Lensamandalika.com – Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Rabu (16/12) melakukan publikasi hasil pendataan sampak di Gunung Rinjani semenjak 4 tahun terakhir. Sejak tahun 2017 hingga tahun 2020, sampah yang terkumpul di Gunung Rinjani mencapai 23,6 ton.

Berdasarkan data tersebut, sampah 4 tahun terakhir pada destinasi wisata pendakian di TN Gunung Rinjani terbanyak tahun 2017 yakni 13.697,51 Kilogram.

Sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 4.926,20 Kilogram. Untuk tahun 2019 sebanyak 3.800,63 Kilogram, dan tahun 2020 sebanyak 1.192,5 Kilogram.

Menurut BTNGR, sumber sampah berasal dari kegiatan pack in pack out dan juga clean up yang dilakukan di empat jalur resmi pendakian Gunung Rinjani.

Ada pun jenis sampah berupa sampah campuran, kaleng, botol kaca, plastic, botol plastik dan kaleng gas.

“Namun ada penurunan angka jumlah sampah dari tahun ke tahun berbanding lurus dengan total jumlah kunjungan ke destinasi wisata pendakian Gunung Rinjani yang semakin sedikit dari tahun ke tahun,” tulis BTGR melalui akun Instagram, Rabu siang.

Kebiasaan dan pola hidup manusia menurut BTNGR kerap memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan. Salah satunya kebiasaan membuang sampah sembarangan, tidak terkecuali membuang sampah di gunung, termasuk Gunung Rinjani.

Dari data sampah di setiap jalur pendakian pada tahun 2017, di jalur Senaru memiliki total sampah sebanyak 7.380,51 Kilogram.

Sedangkan di jalur Sembalun sebanyak 6.299 Kilogram. Pun, pada tahun 2018 di jalur Sembalun memiliki sampah sebanyak 2.803,50 Kilogram .

Pada tahun 2019 total sampah paling banyak terkumpul di jalur Senaru sebanyak 1.756,03 Kilogram, kemudian disusul di Jalur Sembalun 1.364,10 Kilogram.

Pada jalur Timbanuh sebanyak 475 Kilogram dan Aikberik sebanyak 205,5 Kilogram.

“Tahun 2020 jalur di Sembalun memiliki total sampah terbanyak di bandingkan jalur lainnya yakni 592,2 Kilogram kemudian Senaru 189,5 Kilogram, Timbanuh 363,2 Kilogram dan Aikberik 47,6 Kilogram,” tulis BTNGR.

Secara data, akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan penutupan sementara destinasi wisata di TNGR berpengaruh pada penurunan jumlah sampah di destinasi wisata pendakian.

“Pembatasan kuota pendakian di Gunung Rinjani, pack in pack out yang terintegrasi dengan aplikasi eRinjani, kegiatan clean up yang dilakukan secara rutin oleh petugas dan komunitas mampu menekan jumlah sampah,” timpal BTNGR.

Untuk itu, peran penting meningkatnya kesadaran pendaki untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan di atas gunung.