Lensamandalika.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno tengah melaksanakan kunjungan kerja (kunker) di Provinsi Nusa Tenggara Barat, 15-16 Januari.
Kedatangan Sandi Uno ke Lombok adalah yang pertama kali semenjak dirinya menjadi calon wakil presiden pada 2019 lalu.
Pada hari pertama kunkernya, Jumat (15/1), Menparekraf Sandi Uno menyempatkan mengunjungi Kampung Tenun Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, setelah sebelumnya melaksanakan ibadah shalat Jumat di Masjid Agung Praya.
Di Desa Sukarare, Menparekraf meninjau kegiatan UMKM masyarakat setempat yang terkenal dengan kain tenun songketnya. Tak ketinggalan, Ia juga mencoba alat tenun sesek yang oleh warga setempat digunakan untuk menenun songket, dan kain khas Lombok lainnya.
Kegiatan menenun atau dalam bahasa sasak disebut Nyèsèk lumrahnya dilakukan oleh kaum hawa. Bahkan dulu, perempuan di Lombok belum boleh menikah (Merariq) jika belum bisa Nyèsèk dan menghasilkan kain sendiri.
Terkait menparekraf Sandi Uno yang mencoba alat tenun Sesek, Ketua Solidaritas Warga Inter Mandalika (SWIM) Lalu Alamin mengatakan bahwa kegiatan Nyèsèk adalah hal yang tabu untuk dilakukan oleh kaum adam. Bahkan menurutnya, pantang bagi seorang lelaki menggunakan alat sesek.
“Menenun hanya boleh dilakukan kaum hawa, nyesek atau nensek jika dilakukan laki2 bisa menyebabkan impotensi. Hal hal tabu seperti ini harusnya tetap lestari dan berlaku bagi siapapun, ” Kata Lalu Alamin kepada Lensa Mandalika.
Sejatinya, lanjut Lalu Alamin, hal yang unik dari kain tenun yang dihasilkan oleh orang sasak bukan motif dan warnanya, namun juga proses dan filosofinya.
Dirinya sangat menyesalkan tak ada yang memberitahu Menteri Sandi Uno terkait hal tersebut yang seharusnya bisa dibungkus oleh dunia pariwisata sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi.
“Kalau ini kita langgar, lalu apa lagi yang bisa kita perdengarkan sebagai hal yang unik di sasak ini, ” keluhnya.
Ia menyebutkan, kain tenun ada di setiap daerah dan memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri. Bahkan menurutnya, umur kain tenun yang ada di daerah lain, ada yang lebih tua dari yang dimiliki oleh orang sasak.
“Satu-satunya yang bisa kita buat sebagai pembeda yang menarik adalah filosofi asli tenun sasak itu, yang pasti berbeda dari daerah manapun di Indonesia,” tegasnya.
Owner Kuta Cove Hotel itu menyarankan agar lain kali ketika berkunjung kembali ke Lombok, Menparekraf bisa mencoba kegiatan yang lain seperti peresean atau menabuh gendang beleq.
“Kemarin di Sukerare kan pak Menteri disambut juga pakai Gendang Beleq, harusnya beliau nyoba, itu baru laki. Lah kalau yang dicoba Nyèsèk kan rada-rada gimana gitu, ” kelakarnya.
Namun terlepas dari hal tersebut, Ia berharap agar kunker Menparekraf Sandi Uno bisa memberikan energi positif bagi para pelaku pariwisata dan juga UMKM khususnya di kawasan Mandalika. (Red/dwr)