Lensamandalika.com – Berdasarkan sangkep warige penentuan tanggal bau nyale yang dilaksanakan pada 14 Januari 2024 lalu di Kampung Adat Suku Sasak Ende, acara bau nyale akan dilaksanakan mulai Kamis (29/2/2024) besok hingga lusa, Jumat (1/3/2024).

Namun begitu, warga sudah memadati pesisir pantai selatan Lombok Tengah sejak dini hari tadi, Rabu (28/2/2024).

Berdasarkan pantauan media ini, masyarakat sudah banyak yang mendapatkan nyale, baik yang ke tengah laut menggunakan sampan maupun yang turun di pesisir pantai.

“Ini sudah lumrah sejak dulu. Ada namanya lampak telu, lampak due, lampak sekek, dihitung mundur dari sebelum hari H Bau nyale,” ungkap Jumadil, salah seorang warga yang dikonfirmasi Lensa Mandalika.

Menurut Jumadil, mendekati bau nyale memang air laut surut menjelang subuh, sehingga warga selatan yang lumrah dengan kegiatan Madaq (mencari ikan saat air laut surut, red) juga akan menemukan nyale.

Menurut Jumadil, pagi tadi yang penyebutannya adalah Lampak Due (H-2 hari puncak bau Nyale), nyale yang berhasil dibawa pulang oleh warga cukup banyak dan sudah berseliweran dalam bentuk berbagai olahan yang dijajakan di sosial media.

Meski sudah mendapatkan nyale pagi tadi, dirinya bersama warga lain di kampungnya tetap akan mengikuti penanggalan bau nyale yang ditetapkan pemerintah.

“Kalau dilihat dari warna nyale yang muncul, kemungkinan akan tumpah lagi besok pagi tanggal 29 Februari, pagi tadi warnanya masih belum lengkap,” pungkasnya.

Sebagai Informasi untuk Sahabat Lensa Mandalika, acara malam puncak Bau Nyale akan dilaksanakan besok malam (29/2/2024) bertempat di Pantai Seger.

Pada malam puncak besok, masyarakat yang menunggu kedatangan nyale di Pantai Seger akan dihibur oleh Band The Datu dan Amtenar.

Sementara itu, Ketua Blok Pujut, Rata Wijaya yang ditanya mengenai banyaknya nyale yang muncul sebelum hari H sudah menjadi fenomena yang tidak lazim.

“Nyale ini seolah paham dahaga masyarakat yang butuh senang pasca pilpres,” kelakarnya.

Mengambil contoh pada bau nyale tahun lalu, imbuh Sekjen Mandalika Hotel Association (MHA) itu, juga ditangkap sekitar 3-4 hari berturut turut.

“Taun lalu juga sejak lampak due sudh banyak Nyale, ada kemungkinan dipengaruhi perubahan iklim global. Ini bukti alam kita kaya, silahkan dimanfaatkan dengan adil,” pungkasnya. (red/lm)