Keterangan foto: Mengikat padi: Petani di Desa Kawo sedang mengikat padinya yang roboh karena tersapu angin kencang (Foto: facebook/beneqkawo)


Lensamandalika.com – Fenomena El-Nino yang berkepanjangan membuat cuaca semakin tak menentu. Salah satu dampak El nino yang belakangan ini masih dirasakan adalah hujan lebat yang disertai angin kencang.

Di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Senin (11/3/2024), hujan yang disertai angin kencang menyebabkan atap rumah di beberapa desa ambruk, ditambah lagi sejumlah pohon tumbang di Desa Ketare, hingga Desa Sukadana.

Selain itu, hujan disertai angin kencang menyebabkan para petani, di Desa Kawo, Kecamatan Pujut ramai-ramai mengikat batang padi untuk mengurangi kerugian besar akibat tanaman padi roboh diterjang hujan disertai angin kencang.

“Kalau total keseluruhan di persawahan yang ada di Desa Kawo ini berkisar puluhan hektar yang padinya roboh akibat hujan dan angin kencang kemarin,” kata Saipul Bahri, salah satu petani di Desa Kawo yang dikonfirmasi Lensa Mandalika, Selasa (12/3/2024).

Saipul mengatakan langkah mengikat tanaman padi dilakukan untuk mengurangi kerugian yang cukup besar. Apalagi tanaman padi miliknya yang roboh belum bisa dipanen. Sehingga harus tetap ditegakkan kembali dengan diikat agar siap dipanen.

“Masa panen kurang lebih dua sampai tiga minggu kedepan, jadi harus diikat agar batangnya tetap tegak. Kalau dibiarkan roboh bisa rusak dan membusuk,” ungkapnya.

Mengikat batang padi yang roboh, kata Saipul adalah upaya penyelematan agar tidak terendam sehingga memudahkan petani ketika panen tiba.

“Nanti buruh panennya yang mengeluh kalau tidak diikat. Sudah roboh, batangnya terendam dan busuk, bulir padinya juga kemungkinan bisa tumbuh lagi,” terangnya.

Dirinya berharap cuaca kedepan kembali bersahabat agar jumlah lahan petani yang padinya roboh tidak kembali meluas.

“Kalau cuacanya terus begini, pasti yang roboh lebih luas lagi dan itu berarti nambah kerjaan, karena mau tidak mau yang roboh harus diselamatkan,” bebernya.

Sementara itu, lanjut Saipul, tanaman padi yang roboh yang dimiliki oleh masing-masing petani tidak terlalu berpengaruh siginifikan pada hasil panen. Untuk metode panen, dikatakannya sudah perlahan beralih dari tenaga manusia ke mesin Combine Harvester.

“Asalkan cuaca kedepan bersahabat, jangan hujan angin lagi. Kalau cuaca buruk, jangankan padinya, kami para petani juga bisa ‘bejowong’ (pusing, red)” pungkasnya. (reed/lm)