Lensamandalika.com – Pemerintah Desa Aiq Bual, Kecamatan Kopang, Kabupaten Lombok Tengah kembali menggelar event tahunan Bekerase pada 13-15 Desember 2025 mendatang.

Jika di pesisir pantai selatan Lombok Tengah warga tumpah ruah menangkap Nyale, maka pada acara Bekerase, warga dan wisatawan diajak menangkap ikan air tawar di Embung Bual, ikon wisata Desa setempat.

Tradisi Bekerase telah dilakukan secara turun-temurun sejak tahun 1970-an. Setiap tahun, warga berkumpul membersihkan bendungan, menangkap ikan bersama, dan melakukan ritual syukur yang menjadi bagian penting dari kehidupan sosial dan budaya mereka.

Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Aiq Bual, Hairul Anam menjelaskan tradisi bekerase semula lahir dari kebutuhan menjaga sumber air dan memperkuat kebersamaan.

Kini tradisi tersebut terus dirayakan oleh generasi ke generasi, menjadi penanda kuat identitas masyarakat Aik Bual dan menjadi event tahunan yang ditunggu-tunggu pelaksanaannya.

“Istilah Bekerase berasal dari Bekerise, artinya memperbaiki dan membersihkan lingkungan, terutama bendungan. Dulu dilakukan gotong royong, kemudian masyarakat menangkap ikan bersama-sama menggunakan alat tradisional,” terang Anam ketika dikonfirmasi media ini.

Tradisi Bekerase menjadi momen perawatan sumber air, termasuk pembersihan Embung Bual dari sampah dan ganggang. Selain bernilai ekologis, kegiatan tersebut memiliki dimensi spiritual.

“Bekerase juga berarti memperbaiki lahir batin. Biasanya dilaksanakan saat peralihan musim atau menjelang Ramadhan, supaya masyarakat menata diri sebelum masuk bulan suci,” kata Anam.

Kegiatan ini mengandung nilai kebersamaan yang kuat. Ikan hasil tangkapan, kata Anam dikumpulkan terlebih dahulu menjadi satu dan dibagi rata oleh tetua masyarakat.

“Semua dilakukan bersama-sama,” bebernya.

Tradisi Bekerase selalu diawali ritual bejambek, yakni pemasangan penyawek oleh pemangku adat sebagai tanda bahwa bendungan akan digunakan untuk kegiatan adat. Setelah pembersihan dan penangkapan ikan selesai, masyarakat menggelar Nyelametan sebagai bentuk syukur atas nikmat air dan hasil panen.

Seiring berkembangnya waktu, ritual ini kemudian diformalkan menjadi Festival Bekerase Aik Bual, yang rutin digelar setiap tahunnya. Festival tersebut berisi kegiatan pembersihan embung, penangkapan ikan bersama, penanaman pohon, hingga tasyakuran.

Menurut Anam, status festival yang telah masuk kalender pariwisata Kabupaten Lombok Tengah dan Provinsi Nusa Tenggara Barat itu memberi dampak positif bagi warga.

“Sekarang Bekerase bukan hanya tradisi, tetapi juga menarik wisatawan dan menggerakkan ekonomi masyarakat. UMKM kita ikut hidup,” katanya.

Untuk tahun 2025, panitia mengusung tema “Menjaga Alam, Melestarikan Budaya, dan Menggerakkan Ekonomi Masyarakat.” Tema ini mencerminkan tujuan utama festival: konservasi lingkungan, pelestarian tradisi, dan pemberdayaan ekonomi lokal.

“Warisan ini tidak boleh hilang. Dengan masuk kalender pariwisata, kami berharap Bekerase semakin dikenal luas tanpa meninggalkan nilai-nilai aslinya,” tegas Anam.

Festival Bekerase kini menjadi bukti bahwa Lombok tidak hanya kaya akan panorama alam, tetapi juga tradisi budaya yang unik dan bernilai tinggi.

Sahabat Lensa Mandalika yang tertarik mengikuti keseruannya, datang dan saksikan event Bekerase Desa Aiq Bual pada 13-15 Desember 2025 dengan berbagai acara seperti talkshow budaya dan pariwisata, bakti sosial, senam bersama, lomba mewarnai, pelepasan burung merpati, menangkap bebek hingga bazar UMKM.

“Puncak acara pada 15 Desember di Taman Wisata Embung Bual mulai pukul 09.30 Wita. Ada juga acara hiburan yang dimeriahkan oleh artis LIDA, Eva Yolanda bersama FA12 Pro Audio,” pungkasnya. (red/lm).