Lensamandalika.com – Ketua Karang Taruna Kecamatan (KTK) Pujut, Sri Anom Putra Sanjaya melontarkan pertanyaan tajam kepada ITDC (Indonesia Tourism Development Corporation) dan MGPA (Mandalika Grand Prix Association) menjelang pelaksanaan MotoGP Mandalika 2024.

Ia menyoroti kurangnya transparansi dalam perekrutan tenaga kerja lokal, termasuk volunteer, yang terlibat dalam event internasional tersebut.

Anom mengungkapkan bahwa beberapa anggotanya yang telah berpengalaman mengikuti event-event manajemen serupa sebelumnya tidak diterima dalam penyelenggaraan kali ini.

“Kami ingin tahu apa kriteria penerimaan tenaga kerja dan kenapa banyak yang tidak lolos, padahal sebelumnya selalu diterima,” kata Anom kepada Lensa Mandalika, Jumat (27/9/2024).

Selain masalah tenaga kerja, ia juga mengkritisi minimnya sosialisasi terkait peta jalur dan informasi lainnya kepada pemuda setempat yang biasanya diberikan menjelang event besar.

“Tahun lalu, ada porsi jelas untuk pemuda lokal, tapi kali ini tidak ada informasi yang sampai kepada kami,” tambahnya.

Anom juga mempertanyakan mengenai distribusi tiket gratis yang sebelumnya dijanjikan. Hingga saat ini, Karang Taruna belum menerima tiket dengan jumlah yang sama seperti pada penyelenggaraan sebelumnya.

Dalam waktu dekat, Anom dan anggota Karang Taruna Pujut berencana untuk mengajukan pertanyaan langsung kepada ITDC dan MGPA guna mencari kejelasan terkait isu-isu tersebut.

“Kami terkenal solid, kami akan hadir sama-sama. Yang kerja saat ini akan saya panggil semua. Mereka bisa saja akan mogok besok pagi khusus untuk mempertanyakan hal ini,” tegas Anom.

Senada dengan Anom, Kabid Advokasi dan Bantuan Hukum Karang Taruna Kecamatan Pujut, Gusti Sempane Gare, menyoroti kurangnya keterlibatan warga lokal dalam rangkaian acara Site Event MotoGP yang digelar di dalam Sirkuit Mandalika. Menurutnya, hingga kini pihak penyelenggara belum melakukan sosialisasi terkait event tersebut, terutama dalam mengakomodir talenta atau band lokal.

“Kami tidak pernah mendapatkan sosialisasi dari penyelenggara. Padahal ini menjadi kesempatan penting bagi band lokal untuk tampil di acara internasional seperti ini,” ujar Gusti Sempane Gare.

Ia juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap Syah EO, salah satu event organizer yang terlibat, karena dinilai tidak menunjukkan itikad baik dalam memberikan ruang bagi talenta lokal.

“Tidak ada itikad baik dari Syah EO dalam mengakomodir band atau talenta lokal. Kami sudah coba komunikasi, tapi sampai sekarang belum ada hasil yang memuaskan,” tambahnya.

Tak hanya itu, masalah pembayaran fee juga menjadi sorotan. Menurut Gusti, terjadi saling lempar tanggung jawab antara Syah EO dan ITDC terkait pembayaran fee yang diterima oleh talenta lokal. Yang diterima saat ini hanyalah biaya transportasi.

“Pihak Syah EO dan ITDC terus saling lempar soal pembayaran fee. Mereka hanya membayar transportasi saja, sementara kompensasi lainnya tidak jelas,” ungkapnya dengan nada kecewa.

Lebih lanjut, Gusti menyatakan bahwa kesempatan untuk memberdayakan pemuda lokal juga semakin berkurang. Pada event-event sebelumnya, pemuda-pemudi Karang Taruna Kecamatan Pujut selalu diberi kesempatan untuk terlibat, baik sebagai tenaga kerja maupun dalam pengembangan UMKM.

“Dulu, kami selalu dilibatkan dalam event-event besar seperti ini. Tapi sekarang, baik ITDC maupun MGPA tidak memberikan kesempatan kepada tenaga kerja potensial dari Kecamatan Pujut. Ini sangat disayangkan karena bentuk pemberdayaan pemuda yang sudah berjalan tidak dilanjutkan lagi,” jelas Gusti.

Selain itu, Karang Taruna Kecamatan Pujut juga tidak diberikan kesempatan untuk menempatkan produk-produk unggulan mereka dalam bentuk stand UMKM.

“Tidak ada stand UMKM satupun yang diberikan kepada Karang Taruna Kecamatan Pujut. Padahal, kami punya banyak produk lokal yang bisa dipromosikan di ajang besar ini,” tutupnya.

Situasi ini, menurut Gusti, menunjukkan kurangnya perhatian dari pihak penyelenggara dalam mengakomodasi kepentingan lokal yang seharusnya menjadi bagian dari event internasional seperti MotoGP.

“Karang Taruna Kecamatan Pujut berharap ada dialog lebih lanjut agar keterlibatan talenta, tenaga kerja, dan produk lokal bisa lebih terakomodasi dalam event-event besar di masa depan,” pungkas Gusti. (red/lm)