Lensamandalika.com – Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Jonggat di Desa Labulia Kecamatan Jonggat sepi peminat.

Sejak pendaftaran peserta didik baru dibuka sampai mulai pembelajaran. Ternyata jumlah siswa yang masuk hanya mencapai empat orang saja.

Mengutip Radar Lombok, Kepala SMP Negeri 6 Jonggat, M Zaki Nurjam mengakui, tahun ajaran baru 2022/2023 ini pihakny telah berupaya maksimal agar para peserta didik bisa mendaftar di sekolah itu.

Pihaknya juga meminta peran dari pemda untuk membantu dalam menyosialisasikan sekolah tersebut kepada masyarakat.

“Makanya kami meminta pemerintah daerah untuk membantu menyosialisasikan ke masyarakat agar mereka bisa mengarahkan anak mereka masuk ke SMP Negeri 6 Jonggat. Sebenarnya tahun ajaran baru saya lihat di data Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) memang yang mendaftar ada 5 orang, hanya saja ada satu orang yang cabut berkas karena orang tuanya ada di Denpasar,” ungkap M Zaki Nurjam, Selasa (19/7) kemarin.

Sementara itu, jumlah siswa ntuk kelas VIII dan IX tak kalah memprihatinkan. Kelas VIII terdapat enam orang dan kelas IX ada enam orang. Jadi total jumlah siswa di SMPN 6 Jonggat untuk semua kelas hanya 16 orang.

Salah seorang pegiat media sosial, Syaiful Hadi mengatakan program sekolah-sekolah non madrasah mau tidak mau harus segera berbenah.

“Contohnya , sekolah harus bisa menyesuaikan program tambahan sesuai dengan harapan masyarakat di sekitarnya, misalnya di Malang jawa Timur, tempat saya tinggal, banyak sekolah-sekolah umum disini mengadakan program membaca alquran dan shalat dhuha di masjid sekolah seara bersjamaah setiap pagi sebelum pembelajarn dimulai,” terangnya.

“Sekolah juga mengharuskan seluruh siswa muslim untuk shaat jamaah wajib setiap masuk waktu shalat,” imbuhnya.

Netizen lainnya, Mbah Udin mengomentari, generasi sekarang orang tuanya lebih menginginkan agae anak-anaknya sekolah di pesantren.

“Dunia perlu, akhirat fardu, ” tegasnya.

“Pemeirntah harus bisa memberi solusi dengan mengolaborasikn pola pnddkn karena masyarakt lebih tertarik dengan pendidikan berbasis agama. Kenapa tidak pemrintah mmbuat SMP ISLAM di beberapa tempat sebagai solusi untuk masyarakat, ” tulis Abe Gabriel. (Red/lm)