Daerah- Universitas Indonesia mengadakan program Inklusi Inklusi Perguruan Tinggi Dalam Program Karang Taruna Desa segala Anyar dalam mengatasi Tradisi Peprnikahan dini di Masyarakat pada Hari Minggu, (16/10/2022)
Inklusi merupakan praktik membantu suatu kelompok dengan cara menjadi bagian dari kelompok yang akan dibantu. Kelompok pengabdi dari Universitas Indonesia dengan ketua Dr. Ike Iswary Lawanda beserta tim mahasiswa program studi ilmu perpustakaan: Dian, Ulfa, Rafli, Mevi melakukan inklusi ke dalam program Karang Taruna dengan pendekatan yang transformasional. Pendekatan transformasional dilakukan dengan menggunakan strategi untuk perubahan keyakinan dan pemikiran dalam skala kecil yaitu pernikahan dini pada remaja di desa Segala Anyar Lombok Tengah. Praktik inklusi perguruan tinggi terhadap pernikahan dini ini dilaksanakan berkolaborasi bersama mitra Karang Taruna Segala Anyar Lombok Tengah yang diperantarai oleh Rila, Sultan, Tia. Praktik ini didukung oleh pemerintah daerah diwakili oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Pemerintah Daerah Lombok Tengah membuka acara dan memberikan materi untuk ngobrol santai. Dengan kemasan ngobrol santai, praktik pengabdian ini berlangsung dengan beberapa pendekatan: pengembangan diri, kewirausahaan, kesehatan reproduksi, dan akses informasi.
Dengan hibah pengabdian kepada masyarakat Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Indonesia tahun 2022, praktik ini menjadi langkah awal dan perkenalan untuk memberikan pemahaman mengenai sejumlah jalan alternatif untuk membuka wawasan para remaja meraih kehidupan yang lebih sejahtera sebagaimana yang diharapkan/diimpikan. Materi obrolan untuk membuka wawasan dipicu oleh empat narasumber dari empat perspektif, mengenalkan remaja mengenai sejumlah hal yang dapat mengisi kehidupan alih alih berpikiran melakukan pernikahan pada saat mulai mengenal lawan jenis. Para remaja yang dihadirkan dibawah jangkauan Karang Taruna Segala Anyar sejumlah 50 remaja, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah, laki-laki dan prempuan.
Praktik ini dipicu oleh cerita dan permintaan dari pembina karang taruna tersebut di atas, berupa keresahan dan kegelisahan akan kehidupan remaja di masa depan yang sudah tergerus dengan penggunaan gadget dan konten yang tidak dapat dikendalikan dan bukan untuk pembelajaran. Isu ini semakin meresahkan para pembina karang taruna karena isu ini bersanding dengan tradisi pernikahan dini pada suku Sasak. Tantangan tradisi dan ancaman dari konten yang dapat diakses melalui gadget dirasakan perlu adanya bantuan inklusif dengan pendekatan modern sekaligus tradisional. Banuan inklusif ini bukan intervensi guna menghilangkan tradisi namun strategi memposisikan kembali tradisi yang dapat diterima tanpa paksaan oleh semua lapisan masyarakat Lombok Tengah. Kecemasan dari pembina Karang Taruna ditangkap oleh ketua pengabdi dengan merancang jalan yang berselaras dengan tardisi agar dapat diterima oleh remaja dan masyarakat suku sasak. Strategi yang dirancang berupa kenyataan modern saat ini dtampilkan dengan dengan latar tradisi.
Tim pengabdi dan mitra tidak bermaksud melakukan upaya yang revolusioner melainkan berupaya menciptakan posisi yang strategis antara peluang diri dan pernikahan dini dalam tradisi secara bertahap. Upaya tim memposisikan kembali tradisi bukan untuk mengkritik tradisi melainkan upaya membuka ruang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan remaja di Segala Anyar dalam merajut masa depan yang sejahtera.
Pelaksanaan kegiatan berlangsung secara hybrid: daring untuk tim pengabdi Universitas Indonesia dan wakil dari karang taruna lain di Segala Anyar sedangkan luring di Aula Kantor Desa Segala Anyar pada 16 Oktober 2022 dengan menerima 50 orang remaja, wakil pemerintah daerah dan kepala dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Pemerintah Daerah Lombok Tengah.
Materi yang disajikan berupa: obrolan mengenai membangun diri dan peluang berwirausaha memanfaatkan potensi diri dan sekitar; obrolan dari beberapa remaja Segala Anyar yang sudah melakukan pernikahan dini dan sharing beberapa orang dari desa Segala Anyar yang berhasil dalam pekerjaan dan pendidikan dalam bentuk rekaman video; informasi mengenai beasiswa dan bacaan mengenai pengembangan diri, membangun potensi diri, kewirausahaan dalam kehidupan sehari-hari dalam gdrive yang dibagikan kepada remaja yang hadir dan remaja lain untuk dapat diakses langsung di gadget setiap remaja.
Tim pengabdi berusaha untuk tidak bias dalam marjinalisasi, suprimasi perguruan tinggi/akademisi, seksisme yang selama ini sudah memenuhi kehidupan remaja. Tim pengabdi berupaya menyampaikan praktik secara pertemanan agar misi dapat ditanamkan selaras dengan kondisi yang berjalan, tidak malahan menimbulkan hambatan. Tim bersama mitra, pembicara dan wakil pemerintah daerah mendorong remaja untuk merefleksi diri sendiri, jika melakukan pernikahan dini, menyia-nyiakan masa remaja yang penuh kebebasan dan dibebani tanggung jawab besar dihadapkan dengan adanya peluang pendidikan, kewirausahaan yang mereka dapatkan dengan menggali potensi diri dan lingkungan. Peluang ini dapat dipelajari dengan memanfaatkan gadget yang sudah dimiliki dan sudah memenuhi kehidupan sehari-hari remaja Segala Anyar. Akses bacaan yang diberikan memelajarkan remaja untuk dapat memanfaatkan kemajuan teknologi secara tepat dan berguna.
Kesadaran dan materi yang disampaikan dalam praktik inklusi ini diawali dengan mengenali dahulu kesenjangan untuk kemudian dilaksanakan bersama dengan mitra. Masalah pernikahan dini sudah berlangsung dari generasi ke generasi dalam tradisi suku Sasak, pastinya bukan suatu hal yang mudah untuk dimasuki oleh tawaran pilihan lain. Praktik inklusi ini menjadi jalan pembuka langkah awal untuk kegiatan ini selanjutnya dan yang serupa, memerlukan waktu dan tentunya upaya yang terus menerus dan tidak memberikan kesan mengancam tradisi yang sudah ada. (Red/asn)