
Trend kunjungan wisatawan di masa pandemi seperti saat sekarang ini, cenderung lebih memilih untuk berkunjung ke destinasi-destinasi di dalam negeri, destinasi yang dekat dengan tempat tinggal yang bisa menawarkan rasa aman, nyaman, dan menenteramkan serta tentu bisa memberikan hiburan bagi masyarakat yang telah lama menghabiskan kegiatan dirumah.
Kejenuhan masyarakat yang tidak bisa berlibur karena mewabahnya corona sudah mulai memuncak, sehingga alternatif lokasi liburan yang pasti dikunjungi adalah destinasi-destinasi lokal yang murah dan tetap terjangkau namun tidak menghilangkan esensi berwisata.
Mempercepat dan memudahkan pengajuan sertifikasi Cleanliness, Healthy, Safety and Environment (CHSE) adalah opsi lanjutan untuk memberdayakan destinasi dalam negeri untuk kembali memberikan harapan hidup bagi para pelaku wisata.
Menjadi hal yang urgent bagi kemenparekraf untuk mengalihkan anggaran promosi luar negeri ke event-event di daerah yang berpotensi meningkatkan kunjungan wisatawan lokal dan domestik, salah satunya seperti yang saat ini tengah diinisiasi oleh Mandalika Hotel Association (MHA) yang akan mengadakan Kontes Surfing Nasional pada 16-19 Desember mendatang dengan proyeksi perputaran uang hingga Rp. 5 Miliar.
Selain itu, pemberdayaan desa-desa wisata di Indonesia juga perlu dilakukan untuk melahirkan terobosan-terobosan demi kembali menggeliatkan kunjungan wisatawan lokal dan domestik. Hingga akhir 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 1.734 desa wisata di Indonesia.
Jika saja, anggaran untuk renovasi gedung, Promosi kegiatan wisata di MTV World Stage dan promosi kegiatan wisata di AXN All Stars sejumlah Rp. 57 Miliar bisa dialihakn oleh kemenparekraf untuk pemberdayaan desa wisata, maka setiap desa wisata akan mendapatkan Rp. 32.871.972 yang bisa digunakan sebagai modal penyelenggaraan event mingguan dengan konsep digital tourism untuk menggaet wisatawan-wisatawan lokal kembali berkunjung.
Akhirnya, untuk dapat keluar dari ancaman krisis yang disebabkan oleh virus corona ini, jajaran Menteri di Kabinet Indonesia Maju harusnya bisa menerjemahkan pesan yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo agar jajaran menterinya bisa memiliki sense of crisis yang sama dan tidak hanya bekerja dengan menggunakan cara-cara yang biasa sehingga mampu melahirkan terobosan-terobosan gemilang untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. (red/LM)