Oleh: MN. Hadi (Mahasiswa UIN Jurusan Pemikiran Politik Islam)

Saya termasuk salah satu yang ikut turut serta mengamati Pemilihan Umum tahun ini melalui lembaga external yang dilibatkan oleh Bawaslu RI. Sebenarnya keterlibatan saya dan teman-teman bukan hanya pada hari pemilihan saja melainkan mulai dari proses Pemilu sejak jauh-jauh hari, seperti verifikasi Partai Politik setahun lalu.

Rekrutmen Caleg Partai Politik se-NTB menjadi konsen kami saat itu, banyak hal kami temukan dibeberapa Dapil namun ada cerita yang cukup menarik di Dapil 8 NTB, menurut kami PKB disitu tidak akan mendapatkan kursi, faktor kegagalannya cukup banyak, saat itu kami sudah pada kesimpulan itu.

Lalu Pelita Putra Bertarung sendirian, 6 Caleg lainnya di PKB pada Dapil 8 kami sebut sebagai pelengkap semata. Proses kampanye berjalan menuju hari pelantikan, data kami belum berubah jika melihat peta pertarungan antara PKB dan Nasdem pada Dapil tersebut, pemenangnya adalah Nasdem.

Nasdem tampilkan pemain yang sudah ada bintang, ada melati tapi pelengkap Gender. Seperti Jazuli Azhar dan Burhanudin mereka ini penghuni lama Udayana. Syarif dan Athar yang telah berkali-kali tampil di Dapil 8, mereka perawat sejati konstituen, satu nama baru Habibullah adalah eks Staffsus Gubernur. Mau dibolak-balik data diatas kertas bahkan menggunakan metode apapun, Nasdem pememangnya.

Pilegpun berjalan cukup brutal, isu money politik ada dimana-mana, ada salah satu Caleg yang cukup sering kami berdiskusi dengannya mengatakan bahwa Pileg kali ini sangat mengerikan.

Setelah pemilihan-penghitungan suara, benar saja Nasdem memenangkannya. Pasca pleno kecamatan, kami bahkan sempat mengirim pesan “selamat” kepada Caleg Nasdem pemenang kursi Dapil 8 tersebut. Pleno Kabupaten beda cerita, kami ada di dalam ruangan itu, Pelita Putra meminta penyelenggara membuka beberapa TPS yang dicurigainya tempat penggelembungan suara, ia-pun mendapat rekomendasi Bawaslu.

DHUARRR!!! Pelita Putra membalikkan keadaan, penghitungan ditarik KPU Provinsi dari KPU Kabupaten, ia menang. Tentu prosesnya tidak mudah, namun itulah keputusan KPU Provinsi setelah proses sanding data selesai.

Pelita Putra keluar dari lubang jarum kematian itu, ia berhasil merayu Sang Dewi keberuntungan memihak kepadanya, ia menunjukkan kelasnya. Menurut kami, atas achievmentnya itu, sudah saatnya ini ia melirik kursi eksekutif dan sebaiknya berhenti jadi Dewan setelah sekian periode berada disana.

Selamat…!