Lensamandalika.com – Bau nyale adalah tradisi tahunan yang dilaksanakan oleh masyarakat Pulau Lombok, khususnya di bagian selatan. Tahun-tahun sebelumnya, acara bau nyale selalu dipusatkan di Pantai Seger, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
Namun sebelum pelaksanaan pesta rakyat Bau Nyale, dilakukan sebuah rapat penentuan hari H atau dalam bahasa Sasak disebut Sangkep Warige.
Dalam sangkep tersebut, biasanya dibahas mengenai pergerakan bulan dan bintang, tanda-tanda alam yang telah muncul sebagai pertanda akan tiba waktu pelaksanaan Bau Nyale.
Bau Nyale sendiri, berdasarkan penanggalan kalender Suku Sasak, dilaksanakan setiap tanggal 20 bulan 10. Nah Sangkep Warige tersebut adalah untuk menentukan, penyesuaian tanggal 20 bulan 10 pada kalender Sasak dengan kalender Masehi yang berlaku saat ini.
Sebagaimana biasanya, dalam Sangkep Warige dihadiri oleh Tokoh-tokoh dari empat penjuru mata angin. Untuk Sangkep Warige tahun ini, akan dilaksanakan besok, Rabu (11/1/2023) bertempat di Kampung Suku Sasak Ende.
Dalam bahasa Sasak, Bau artinya menangkap dan Nyale adalah Cacing Laut. Bau Nyale adalah aktivitas masyarakat untuk menangkap cacing laut yang dilakukan setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan tradisional Sasak (pranata mangsa) atau tepat 5 hari setelah bulan purnama. Umumnya, antara bulan Februari dan Maret setiap tahunnya.
Masyarakat setempat percaya bahwa Nyale adalah jelmaan Putri Mandalika, anak pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting dari Kerajaan Tonjang Beru dalam hikayat kuno Sasak. Putri Mandalika diceritakan sebagai sosok cantik yang diperebutkan oleh banyak pangeran dari berbagai kerajaan di Lombok seperti Kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan teeru.
Karena tak ingin terjadi kekacauan di kemudian hari jika ia memilih salah satu di antaranya, Putri Mandalika pun menolak semua pinangan itu dan memilih mengasingkan diri. Akhirnya Putri Mandalika memutuskan untuk mengundang seluruh pangeran beserta rakyat di Pantai Kuta di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah pada tanggal 20 bulan 10, tepatnya sebelum Subuh.
Seluruh undangan berduyun-duyun menuju lokasi. Putri Mandalika yang dikawal ketat prajurit kerajaan muncul di lokasi. Kemudian dia berhenti dan berdiri pada sebuah batu di pinggir pantai. Tak lama, ia pun terjun ke dalam air laut dan menghilang tanpa jejak. Seluruh undangan sibuk mencari, namun mereka hanya menemukan kumpulan cacing laut yang kemudian mereka percayai sebagai jelmaan Putri Mandalika. (red/lm)