Lensamandalika.com – Masyarakat Sadar Wisata (Masata) berkolaborasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melakukan pendampingan SDM desa wisata dalam bidang management homestay bertempat di Desa Wisata Sukarare.
Pengembangan Desa Wisata Sukarare berbasis pada kearifan lokal yang memiliki nilai-nilai historikal yang sangat kental. Untuk upaya tersebut, Kemenparekraf mendukung penuh dalam pendampingan masyarakat setempat untuk terus menggali lebih dalam semua potensi yang ada sehingga wisatawan yang berkunjung di Desa Sukarare bisa menikmati hari lebih panjang dengan menawarkan banyak aktivitas.
Pendampingan SDM Desa Wisata tersebut berlangsung dari tanggal 11-28 Februari 2022 dengan target peserta pendampingan yakni pelaku UMKM, aparat desa, pengelola homestay, masyarakat biasa dan Pokdarwis/bumdes setempat.
Pada acara pembukaan kegiatan, Rabu (16/2/2022), Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah, H Lendek Jayadi yang membuka secara resmi acara tersebut Menyambut baik program pendampingan dan berharap program kolaborasi Kemenparekraf RI dan komunitas pariwisata dengan berbagai macam kompetensi dapat terus berlanjut dan diperluas.
“Kami berharap semua unsur masyarakat Sukarare menyambut peluang ekonomi ini dengan sebaik-baiknya,” kata Kepala Dinas.
Sementara itu Ketua Masata Lombok Tengah, Lalu Sandika Irwan mengatakan Desa Sukarare sudah memiliki banyak sekali potensi yang harus digali dan dikembangkan untuk mendukung suksesnya desa wisata setempat.
“Dan potensi itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya,” kata Dika sapaan akrabnya.
“Selain kerajinan tenun Songketnya yang mendunia, Desa Sukarare juga menawarkan banyak lagi potensi seperti budaya kuliner maupun historisnya sehingga membutuhkan pendampingan dan manajemen tata kelola yang baik,” imbuhnya.
Momentum pendampingan tersebut, kata Dika sangat tepat dengan tema manajemen Homestay. Hal tersebut lantaran bisa langsung menjadi solusi mengatasi kekurangan kamar hotel untuk penonton MotoGP pada maret mendatang.
“Supply kebutuhan kamar bisa disiapkan oleh desa-desa wisata dengan konsep penginapan berbasis homestay, yaitu warga bisa menyewa satu atau dua kamar dari rumah mereka untuk para penonton dengan fasilitas yang layak dan sesuai standard,” jelasnya.
Selanjutnya, dari tim Kemenparekraf yang diwakili oleh Pandu Mirza berharap program pendampingan tersebut bisa membawa manfaat positif bagi tumbuhnya ekonomi masyarakat di desa wisata, khususnya di Desa Wisata Sukarare.
“Kami mengajak kepada peserta pendampingan untuk gerak cepat (gercep), gerak bersama (Geber) dan garap semua potensi lapangan kerja (Gaspol) yang ada,” terangnya.
Salah satu peserta pendampingan, Ibu Yuliana warga Dusun Dasan Baru, Desa Sukarare mengaku senang dengan adanya pendampingan tersebut. Ia yang sehari-hari berjualan kain tenun khas Sasak telah menyiapkan rumah untuk dikonversi menjadi homestay.
“Saya juga mau mengajak tetangga untuk mengambil peluang menjadi pengusaha jasa bidang akomodasi,” ungkapnya.
Dia meyakini lokasi rumahnya yang Kebetulan dekat dengan bypass BIL-Gerung, yakin bisa membuat tamu-tamunya menikmati suasana desa dengan hamparan sawah sembari belajar menenun. (red/lm)