Lensamandalika – Cintanya kepada Lombok dan Sumbawa membuat dua sejoli ini datang, mereka adalah sepasang suami istri asal Negeri kincir angin, Belanda.
Dengan bendera Yayasan Kebon Sepatu (YKS) yang mereka dirikan pada 2007 Silam, Akke M De Jong (65 tahun) bersama sang suami, Lambertus Draijer (69 tahun) ingin mengabdikan dirinya untuk tanah Lombok dan Sumbawa.
Dua sejoli yang telah berusia lanjut ini punya niat mulia, dari mengajak masyarakat untuk mencintai lingkungan hingga menggerakkan warga agar sadar dengan potensi wisata yang ada di Pulau Lombok dan Sumbawa.
Akke sebenarnya lahir di Jakarta di tahun 1956 silam, namun situasi politik pasca pendudukan Belanda di Indonesia membuat ayahnya yang berlatar belakang seorang ilmuwan harus membawa dirinya yang masih bayi kembali ke Belanda.
Ditemui di kediamanannya di Komplek Bale Pelangi, Sandik, Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, Senin (19/4) lalu, Akke berkaca-kaca menceritakan masa lalunya.
Melakukan riset bersama Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) untuk pembuatan kapal dari Bambu, memberdayakan masyarakat untuk penanaman Rosela dan tanaman lainnya, penanaman kembali terumbu karang, dan memfasilitasi masyarakat untuk belajar bahasa asing adalah sekelumit hal yang dilakukan Akke bersama sang suami.
Kita tentu belum pernah melihat kapal terbuat dari bambu, namun dua sejoli asal belanda ini berniat untuk mewujudkannya di Teluk Samota, Kawasan Saleh Moyo Tambora di Pulau Sumbawa.
Bambu adalah tanaman yang cepat tumbuh, bahkan kemampuan tumbuhnya bisa mencapai 4cm dalam waktu satu jam. Selain itu, bambu bisa menghasilkan lebih banyak oksigen ketimbang jenis pohon lainnya.
“Kami ingin turut serta merawat hutan Lombok dan Sumbawa. Biar kayu tetap terjaga, kami sedang melakukan riset bersama (UTS) agar kapal bambu segera menjadi nyata, ” tutur akke sambil menunjukkan prototipe sampan bambu yang dirancang suaminya.
Bart sapaan akrab suaminya, mengklaim bahwa bambu lebih kuat dari besi. Berdasarkan penelitian, kekuatan tarik atau tensile strength bambu lebih kuat daripada besi. Artinya, jika sebatang bambu dan sebatang besi dengan diameter yang sama ditarik dengan gaya yang sangat besar, maka besi akan lebih dulu patah daripada bambu.
Bekerja sama dengan PT Bambu Nusa Verde (BNV) asal Sleman, Jogjakarta yang telah berpengalaman melakukan pembibitan bambu dengan teknik kultur jaringan, Akke, Bart , dan Peneliti UTS telah menanam 170 bibit bambu berbagai jenis untuk diteliti. Penelitian itu, nantinya akan memberi simpulan bambu mana yang paling kuat untuk dibuat menjadi kapal.
Mengenai penanaman bunga rosella, Akke menuturkan bahwa ia dan suami telah memulainya di Desa Ketare, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Penanaman dilakukan di areal seluas 4 are. Percobaannya berhasil untuk menumbuhkan dan memanen rosella di tempat itu.
“Kedepan kami ingin mengajak masyarakat untuk menanam di areal yang lebih luas lagi, dan selanjutnya melakukan pemrosesan rosella dari menjadi teh, selai, sirup dan produk lainnya hingga kemudian membantu pemasarannya hingga ke Eropa,” jelas Akke.
Untuk pelatihan bahasa asing, YKS miliknya telah melakukan pelatihan pembelajaran bahasa inggris di Desa Wisata Bilebante di Kecamatan Pringgerata, Kabupaten Lombok Tengah.
Pelatihan bahasa inggris untuk anak muda di Desa Wisata Bilebante, lanjut Akke, baru berjalan 6 pertemuan sampai akhirnya tidak diperbolehkan pengajaran secara tatap muka karena dikhawatirkan bisa menularkan virus corona.
“Apapun pelatihan bahasa yang diinginkan, kami berusaha untuk mencarikan tutornya dan memberikan pembelajaran secara gratis khususnya kepada anak-anak muda. Untuk menyambut MotoGP, harus lebih banyak orang bisa berbahasa inggris,” terang Akke yang ternyata pensiunan Forensik Psikolog di Belanda.
Dirinya ingin membuka sinergi dengan berbagai komunitas untuk terus mengkampanyekan kepedulian pada lingkungan, khususnya kawasan pantai yang kerap dibanjiri sampah. Jika nanti di Kota Mataram kembali dibolehkan aktifitas Car Free Day (CFD) yang biasanya dilakukan di Udayana, dirinya juga ingin memanfaatkan itu untuk kampanye cinta lingkungan.
“Kami sudah melakukan bersih pantai dari pantai-pantai di selatan hingga pantai Pink di Lombok Timur, termasuk bersama Lombok Ocean Care pada 18 Maret lalu melakukan penanaman kembali terumbu karang di sekitar Pantai Senggigi,” jelasnya.
Selain melakukan pemberdayaan kepada masyarakat, Akke dan Suaminya juga mendirikan sebuah PT berstatus penanaman modal asing (PMA) bernama PT Sasak Studio Sejati (SSS) PMA.
Melalui PT SSS, ia bermaksud memasarkan produk kerajinan UMKM Lombok dan Sumbawa ke Eropa. Yang kini telah ia pasarkan adalah pakaian yang benangnya terbuat dari serat nanas. Pinalo nama baju itu, singkatan Pineapple of Lombok.
Ia dan suami bertekad dalam waktu dekat untuk memamerkan produk dari Lombok dan Sumbawa seperti kain tenun, mutiara, dan aneka kerajinan lainnya di Belanda.
“Kami juga akan menjual furniture-furniture dari kayu-kayu bekas, itu punya peminat tersendiri di belanda,” katanya.
Ia dan suami ingin menghabiskan lebih banyak waktu di Lombok dan Sumbawa. Ia mengatakan ingin menghabiskan 9 bulan di Indonesia dan sisanya 3 bulan di Belanda.
Di Belanda, ia dan suami akan menjual kerajinan-kerajinan yang telah dibelinya di Lombok-Sumbawa kepada para kolektor. Disamping itu, ia juga bermaksud untuk mencari donatur untuk membantu membiayai aktifitas pelatihan dan pemberdayaan yang ia gagas. Sejauh ini, ia dan suami membiayai YKS dari uang mereka sendiri yang mereka dapatkan dari hasil penjualan bahan-bahan kerajinan.
Dirinya sangat khawatir dengan keadaan hutan di Lombok dan Sumbawa yang belakangan ini kerap dibabat dan ditanami jagung. Untuk itu, ia dan suaminya telah merancang pola penanaman tumpang sari. Selain untuk mengembalikan fungsi hutan pada fitrahnya, hal tersebut menurutnya bisa memungkinkan para petani melakukan panen berbagai jenis komoditas bernilai tinggi dalam satu tahun. (red/dwr)