lensamandalika.com – Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini mulai memasuki perpindahan musim dari kemarau ke penghujan.
Perpindahan musim ini membuat cuaca terkadang diguyur hujan tetapi kadang juga panas menyengat. Suhunya akhir-akhir ini cukup panas baik siang maupun malam hari. Tidak seperti biasa, suhu ketika malam hari masih cukup panas dan dikeluhkan banyak orang.
Kondisi berada di luar rumah ketika malam hari pun tidak membuat tubuh merasa dingin akhir-akhir ini. Seperti contohnya di wilayah Gerung Lombok Barat. Berdasarkan catatan suhu udara di Google, suhu di angka 27 derajat celcius dengan tingkat kelembapan 92 persen.
Namun tingkat kelembapan tersebut tergolong sangat tinggi. Bahkan pada catatan suhu di Google tertulis “Panas yang Berlebihan” di beberapa wilayah di NTB, termasuk Lombok Barat dan Mataram.
BMKG sendiri sudah menjelaskan penyebab suhu udara terasa panas di malam hari. Itu adalah fenomena biasa di musim kemarau maupun peralihan musim saat ini.
Adapun seperti dirilis dari situs resmi BMKG, dikatakan bahwa suhu udara panas di malam hari itu disebabkan karena adanya suhu panas dan kelembapan udara yang tinggi. Semakin banyak uap yang dikandung di udara, maka akan semakin lembap udara.
Dengan kondisi udara yang lembap karena kecepatan angin yang rendah sehingga Semakin tinggi kelembapan maka udara semakin jenuh oleh uap air. Udara lembap juga menyebabkan udara penuh oleh uap air sehingga menghambat penguapan panas dari pori-pori kulit. Itu membuat banyak orang akan merasa tubuhnya menjadi gerah.
Untuk mengukur udara lembab dapat dilihat dari embun yang ada pada dedaunan atau rumput. Kemudian ditambah lagi berkurangnya intensitas angin di malam hari menjadi sebab suhu panas dan terasa gerah.
Selain itu, Angin membantu membuat suhu menjadi lebih sejuk dan segar. Jika intensitas tiupan angin berkurang, maka suhu menjadi lebih panas dari biasanya dan membuat tubuh cepat gerah. Kecepatan angin yang rendah berpengaruh terhadap kelembapan udara yang cukup tinggi. Kelembapan udara yang tinggi membuat suhu menjadi lebih lembap dan panas.
Sementara itu, faktor lainnya yaitu banyaknya awan atau tutupan awan. Awan ibarat selimut, jika di siang hari memiliki awan yang tebal tentu cahaya matahari tidak langsung memantul permukaan bumi, tetapi terhalang ke awan, sehingga suhu tidak panas.
Tetapi jika di malam hari, suhu udara yang dingin juga terhalang oleh tutupan awan, sehingga tidak sampai ke permukaan bumi. Ini menyebabkan suhu menjadi panas.
“Pada malam hari, suhu udara bisa terasa panas ketika tutupan awan cukup tebal,” ungkap Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Tomi Ilham dikutip dari koranntb.com. (red/Respa)