Lensamandalika.com – Besarnya hosting fee yang dibayarkan ITDC untuk setiap kali penyelenggaraan World Superbike (WSBK) di Sirkuit Mandalika disinyalir menjadi biang kerok kerugian.

Mengutip Kontan, besaran hosting Fee untuk penyelenggaraan WSBK yang diselenggarakan pada 3-5 Maret 2023 yang lalu adalah sebesar 3.6 Juta Euro.

Angka tersebut jika dikonfirmasi ke dalam kurs rupiah akan menjadi sekitar 61.2 Milliar Rupiah ( dengan perkiraan konversi 1 Euro = Rp. 17.000 ).

Besarnya angka hosting fee tersebut membuat Ketua Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Askar Daeng Kamis mengajak untuk berhitung ulang, jika seandainya angka yang sama digunakan untuk biaya pemasaran pariwisata Lombok Sumbawa.

Dikatakannya, yang paling jarang dibicarakan dalam strategi pemasaran Pariwisata baik di tingkat nasional atau daerah adalah Cost Per Acquisition ( CPA) atau Biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan seorang client.

“Sekiranya CPA kita adalah 20 persen dari harga kamar, maka kalau ADR ( Average Daily Rate) atau Harga Rata-Rata kamar kita di pulau Lombok berkisar di angka Rp. 850.000, maka kita akan mendapatkan angka CPA sebesar Rp. 170.000 / tamu atau client,” jelasnya melalui keterangan tertulis yang diterima Lensa Mandalika, Rabu (12/7/2023) kemarin.

Dirinya lantas menjelaskan hitungan matematis jika hosting fee WSBK dibagi dengan angka CPA diatas, maka akan didapatkan angka kunjungan tamu sebesar 730.000 pax.

“Hosting fee sebesar 61,2 Miliar itu kita bulatkan saja menjadi 62 Miliar. Kemudian 62M dibagi Rp. 170.000, maka didapatkan angka 365.000 tamu. Melihat kebiasaan tamu yang biasanya traveling minimal berdua, maka kali dua dari 365.000 adalah sebesar 730.000 pax,” terangnya.

Dengan jumlah tamu sebanyak 730.000 itu , dikatakannya akan memerlukan kamar hotel sebanyak 365.000 kamar hotel. Hitungan selanjutnya adalah mengalika jumlah kamar hotel yang dibutuhkan itu dengan rata-rata lama tinggal (Average Length of Stay) tamu di Lombok selama 2.5 Night ( malam).

“Maka kita akan mendapatkan 365.000 booking dikali Average Length of Stay selama 2.5 Nights malam, maka kita akan mendapatkan 912.500 RN di kali ADR sebesar Rp. 850.000 maka kita akan mendapatkan jumlah hasil penjualan kamar saja sebesar Rp 776 Milliar,” bebernya.

“Ini kita belum menghitung potensi pendapatan dari makanan transportasi, tour, dan ativitas lainnya di destinasi wisata,” imbuhnya.

Oleh karena itu, dirinya mengajak agar pemerintah lebih bijaksana dalam mengeluarkan anggaran agar lebih membawa manfaat bagi banyak orang, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

“Semoga perkiraan perhitungan ini bisa memberikan gambaran dan edukasi bagi banyak orang. Mulailah menata Pariwisata kita dengan pendekatan matriks-matriks yang terukur dengan standard keilmuan Pariwisata. Karena dalam bisnis kita sering sebut : IT DOESN’T MAKE SENSE IF IT IS DOESN’T MAKE BUSINESS SENSE,” pungkasnya. (red/lm)