Lensamandalika.com – Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) NTB dan Geopark Rinjani menggelar pelatihan interpretasi geowisata dan pengolahan kopi. Pelatihan yang ditujukan kepada pemuda dan pegiat wisata di Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah ini sebagai persiapan menyambut perkembangan pariwisata di Lombok Tengah. Sebagai desa penyangga KEK Mandalika, Desa Mertak memiliki potensi wisata yang diminati pengunjung, yaitu Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tunak.
“Jika SDM kita siapkan dari sekarang, ketika KEK Mandalika sudah berkembang, kita sudah siap,’’ kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Lombok BKSDA NTB, Lalu Muhammad Fadli saat membuka kegiatan, Sabtu (5/9/2021).
Selama dua hari peserta mengikuti pelatihan di TWA Gunung Tunak. Di lokasi yang menjadi wilayah BKSDA NTB ini, para pemuda aktif mengembangkan ekowisata. Para pemuda ini sejak lama dibina oleh BKSDA NTB. Tunak Cottage yang ada di pintu masuk TWA Gunung Tunak dikelola oleh para pemuda di sekitar TWA Gunung Tunak.
Fadli mengatakan, perkembangan pariwisata di Lombok Tengah sangat pesat. Mega proyek KEK Mandalika turut menggerakkan desa penyangga. Desa Mertak sebagai desa penyangga yang sangat dekat tentu saja harus berbenah. Selain para pemuda dari Mertak bisa bekerja di KEK Mandalika, secara khusus mereka harus siap menyambut tamu di desa mereka.
“TWA Gunung Tunak ini adalah salah satu destinasi utama di Desa Mertak,’’ kata Fadli.
Wisatawan yang berlibur di KEK Mandalika bisa memilih TWA Gunung Tunak sebagai lokasi berlibur mereka. Event MotoGP maupun World Super Bike yang akan digelar akhir tahun ini bisa menjadi kesempatan mengenalkan TWA Gunung Tunak ke wisatawan dari berbagai mancanegara.
“Selama ini sudah sering wisatawan asing ke TWA Gunung Tunak, tapi sekarang skalanya lebih besar. Jadi kita harus semakin menyiapkan diri,’’ katanya.
Ada tiga materi utama yang disampaikan kepada peserta selama dua hari pelatihan. Pada sesi pertama, peserta dilatih untuk pengolahan sampah organik. TWA Gunung Tunak sebagai pusat ekowisata harus mampu memberikan contoh sebagai destinasi yang mampu mengolah sampah secara mandiri.
Sesi kedua dilanjutkan dengan pelatihan pengolahan kopi. Peserta dikenalkan dengan berbagai teknik pengolahan pasca panen hingga cara menyajikan kopi. Diharapkan ke depannya, restoran yang ada di TWA Gunung Tunak bisa menambah menu mereka dengan racikan kopi.
Selanjutnya, sesi ketiga adalah intepretasi geowisata. Pengenalan kekayaan biologi, geologi, budaya yang ada di sekitar Tunak bisa menjadi cerita yang menarik bagi wisatawan.
“Kami apresiasi kegiatan yang diselenggarkaan oleh BKSDA NTB ini. Pelatihan seperti ini penting bagi para pemuda di desa kami,’’ kata Kepala Desa Mertak, Syahnan.
Menurut Syahnan, SDM yang andal menjadi kunci pembangunan pariwisata di Desa Mertak. Keindahan alam tidak cukup untuk menarik wisatawan. Butuh SDM yang terampil untuk mengelola semua potensi itu. Pelatihan-pelatihan yang digelar BKSDA selama ini terbukti meningkatkan kualitas SDM pegiat wisata di Desa Mertak.
“Semakin bagus kualitas SDM semakin bagus kualitas pariwisata kita,’’ katanya.
Senada dengan Kades Mertak, General manager Tunak Cottage and Restaurant, Rata Wijaya turut mengapresiasi program yang diselenggarakan BKSDA NTB. Menurutnya, peningkatan kapasitas masyarakat memang sangat perlu dilakukan guna mengupgrade kecakapan pelaku wisata ditengah pandemi yang kemungkinan akan berlangsung lama.
“Sulit buat menunggu pandemi usai, kita benahi sedikit demi sedikit agar Gunung Tunak tetap menjadi destinasi pilihan ditengah pandemi,” jelasnya.
General Manager Rinjani Lombok UNESCO Global Geopark, Mohammad Farid Zaini menilai potensi TWA Gunung Tunak bisa dikembangkan lagi. Selain kegiatan menikmati keindahan pantai dan hutan, bisa juga dikolaborasikan dengan kegiatan olahraga. Olahraga sepeda, forest trekking, trail run, kite surf bisa menjadi pilihan lainnya. Selain itu, kegiatan-kegiatan konservasi seperti bird watching, adopsi pohon, pelepasan tukik bisa menjadi daya tarik wisatawan.
“Kolaborasi BKSDA dan Geopark Rinjani ini Insya Allah akan terus kita lakukan. Beberapa kegiatan sebelumnya juga kolaborasi bersama BKSDA dan Geopark Rinjani,’’ katanya.
BKSDA NTB dan Geopark Rinjani sebagai salah satu bagian dari panitia Southeast Asian Biosphere Reserve Network (SeaBRnet) juga survey lokasi yang akan dikunjungi peserta. TWA Gunung Tunak menjadi salah satu tuan rumah fieldtrip dalam rangkaian kegiatan yang akan digelar November mendatang. Selain ke TWA Gunung Tunak, peserta juga akan berkunjung ke Sembalun dan Air Terjun Benang Stokel Desa Aik Berik.
“TWA Gunung Tunak ini cukup lengkap. Melihat pantai pasir putih, hutan, dan kekayaan biologi, geologi serta budaya. Saya rasa ini akan menjadi pengalaman seru bagi peserta,’’ katanya.
Farid mengatakan, potensi TWA Gunung Tunak akan semakin optimal jika SDM semakin bagus. Karena itulah, Geopark Rinjani siap mendukung kegiatan-kegiatan untuk peningkatan SDM di kawasan Gunung Tunak.
Peserta Mendapat Pengalaman Baru
Sesi mengolahan kopi ditunggu-tunggu oleh peserta. Kegiatan yang seharusnya sampai sore, belangsung hingga malam hari. Mereka sampai lupa waktu ketika praktik pengolahan kopi. Mereka juga mendapat pengetahun baru tentang sejarah geologi Lombok.
“Kami banyak dapat ilmu baru. Seru pelatihan seperti ini,’’ kata salah seorang peserta Junaidi.
Junaidi berharap pelatihan-pelatihan seperti ini lebih sering dilakukan. Peserta langsung mempraktikkan ilmu yang didapatkan. Peserta juga punya tambahan skill untuk mengembangkan pariwisata di kawasan Gunung Tunak.
“Sekarang kami tahu cara meracik kopi. Ini bisa jadi tambahan menu,’’ katanya.
Guide senior Lombok, Fahrurrozi Gaffar mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan BKSDA NTB – Geopark Rinjani ini. Selama masa pandemi Covid-19 pariwisata termasuk salah satu sektor yang terdampak. Kunjungan wisatawan menurun, bahkan di beberapa tempat sampai tutup. Dunia pariwisata seperti hibenarnasi. Kesempatan masa “hibernasi” ini dimanfaatkan dengan baik oleh BKSDA dan Geopark Rinjani dengan menggelar berbagai pelatihan.
“Ketika pariwisata bangkit, SDM sudah semakin siap. Banyak ilmu dan skill baru yang mereka peroleh selama masa hibernasi ini,’’ katanya.
Menurut pria yang akrab disapa Bang Uji ini, kegiatan seperti ini perlu diperbanyak. Dinas pariwisata, pemerintah desa, pokdarwis, pegiat wisata perlu meningkatkan skill mereka. Uji menilai, masa-masa pandemi ini sebagai kesempatan emas untuk belajar.
“Kalau sudah banyak tamu, kita semua sibuk. Sulit mencari waktu untuk belajar. Sekarang kesempatan bagus untuk menambah ilmu dan skill,’’ pungkasnya. (red/lm-r)