Lensamandalika.com – Walaupun sudah berada di atas angin dengan mengantongi kemenangan setelah melalui proses Peninjauan Kembali (PK) atas lahan Pullman Hotel, Royal Tulip dan Paramound Resort. Ternyata tidak membuat Umar menjadi “besar Kapala”.
Buktinya, sejak dinyatakan sebagai pemenang tanggal 21 September 2021 lalu, pria gondrong tersebut tidak pernah menginjakkan kakinya di lahan tersebut. Itu dilakukan Umar karena masih menunggu itikad baik pihak ITDC untuk membayar lahan yang telah ia perjuangkan sejak tahun 2018 tersebut.
Sayangnya, sampai saat ini uang pembayaran yang ditunggu tak kunjung datang. Setelah dirasa cukup bersabar, Umar akhirnya menunjukkan sikap tegasnya. Melalui keterangan tertulis yang diterima Tatrapost.com, Minggu (13/02/2022), Umar mengingatkan pihak ITDC agar lebih serius menyikapi persoalan ini.
Dikatakan Umar, jika ITDC memang serius ingin membayar lahan tersebut pihaknya meminta agar dilakukan sesegera mungkin. Sesuai hasil mediasi di Pengadilan Negeri (PN) Praya beberapa hari lalu. ITDC diharapkan bisa mengambil sikap final terkait persoalan ini. Dalam hal ini ITDC diharapkan serius menyelesaikan kesepakatan harga dengan dirinya yang dipercayakan melalui kuasa hukumnya.
“Saya selalu terbuka dengan segala kemungkinan. Kalau penawarannya wajar saya pasti terima,” kata Umar dilansir dari Tatrapost.
Sebaliknya, jika penawarannya tidak sesuai pihaknya mengaku sudah memikirkan jurus pamungkas, yakni penguasaan lahan atau eksekusi. Sesuai putusan PK pada poin enam, pihaknya akan mengosongkan obyek sengketa dengan menggunakan aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian.
Namun jika permohonan eksekusi tidak dijalankan, penguasaan lahan akan dilakukan dengan aksi massa. Yang mana saat ini ribuan massa sudah siap untuk melakukan penguasaan di lahan tersebut.
“Saya kan mengambil hak, tidak ada yang salah,” jelasnya.
Akan tetapi sebelum itu terjadi, pihaknya berharap kepada ITDC agar menyelesaikan kesepakatan sampai tanggal 17 Februari sebagaimana hasil kesepakatan di PN Praya. Beberapa waktu lalu, lanjut Umar, sejumlah pihak sempat menawarkan agar pembayaran dilakukan setelah gelaran MotoGP. Namun menurutnya, selain memakan waktu, penawaran tersebut juga berpotensi merugikan dirinya.
“Sudah banyak investor yang mau bayar, tapi saya tolak karena menghormati ITDC. Yang jelas sebelum gelaran MotoGP semuanya harus terbayar. Kalau tidak silahkan gusur, kami juga mau membangun lahan itu,” pungkasnya. (red/lm)