Lensamandalika.com – Lensamandalika.com – Solidaritas Warga Inter Mandalika (SWIM) melontarkan kritik tajam terhadap dialog publik bertema Menuju Pariwisata Mendunia yang ditayangkan oleh TVRI NTB baru-baru ini. Menurut mereka, tema tersebut terkesan membawa kembali pemikiran ke era 70-an, padahal realitas pariwisata NTB saat ini sudah bertaraf internasional.
Ketua SWIM, Lalu Alamin, menyebut judul dialog “Menuju Pariwisata Mendunia” yang dihadiri sejumlah tokoh perwakilan Dinas Pariwisata Provinsi NTB, Komisi II DPRD NTB dan Akademisi itu justru mencerminkan pola pikir yang terbelakang dan dinilai kuno.
“Terlalu terbelakang kalau ada pemimpin yang masih bilang kita ini menuju pariwisata mendunia. Dari dulu tamu dari berbagai belahan dunia sudah datang ke Lombok, bahkan dari negara-negara konflik seperti Bosnia,” tegas Lalu Alamin, Senin (12/5/25).
“Tahun 1993 Lady Diana memilih Pulau Moyo di Sumbawa sebagai tempatnya menenangkan diri. Bahkan penyanyi kenamaan seperti Mc Jagger dan Atlet seperti Maria Sharapova hingga David Beckham juga datang ke Pulau Moyo,” imbuhnya
Alih-alih terus berbicara soal “menuju mendunia”, menurutnya, pemerintah seharusnya fokus memperbaiki dan meningkatkan kualitas infrastruktur pariwisata berdasarkan tiga pilar utama: atraksi, aksesibilitas, dan amenitas.
Ia menampik anggapan bahwa pariwisata NTB hanya dinikmati oleh kawasan selatan saja. Menurutnya, kemajuan wilayah utara justru ikut terdorong oleh geliat pemasaran destinasi Kuta Mandalika.
“Justru mereka sudah maju karena pemasaran dari Kuta yang membawa tamu ke sana. Dua hak turis di Lombok ini adalah Gili dan Kuta. Gili memang menarik, tapi karena berada di luar pulau, kecil kemungkinan menjual destinasi seperti Benang Stokel atau Benang Kelambu dari sana. Maka Kuta jadi titik jual utama,” tambahnya.
Namun demikian, ia menyoroti sejumlah persoalan dasar seperti infrastruktur jalan yang belum memadai di kawasan super prioritas.
“Jalanan gelap, kabel listrik dicuri, dan pemerintah seolah menyerah. Kita ini butuh pemerintah sebagai pemecah masalah, bukan justru ikut frustrasi,” tegasnya.
Ardinata Sanah, warga Desa Sade yang juga aktif dalam gerakan masyarakat pariwisata, turut memberikan pandangannya. Ia menilai bahwa mimpi NTB menuju pariwisata mendunia perlu diimbangi dengan logika dan tindakan nyata.
“Wisatawan ke Lombok itu masih ‘muntahan’ dari Bali. Mereka tinggal di Bali dulu, baru ke sini. Bahkan banyak yang balik lagi ke Bali. Pertanyaannya, apa yang ada di Bali yang tidak ada di Lombok?” ungkap Sanah.
Ia berharap NTB tidak terus bergantung pada Bali dalam menggerakkan pariwisata. NTB bukan lagi nasib tergantung Bali, tetapi menurutnya NTB harus punya konsep sendiri yang jelas. Ia menilai Lombok khususnya, sudah waktunya berdiri sendiri sebagai destinasi internasional yang mandiri.
“Bandara kita saja disebut internasional, tapi penerbangan langsungnya cuma dari Malaysia dan Singapura. Kalau mau benar-benar mendunia, harus ada penambahan rute penerbangan dari dan ke negara lain,” ujar Sanah.
Ia juga menyoroti kurangnya diversifikasi pada produk desa wisata. Banyak desa wisata di NTB, namun mayoritas menjual konsep yang sama sehingga terkesan monoton di mata wisatawan.
“Wisatawan melihat hal yang sama di banyak tempat. Harusnya ada peran pemerintah dalam mengatur diferensiasi produk supaya tidak membosankan. Hampir semua Desa Wisata menampilkan suguhan-suguhan serupa, jadinya tidak ada diferensiasi,” katanya.
Sanah pun mengingatkan pentingnya perhatian serius terhadap kebijakan pariwisata, terutama karena NTB tidak memiliki sektor unggulan lain seperti pertambangan yang dimiliki Sumbawa.
“Jangankan mendunia, di depan bandara saja lampu tidak ada. Konsep mendunianya seperti apa?” katanya menyindir.
Ia berharap pemerintah menghidupkan kembali semangat peningkatan kualitas SDM pariwisata sebagaimana yang pernah dilakukan di era Departemen Parpostel tahun 1980-an.
“Dulu ada penyuluhan dan penataran untuk SDM pariwisata. Sekarang? Tamu tidak mau datang lagi karena merasa bosan, apalagi dengan banyaknya pedagang asongan yang dianggap mengganggu,” pungkasnya.