Lensamandalika.com – Pengamat pertanian sekaligus Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin, memprediksi akan terjadi impor beras pada tahun ini hingga 2 juta ton.
Salah satu faktor yang mendorong pemerintah melakukan impor beras yaitu adanya musim kemarau panjang pada tahun ini.
Bustanul memperkirakan produksi beras di dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 95-97 persen kebutuhan, maka perlu impor sekitar 2 juta ton untuk menutup defisit tersebut.
“Saya kira 2020 akan ada impor lagi antara 1,5 juta ton – 2 juta ton, kalau tidak jangan main-main di situ,” katanya melalui diskusi virtual, Kamis (14/5).
Adapun berdasarkan paparannya titik kritis pasokan beras akan terjadi pada bulan Oktober-November hingga Januari 2021. Salah satu tantangan yang akan dihadapi yaitu negara-negara produsen beras yang kini juga tengah fokus untuk memenuhi kebutuhan warganya masing-masing.
“Itupun kalau COVID-19-nya selesai Agustus 2020. Produksi beras itu turun 7,7 persen dari 2018-2019, kemungkinan 2020 turun lagi,” imbuhnya.
Sebelumnya pemerintah telah melakukan impor beras pada tahun 2018 sebesar 2,25 juta ton, lalu pada tahun 2019 sebesar 400 ribu ton.
Selain dari sisi pasokan yang diprediksi kritis, dari sisi harga, beras medium di tingkat pedagang mengalami kenaikan sekitar 1,73 persen pada April 2020 menjadi Rp 11.750 per kilogram (kg) dibanding periode sama pada tahun sebelumnya.
“Impor beras dapat dilakukan 1,5-2 juta ton untuk mengisi stok dan Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Kontrak impor perlu dilakukan, beras masuk secara bertahap,” jelasnya. (Red/LM)
Keterangan Gambar : Sejumlah pekerja menurunkan beras impor asal Vietnam dari kapal di Pelabuhan Indah Kiat, di Merak, Cilegon, Banten. Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman