lensamandalika.com – MSH (28), seorang karyawan swasta, ditemukan sudah tak bernyawa tergantung di kamar kosnya di Kelurahan Karang Taliwang, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu malam (27/8/23) sekitar pukul 21.30 Wita. Jasad MSH ditemukan langsung oleh kekasihnya.

Laki-laki yang berasal dari Kelurahan Karang Pule, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, itu diduga depresi pasca dipecat perusahan tempatnya bekerja.

Kapolsek Sandubaya, Kompol Moh Nasrullah menjelaskan motif bunuh diri itu diketahui setelah meminta keterangan sejumlah saksi.

“Informasinya, korban depresi akibat diberhentikan bekerja karena menggunakan uang perusahaan,” ucapnya, Senin (28/8/23) lewat WhatsApp.

Tetapi, Kapolsek Sandubaya tidak dapat menyebutkan nominal uang perusahaan yang digunakan oleh MSH.

“Tetapi pihak keluarga bilang sudah mau selesaikan (uang itu) dengan pihak perusahaan. Jadi korban memang sudah tidak bekerja,” lanjutnya.

Diinformasikan sebelumnya, MSH ditemukan tak bernyawa tergantung pertama kali oleh pacarnya, RS (22). Dia saat itu tengah berkunjung ke kos MSH bersama rekannya.

“Jadi pacar korban datang ke kos korban bersama rekannya. Kemudian membuka pintu kos sudah melihat korban dalam keadaan meninggal tergantung di ventilasi tembok kamar,” tambahnya.

Dari hasil olah TKP, polisi menduga kuat kematian MSH murni akibat bunuh diri.

“Kami sudah mengecek ke lokasi dan melaksanakan identifikasi serta olah TKP. Setelah itu kami membawa jenazah ke RS Bhayangkara untuk diperiksa,” ujarnya.

Dugaan kuat bunuh diri juga ditegaskan dari hasil pemeriksaan medis. Baiq Widaning Dwi Anjani, dari tim dokter RS Bhayangkara, mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh MSH.

“Dokter menemukan cairan yang keluar dari alat kelamin dan anus korban. Ini adalah petunjuk atau ciri-ciri meninggal disebabkan gantung diri,” tutup Widaning.

Saran untuk Sahabat Lensa Mandalika, jika merasakan gejala depresi dengan kecenderungan seperti pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan itu ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental. (red/Respa)