lensamandalika.com – Seorang pria asal Desa Gunungsari, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat berinisial SL ditemukan sudah tidak bernyawa akibat gantung diri di berugak kebun yang berada di Dusun Pekel, Desa Gunungsari, Senin (30/10/23) pagi, sekitar pukul 06.30 WITA.

SL (64) itu nekad mengakhiri hidupnya diduga depresi karena terjerat hutang dan kebutuhan ekonomi.

“Itu dugaannya (depresi karena terlilit utang), serta korban tidak suka mendengar kata-kata kasar atau kotor dari kolektor (penagih utang),” ungkap Kapolsek Gunungsari, IPTU I Putu Gede Merta Yasa, Senin (30/10/23).

SL ditemukan dengan kondisi masih tergantung dengan tali nilon. Adapun yang pertama kali menemukan korban yaitu seorang warga yang hendak mencari rumput untuk ternaknya.

“Saksi melihat ada orang tergantung di salah satu berugak di pinggir sungai. Melihat itu, saksi langsung memberitahukan warga sekitar,” lanjutnya.

Sebelum kejadian itu, diketahui korban sebelumnya pamitan ke keluarganya untuk menunaikan Shalat Subuh di masjid depan rumahnya. Sejak saat itulah korban tak kunjung pulang.

Karena mendapati suami yang tak kunjung pulang, istri korban menghubungi anaknya yang waktu itu berada di Pasar Gunungsari untuk menanyakan keberadaan ayahnya.

Kemudian anak korban pun pulang. Namun belum sempat sampai dirumah, anaknya melihat kerumunan orang. Alhasil karena penasaran, anak korban pun turun untuk melihat apa yang menyebabkan kerumunan tersebut. Betapa kagetnya, ternyata yang dikerumuni warga itu adalah bapaknya yang sudah meninggal gantung diri.

“Korban sudah ditemukan di salah satu kebun dalam keadaan gantung diri, dalam posisi leher diikat dengan menggunakan tali nilon warna hijau,” ungkapnya.

Setelah itu, dibantu warga sekitar, tubuh korban diturunkan dan dibawa pulang ke rumahnya. Ketika ditemukan, kedua kaki korban dalam keadaan menekuk menyentuh tanah.

“Korban mengeluarkan air lendir di mulut dan mengeluarkan sperma (ciri-ciri gantung diri),” ungkap Yasa.

Dikatakannya, pihak keluarga menerima peristiwa yang menimpa korban dan menolak autopsi.

“Pihak keluarga sudah membuat surat pernyataan penolakan autopsi,” tutup Yasa. (red/Respa)