Lensamandalika.com – Dalam rangka HUT 64 NTB pada 17 Desember kemarin, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB memberikan penghargaan pada bidang pariwisata kepada enam pihak, yakni dari unsur pemerintah daerah; BUMN atau BUMD; asosiasi pariwisata; desa wisata terkreatif, hingga tokoh pariwisata inspiratif 2022.
Alih-alih mendapat pujian, pemberian penghargaan pada bidang pariwisata tersebut malah menuai kritik. Dinas Pariwisata (Dispar) sebagai organisasi perangkat daerah (OPD) yang menginisiasi dinilai tidak melakukannya secara objektif.
”Parameternya tidak jelas. Tidak objektif,” kata Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) NTB Sahlan M Saleh mengutip Lombok post, Kamis (22/12/2022).
Dikatakan Sahlan, apa yang dilakukan dispar seperti ingin memecah belah asosiasi yang selama ini telah berjuang untuk pariwisata NTB. Menurutnya, pemberian penghargaan itu dilakukan tanpa parameter yang jelas sehingga cenderung menciptakan polemik antar asosiasi pariwisata.
”Anggapan yang muncul, silakan kerjakan pariwisata NTB hanya dengan mereka. Ya kami-kami ini tidak diperlukan lagi,” ungkapnya.
Begitu juga untuk penghargaan yang diberikan kepada individu berupa tokoh pariwisata inspiratif. Sahlan menilai masih banyak tokoh hebat di sektor pariwisata. Bahkan dengan rekam jejak perjuangan selama puluhan tahun dalam membesarkan pariwisata NTB.
”Ini baru muncul dan tidak mengerjakan apa-apa sudah diberikan penghargaan. Seperti menghina senior kami yang lama berjuang,” tegas Sahlan.
Menurutnya, Pemprov maupun Dispar NTB boleh saja menggelar penghargaan. Namun lebih bijak jika dilakukan secara objektif. Jelas soal rekam jejak prestasinya untuk perkembangan pariwisata di Provinsi NTB.
Senada dengan Sahlan, Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia atau Association of Indonesian Travel Agent (ASITA) Nusa Tenggara Barat, Dewantoro Umbu Joka, meyayangkan pemberian penghargaan pariwisata tersebut. Pemberian penghargaan itu dinilainya tidak pantas karena tanpa parameter yang jelas.
Ia menilai pemberian penghargaan oleh Pemprov NTB tersebut telah mempermalukan asosiasi yang selama ini memberikan dukungan dan berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata NTB.
“Seolah-olah yang lain seperti PHRI, ASITA, ASTINDO, MHA, IHGM dan AHM tidak berkolaborasi dengan Dispar NTB dan juga para tokoh-tokoh senior yang sudah berjasa pada pembangunan pariwisata NTB,” ketus Umbu Joka.
Menurutnya kemajuan pariwisata yang diraih NTB selama ini tidak datang secara tiba-tiba. Namun, kemajuan tersebut berkat dukungan semua pihak termasuk sumbangsih para tokoh-tokoh pariwisata di wilayah itu.
“Ini (pariwisata, red) tidak ujuk-ujuk maju begitu saja, banyak peran para tokoh dan asosiasi yang terlibat dari beberapa tahun lalu sampai saat ini,” tegasnya.
Umbu menilai masih banyak yang lebih pantas mendapatkan penghargaan tersebut. Karena jasa-jasanya terhadap pariwisata NTB.
“Saya saja tidak ada apa-apanya dibanding senior-senior yang lain. Ada Pak Misbah, Pak Perama, Pak Gita, Pak TGB, Pak Fauzan. Ada Pak Awan, Bu Wolini, Mantan Kadispar NTB Faozal. Kalau kita ini hanya anak bawang yang baru 20 tahun ngurus pariwisata,” kata Umbu Joka.
Sementara itu Ketua Solidaritas Warga Inter Mandalika (SWIM) (halaman selanjutnya)