Lensamandalika.com – Pedagang bakso cilok keliling asal Kelurahan Punia, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Lutfi Ramli (34) menarik perhatian pembeli karena penampilannya yang nyentrik saat berjualan.
Setiap berjualan, pedagang bakso cilok ini memakai setelan jas lengkap dengan dasi dan sepatu pantofel. Lutfi mengatakan, hal ini Ia lakukan untuk menarik minat para pembeli di tengah situasi pandemi.
“Awalnya sih karena kondisi pandemi virus corona ini. Apalagi dengan PPKM darurat ini. Jadi pedagang kecil seperti saya ini kesulitan sekali untuk mendapatkan pelanggan. Akhirnya berpikir untuk menggunakan jas, sepatu, menggunakan dasi,” kata Lutfi dikutip dari Kompas.com, Kamis (29/7).
Lutfi menceritakan, dia mulai berjualan cilok sejak tahun 2014 saat masih bekerja sebagai staf di Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB. Tahun 2017, Lutfi lantas mengundurkan diri dari BPPD dan memilih fokus untuk berjualan cilok karena hasil yang menggiurkan.
Namun pada saat pandemi Covid-19, usaha ciloknya turut terdampak. Penghasilan dari berjualan cilok juga merosot. Hal inilah yang membuat Lutfi berinovasi untuk bertahan di tengah pandemi. Ia terinspirasi berjualan cilok sambil memakai jas, dari pemberitaan di media.
“Terinspirasi dari yang pernah ada di luar daerah. Kalau di Jakarta itu kan berbagai macam kostum yang digunakan, makanya terinspirasi dari situ juga sih. Di Lombok kan belum ada, kenapa tidak mencoba,” kata Lutfi.
Dengan dibantu kakaknya, Nurul Hikmah (37) yang memiliki usaha salon, Lutfi lantas didandani bak pejabat dengan memakai setelan jas lengkap. Lutfi juga mengenakan dasi dan sepatu pantofel saat berjualan. Meski pada awal ia merasa gerah karena harus mengenakan jas saat berjualan, lama-kelamaan ia mengaku mulai terbiasa.
“Kalau dibilang panas ya panas, tapi karena sudah terbiasa enggak panas sih,” kata Lutfi.
Video yang memperlihatkan Lutfi saat berjualan bakso cilok yang memakai setelan jas pun kemudian viral di media sosial.
“Dengan support dari keluarga dan kawan-kawan alhamdulillah, ‘Cilok pejabat dari rakyat untuk rakyat’. Alhamdulillah viral,” kata Lutfi.
Meski baru satu minggu berjualan cilok dengan mengenakan setelan jas, Lutfi mengaku omzet penjualannya meningkat.
“Sebelum menggunakan jas yang laku terjual itu 50 cup atau 2 kilogram. Sejak menggunakan jas, kami mulai 3 kilogram. Alhamdulillah habis terjual,” kata Lutfi.
Setiap hari mulai pukul 16.30 Wita, Lutfi menjajakan bakso cilok dagangannya dengan berkeliling di gang-gang di seputar Kelurahan Punia. Setelah berkeliling, barulah Lutfi mangkal di sekitar Jalan Erlangga, Kota Mataram, hingga dagangannya habis terjual. Cilok dagangan Lutfi diberi nama ‘Cilok Pejabat dari Rakyat untuk Rakyat’.
Lutfi memberi nama “Cilok Pejabat” bukannya tanpa alasan. Nama “Cilok Pejabat” dipilih karena di kampungnya ia menjabat sebagai kepala lingkungan. Tidak hanya penampilan yang nyentrik, Lutfi selalu menjaga kualitas rasa dan kebersihan cilok dagangannya.
Berbeda dari bakso cilok pada umumnya, bakso cilok buatan Lutfi berwarna hijau karena ada campuran sayur sawi sehingga memiliki kandungan gizi lebih banyak. Bahan baku daging yang akan digunakan membuat cilok merupakan daging sapi pilihan. Begitu juga saus yang digunakan untuk pelengkap, menggunakan saus pilihan.
“Mulai dari pengolahan sampai pembuatan saus kita jaga kebersihannya. Dari rasa terus kebersihan, kami jaga,” kata Lutfi.
Meski diberi julukan Cilok Pejabat, untuk urusan harga tetap merakyat. Pembeli cukup membayar Rp 10.000 dan bisa menikmati satu cup bakso cilok. (red/LM)