Lensamandalika.com – Pelaku wisata Lombok dibuat geram dengan beredarnya video pada halaman sosial media facebook yang diunggah oleh seorang wisatawan mancanegara (Wisman) yang juga seorang vlogger asal Aljazair dengan nama akun Davud Akhunzada.

Video diambil di Dusun Adat Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah oleh wisman tersebut sekitar dua bulan yang lalu, seperti yang memang terlihat pada akun youtubenya. Namun begitu, video yang di youtube berdurasi 16 Menit kemudaian dipecah dan diunggah kembali pada sosial media facebook pada, Kamis (15/12/2022) kemarin.

Pada video itu, Davud, begitu wisman tersebut mengaku biasa dipanggil, mengatakan bahwa Dusun Sade adalah sebuah pariwisata jebakan, seperti sebuah penipuan, dan sangat aneh.

“ini adalah tempat yang sangat bagus, tapi kamu tidak bisa pergi sendiri. Kita harus membayar uang kontribusi dulu. Saya belum pernah mengunjungi desa ini, bagaimana saya harus membayar kontribusi,” katanya.

Kebingungannya bertambah ketika warga lokal menawarkannya untuk membeli sarung. Penjual pertama pada video tersebut menyebut angka yang dinilainya terlalu tinggi untuk melakukan penawaran. Sedangkan penjual kedua menawarkan kain sarung (yang tidak sejenis) dengan harga yang lebih murah.

Dia akhirnya memutuskan untuk membeli sehelai kain sarung pada penjual kedua setelah berhasil menawar harga yang diberikan penjual, dari harga 100 ribu menjadi 75 ribu. Dia kembali bingung setelah ditawarkan membeli syal kecil seharga 60 ribu yang dijajakan oleh seorang perempuan berusia lanjut.

“Semuanya sangat mahal disini, sarung yang besar seharga 75 ribu dan ini (syal) harganya 60 ribu, bagaimana mungkin,” ungkapnya.

Setelah berkeliling, dia memutuskan untuk kembali. Namun beberapa kalimat yang diungkapkannya dinilai tidak relevan lantaran dia mengabaikan aturan-aturan yang harusnya diikuiti wisatawan ketika berkunjung ke Dusun Sade.

“Ini seperti jebakan, dan saya meragukan kalau orang-orang ini benar-benar tinggal disini. Ini seperti bisnis yang sangat besar sejak awal, dan saya tidak menyukainya. Mereka seperti mencoba menipumu, harus menggunakan guide dan tidak bisa pergi sendiri, kita harus membayar donasi sebelum melihat tempat ini dan rekomendasi saya agar jangan datang lagi ke tempat ini yang bernama Sade,” jelasnya panjang.

“Jadi ini adalah sebuah desa yang bernama Sade. Ini adalah alasan lainnya kenapa saya tidak membaca rekomendasi tempat di internet yang mengatakan ini dan itu, dan kita berakhir di tempat seperti ini.. Ngomong-ngomong jangan datang ke tempat ini dan saya tidak merekomendasikan kalian untuk datang kesini. Ini seperti tempat wisata tipuan, ini tidak seperti yang saya temukan di Turki dan tempat lainnya yang pernah saya kunjungi,” pungkasnya.

Komentar Kepala Desa Rembitan

Atas beredarnya video tersebut di facebook dan berhasil menuai pro dan kontra, Kepala Desa Rembitan, Lalu Minaksa turut angkat bicara. Dirinya meminta maaf jika unggahan wisman tersebut membuat kegaduhan khsusunya mengenai Dusun Sade.

“Saya sangat sangat menyesalkan apa yang di sampaikan oleh wisatawan sekaligus Youtuber tersebut, Karena pada kenyataannya kami tidak pernah meminta uang atau mematok tarif bagi pengunjung yang datang ke tempat kami, dan saya yakin semua yang berkunjung ke Sade tahu akan hal tersebut,” ungkapnya.

Oleh karena itu, dirinya meminta agar persoalan tersebut jangan dijadikan sebagai dasar untuk menjatuhkan Dusun Sade. Dia meminta agar para pemilik agen perjalanan ataupun para pemandu wisata agar memberikan informasi yang sebenarnya kepada tamu-tamu yang dibawa berkunjung ke Sade sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman.

“Sebenarnya jika menggunakan pemandu lokal, wisman tersebut bisa dijelaskan mengenai hal-hal yang membingungkannya seperti tampak di video. Tapi dari awal memang bule ini tidak mau patuh terhadap aturan yang mengikat wisatawan ketika berkunjung khususnya di Dusun Sade,” jelasnya.

Komentar Pelaku wisata Lombok

Salah satu pelaku wisata di Lombok, Rata Wijaya yang merupakan sekretaris Asosiasi Hotel Mandalika. Dikatakannya, dia merasa terusik dengan video yang diunggah wisman tersebut yang menilai sade sebagai Scam Village.

“Sade adalah salah satu desa wisata yang paling dewasa di Lombok jika berbicara mengenai pengelolaan desa wisata. Kita tidak mau memberikan penilaian buta karena pada video tersebut saya melihat opini publik yang ingin dibangun adalah sisi-sisi negatifnya,” ungkapnya.

Sebagai pelaku wisata, kata Rate sapaan akrabanya, harus memberikan sikap terkait apa yang diungkapkan oleh bule tersebut terkait adanya scaming di Sade.

“Ini siapa sih yang Scaming sebenarnya, mereka datang dan hanya melihat hal-hal negatif dan tidak baik saja, ini tidak bisa kita biarkan,” tegasnya.

Senada dengan Kepala Desa Rembitan Lalu Minaksa, Rate juga membenarkan bahwa di Sade memang tidak ada patokan harga mengenai berapa uang kontribusi yang harus diberikan oleh para pengunjung.

“Di destinasi lain terang-terangan menaruh semacam harga tiket masuk, sedangkan di Sade tidak diberlakukan. Harga-harga memang lebih fleksibel di Sade jika dibandingkan dengan tempat lainnya,” kata General Manager Tunak Cottage and Restaurant itu.

Di sisi lain, kata Rate, hal tersebut bukan menjadikan Sade anti kritik. Dirinya menilai hal tersebut sebagai bahan evaluasi untuk berbenah dan memperbaiki tata kelola agar hal seperti itu tidak terjadi lagi.

Hal-hal positif dari Davud Akhundzada

Sebagai informasi kepada sahabat Lensa Mandalika, Davud Akhunzada adalah seorang traveler dan juga content creator yang berasal dari Aljazair. Dirinya melakukan perjalanan untuk mengelilingi tempat-tempat di seluruh dunia, salah satunya pulau Lombok.

Dilihat dari video-video yang dibagikannya, dirinya kerap memberikan uang lebih terhadap penduduk lokal tempatnya berbelanja, termasuk di Sade. Dia tidak mengambil kembalian kepada penjual sarung dan penjual gelang yang dibelinya. Dirinya juga memberikan sejumlah uang kepada Perempuan lanjut usia yang menjajakan syal tanpa mengambil barang jualan perempuan lanjut usia tersebut.

Davud Akhunzada memiliki kebiasan melihat langsung aktifitas masyarakat lokal di daerah yang dikunjunginya dan tak jarang membagi-bagikan sejumlah uang atau membayar uang lebih kepada warga setempat. Selain Sade, dia juga mengunjungi pasar tradisional Sengkol dan juga desa-desa lainnya di pulau Lombok. (red/lm)

Video selengkapnya mengenai kunjungan Davud Akhunzada di Dusun Sade dapat dilihat pada video ini