Lensamandalika.com – Ribuan penonton MotoGP di Sirkuit Mandalika yang parkir di Timur Bundaran Songgong, Kecamatan Pujut ditelantarkan penyelenggara, Minggu (20/3/2022) kemarin. Setelah balapan terakhir, hanya ada sekitar 5 bus penjemput yang stanby di lokasi.

Setelah itu tidak ada sampai pukul 21.45 wita. Akhirnya, warga terpaksa jalan kaki sejauh 5 kilometer (km). Penonton merasa ditelantarkan dan kapok nonton balap di Sirkuit Mandalika.

“Sudah bayar mahal. Kami ditelantarkan begini lagi,” kata Wandi dari Jakarta di lokasi.

Hariadi Wijaya, penonton MotoGP asal Lombok Barat juga mengatakan hal serupa. Dirinya bersama ribuan penonton lainnya terjebak macet di parkiran timur tepatnya di Tanjung aan.

“Sampai pukul 10 malam belum ada pergerakan sama sekali di parkiran bagian selatan. Kasian para tamu dan muatan yang ada di Mandalika yang menunggu kedatangan penjemput,” katanya.

Dikonfirmasi kembali oleh redaksi Lensa Mandalika, Senin (21/3/2022), Hariadi mengaku baru bisa sampai di rumanya pada pukul 1 dinihari.

Penonton lainnya, Achend dari Pemenang Kabupaten Lombok Utara (KLU) mengeluhkan armada penjemputan yang tidak kunjung tiba, bahkan hingga tengah malam.

“Pukul 23.58, kami yang tujuan KLU belum juga diangkut. Malah dari Pukul 20.00 WIta, bisa dibilang belum ada bus atau armada angkutan ke KLU (tujuan Bangsal). Ya, memang penonton tujuan Mataram paling banyak, tapi apakah karena alasan itu kami dilupakan sampai harus menunggu sampai hampir larut malam,” herannya.

Dilanjutkkannya, dia yang tergolong warga tempatan tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut, namun yang dia khawatirkan adalah jika ada diantara penonton-penonton tersebut yang akomodasinya ada di KLU.

“Jelas ini akan jadi kesan yang kurang baik bagi mereka yang menonton MotoGP,” tegasnya.

Setelah drama penantian yang tidak jelas itu, dia akhirnya baru bisa sampai di rumahnya di Pemenang sekitar pukul 03.00 Wita.

“Pukul 03.00 Dini hari kami baru sampai Pemenang dan penumpang yg penginapannya di Gili terpaksa harus nginap di homestay terminal bangsal,” jelasnya.

Salah satu penyebab terlantarnya penonton hingga larut malam, diduga karena rekayasa lalu lintas yang amburadul.

“Rekayasa lalu lintas gagal total. Saya salah satu korbannya. Tamu-tamu saya yang dari luar daerah kacau balau. Bayangkan 5 jam di jalan, dari Sirkuit Mandalika ke Kuta, kita hanya injak rem dan kopling bergantian,” kata Sandika Irwan, Ketua Masyarakat Sadar Wisata Lombok Tengah kepada Lensa Mandalika.

Namun terlepas dari semua kekurangan penyelenggaraan dirinya mengatakan Indonesia telah sukses menyelenggarakan event akbar MotoGP.

“Balapannya sukses, cuma hal-hal teknis diluar balapan seperti pengaturan rekayasa lalu lintas ini yang perlu ditingkatkan untuk MotoGP Mandalika tahun 2023 mendatang,” jelasnya.

Sementara itu, Sekretaris Mandalika Hotel Association Rata Wijaya mengatakan, salah satu penyebab tidak terkontrolnya kendaraan pada hari ketiga MotoGP Mandalika, Minggu (20/3/2022) lantaran blunder postingan Gubernur NTB yang membolehkan warga untuk menonton gratis dari Bukit Seger.

“Postingan ini mengundang orang untuk nonton gratis dari Bukit Seger hingga mengundang antusiasme warga untuk berduyun duyun ke Mandalika dan terjadi chaos,” katanya.

Dikatakannya, pembagian tugas yang kurang apik mengakibatkan bertabrakan dan seolah banyak yang tidak dilibatkan, baik elemen pemerintahan, masyarakat maupun komunitas.

“Numpuk jadi satu dan menghilang sama sama ketika hal genting seperti tadi malam,” ungkapnya.

Hal lain yang menjadi sorotannya adalah tiket menonton yang dikatakan habis, namun ternyata hingga menjelang race MotoGP masih ditransaksikan.

Meski begitu, General Manager Tunak Cottage dan Restuarant itu mengatakan bahwa perhelatan MotoGP mutlak harus kita sukseskan bersama karena mentrigger multiplier efek yang luar biasa.

“Semoga kedepan, masing-masing evaluasi diri,” pungkasnya. (red/lm)

Keterangan gambar: Penonton MotoGP berkumpul menunggu bus jemputan hingga tengah malam untuk kembali ke titik awal keberangkatan (foto: dok.facebook/ahmadachend)