Lensamandalika.com – Sebanyak 20 ribu ekor ikan nila di dua kolam milik Amaq Serang, warga Dusun Bunkate Timuq, Desa Bunkate, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, ditemukan mati mendadak, Rabu, (7/5/2025) pagi. Kejadian itu tak hanya memupus harapan panen dalam waktu sepuluh hari ke depan, tetapi juga menyebabkan kerugian yang ditaksir mencapai Rp70 juta.
“Saya dapat telepon dari warga yang rumahnya dekat kolam kalau semua ikan saya mati. Padahal malamnya jam 12 saya masih cek, ikannya sehat-sehat semua,” kata Amaq Serang saat ditemui di lokasi kolamnya, Rabu sore.
Ia menjelaskan, malam sebelum kejadian, dirinya sempat memasukkan air baru dari aliran sungai ke dalam kolam sebagai rutinitas perawatan. Namun tak disangka, keesokan paginya, ribuan ikan nila yang ia pelihara selama empat bulan itu justru ditemukan mati secara massal.
“Biasanya saya tambah air malam-malam supaya sirkulasi tetap bagus. Tapi kali ini malah jadi bencana. Saya curiga air sungai itu tercemar atau ada bahan beracun, karena kejadian begini juga pernah saya alami beberapa tahun lalu,” ujarnya.
Melihat ikan mulai lemas, Amaq Serang sempat berupaya menyelamatkan dengan menyalakan mesin sirkulasi air untuk memperbaiki kualitas oksigen. Namun, usaha itu tak membuahkan hasil.
“Saya hidupkan mesin sirkulasi dari pagi sampai siang, tapi tetap tidak ada perubahan. Ikannya tetap mati satu per satu. Lama-lama semuanya mengapung,” katanya.
Kolam milik Amaq Serang terdiri dari dua petak besar, masing-masing berisi sekitar 10 ribu ekor ikan nila. Saat ini, sebagian besar bangkai ikan masih terlihat mengapung di permukaan air dan mulai membusuk. Proses pembersihan kolam telah dilakukan sejak siang hari, namun hingga sore belum juga selesai.
“Sudah saya angkat sebagian, tapi belum selesai juga. Mau kami kubur biar baunya hilang, sekarang bau bangkainya sudah mulai menyengat. Ini baru pertama kali sebanyak ini matinya,” ungkapnya.
Ia berharap ada perhatian dari pemerintah dan instansi terkait, terutama untuk memeriksa kualitas air sungai yang digunakan warga untuk mengisi kolam-kolam ikan.
“Saya enggak tahu pasti penyebabnya, tapi kalau dibiarkan bisa terus terulang. Kami ini petani ikan, kalau seperti ini terus, habis modal,” pungkasnya pasrah. (red/eds)