Lensamandalika.com – Permasalahan klasik kembali melanda para petani jagung di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Rendahnya harga beli jagung pada saat puncak musim panen membuat para petani menjerit.
Terkait hal tersebut, Gubernur Provinsi NTB DR H Zulkieflimansyah mempunyai solusi, yakni dengan membuka keran ekspor jagung ke luar NTB.
“Solusi sementara dan jangka pendek untuk dinamika harga jagung ini adalah dengan melakukan ekspor,” ungkap Bang Zul melalui laman media sosial facebooknya.
Dirinya mengaku telah melakukan komunikasi dengan kementerian terkait agar permasalahan rendahnya harga jagung di NTB bisa ditanggulangi.
“Alhamdulillah barusan Bicara dengan Menteri Perdagangan dan Menteri Pertanian untuk diperbolehkan ekspor dari NTB,” tambahnya.
Dikatakannya, Menteri Perdangan dan Menteri Pertanian sudah setuju. Namun begitu masih terkendala surat menyurat yang baru bisa masuk pada Selasa mendatang.
“Prinsipnya menteri-menteri ini sudah oke, tinggal selasa mereka tunggu surat kita di Jakarta karena besok (Senin, red) libur.
Gubernur meminta agar para petani bisa bersabar sementara waktu soal harga jagung. Hal tersebut lantaran para pembeli jagung tidak bisa dipaksa untuk membeli dengan harga tinggi, mengingat stok jagung dalam keadaan melimpah.
“Jadi sementara nggak usah demo-demo dulu karena memang pembeli ini dipaksa juga nggak mungkin beli dengan keadaan dalam negeri seperti sekarang. Doakan semua lancar dan baik-baik saja,” pungkasnya.
Mengutip Lombok Post, harga jagung di tingkat petani anjlok. Dari hari ke hari, harga jagung kian turun. Sebelum lebaran, harga jagung bertahan di angka Rp 4.500 per kilogram. Kini, harga jagung terjun hingga Rp 4 ribu per kilogram.
’’Harga di gudang sekitar Rp 4.350. Jadi, di tingkat petani sekitar Rp 4.000,’’ ungkap petani di Desa Punti, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima Fajrin, Senin (9/5) yang lalu.
’’Kalau harganya seperti ini, kami rugi. Kalau pun untung, itu tidak banyak,’’ keluh dia.
Meski harga jagung turun, beberapa petani tetap menjualnya. Seperti Suryadin. Dia sudah melepas jagung dengan harga Rp 4.000. ’’Syukur kalau naik, jika turun, maka kami akan lebih rugi lagi. Makanya saya jual sekarang,’’ ujar dia.
Sementara, warga di Desa Wadukopa, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima memilih untuk menimbun. Mereka menunggu harga jagung stabil. Sembari berharap harga ke depan akan naik. (red/lm)