Lensamandalika.com – Seorang pria asal Cakranegara, Kota Mataram yang merupakan pemilik akun facebook bernama Lalu Agus Firad Wirawan, Pria berusia 50 tahun, diamankan polisi lantaran kerap memposting konten berbau sara.

Postingannya yang berbau sara tersebut kemudian menimbulkan reaksi kemarahan dari sebagian masyarakat, dan akhirnya melaporkan ke polisi. Sehingga polisi pun kemudian bertindak dengan mengamankan yang bersangkutan di rumahnya pada Senin pagi kemarin (27/7), sekitar pukul 06.30 Wita.

Postingan akun facebook yang memancing kemarahan khalayak ramai ditulis akun Lalu Agus Firad Wirawan tujuh hari yang lalu yakni 22 Juli 2020.

Ditulisnya ā€œKalau semua cara Arab dianggap Islami, lama2 rukun iman nambah jadi 7, yg terakhir perkosa pembantu! #SaveKeleponšŸ¤£ā€ ungkapnya.

Dalam postingannya yang lain di hari berikutnya, 23 Juli 2020, Lalu Agus Firad Wirawan juga menyinggung Nabi Muhammad dan kelepon yang dikatakan tidak islami yang sempat viral beberapa hari yang lalu. Postingannya berbunyi “Masalah kelepon dibilang tak Islami ? Itu Karena Nabi Muhammad hidup di Arab, kalau di Meda pasti dia sunnahkan Duren Ucok toh ?”

Demikian dalam postingan yang lain pada tanggal 26 Juli 2020, Lalu Agus Firad Wirawan juga menyinggung Nabi Muhammad SAW dan perjuangan gerakan 212. Postingannya berbunyiā€œMungkin baginda Nabi akan kena serangan jantung kalau melihat ketololan kadrun Penyundal Agama 212 inišŸ¤£ā€

Menyikapi masa yang gerah dengan postingannya, bahkan LSM Kasta NTB juga telah melayangkan Surat Pengaduan kepada Kepala Kepolisian Resor Kota Mataram bertanggal (27/7) kemarin, Lalu Agus Firad Wirawan kembali membuat postingan baru di akun facebook miliknya, (28/7) yakni tentang Surat Terbuka yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo, dan Kapolri Idham Aziz yang intinya mengadukan perlakuan warga yang mendatangi rumahnya sebagai tindakan persekusi.

Berikut Surat Terbuka Lalu Agus Firad Wirawan selengkapnya:

SURAT TERBUKA
Kepada Yth.
Bapak Presiden dan Bapak Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
di JAKARTA

Assalamulaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Teriring salam takzim dan hormat kepada Bapak berdua sebagai wali amanah dan pemangku kebijakan sektor keamanan di negeri ini, semoga Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa selalu memberikan kesehatan dan kekuatan kepada bapak berdua untuk mengemban amanah bangsa besar ini.
Ijinkan saya melalui surat terbuka ini memberikan keterangan dari apa yang menimpa saya hari ini tepatnya sekira pukul 08.50 WITA pagi kemarin hingga pukul 24.00 malam.
Pak Presiden dan Pak Kapolri,

Nama saya Lalu Agus Firad Wirawan, seorang pekerja wiraswasta bidang energi terbarukan dan teknologi elektronika, saya juga adalah pekerja sosial paruh waktu yang disela-sela kesibukan profesi, menggeluti dunia sosial politik dalam ikut membantu agar bangsa ini cepat dapat menggapai cita-cita kesejahteraan dan keadilan.

Saya empat kali bertemu bapak presiden dalam setiap kunjungan ke kampung halaman saya di Lombok NTB, satu kali di Bali. Pak Jokowi adalah idola saya sejak bapak jadi walikota Solo, Gubernur DKI dan sekarang Presiden. Sayang memang di laman FB saya terdahulu banyak sekali dokumentasi kegiatan sosial saya yang menjadi viral di medsos karena pendapat-pendapat saya oleh teman-teman dianggap ‘terlalu membela’ pak Jokowi, itu semua karena menurut saya, bapak memang pantas digugu dan ditiru dalam banyak hal yang tak banyak orang Indonesia miliki saat ini.

Demikian pula dengan pak Jenderal Idham Azis, saya terkagum saat dengan fasihnya bapak menyanyikan lagu BONGKAR!!! seketika setelah baru saja dilantik jadi Kapolri. Seperti juga kekaguman saya pada pak Tito Karnavian yang begitu anti pada radikalis dan terorisme yang menjadi biang kerok terseoknya kemajuan pembangunan kita.

Pak Kapolri,
Kemarin pagi saya didatangi oleh sekelompok orang yang menamakan dirinya sebagai LSM KASTA NTB, entah singkatan apa KASTA itu saya tak pula tahu. Mereka memaksa Satpam di perumahan tempat saya tinggal untuk menunjukkan rumah saya dan rencananya akan mempersekusi saya. Konon mereka tersinggung atas semua postingan saya di sosial media (Facebook) yang mereka tuduh menodai agama Islam! Alhamdulillah aparat kepolisian bertindak cepat dengan mengamankan saya dan membawa saya ke kantor Polresta Mataram segera sebelum peristiwa yang tak diinginkan terjadi.

Astagfirullah pak! Saya ini Islam sejati yang sangat mencintai agama saya! Sejak lahir hingga dewasa saya dididik dengan norma-norma Islam yang damai dan mengayomi semua ummat manusia serta seluruh alam. Oleh sebab itulah, pada posting-posting sebelumnya saya banyak menyuaran pembelaan pada kaum minoritas yang merasa ‘tertindas’ dalam menjalankan kewajiban agama mereka oleh kelompok yang kemudian kita kenal sebagai kelompok radikal dan intoleran! Sikap saya sering dianggap kontroversi karena saya pernah mengajukan diri menjadi ketua pembangunan rumah ibadah ummat Hindu yang ada di Lombok Utara ketika saat itu sekelompok orang ingin menghalangi kebebasan orang lain untuk menjalankan agama. Bagi saya, membela hak-hak kaum minoritas itu justru adalah KEWAJIBAN dalam agama yang saya anut; ISLAM! Pak Presiden dan Pak Kapolri pasti sepakat untuk mengatakan bahwa agama kita ini adalah RAHMATAN LIL ALAMIN, bukan RAHMATAN LIL ARABIN! Apalagi RAHMATAN LIL RADIKALIST!!!

Karena keyakinan saya pada Islam yang damai dan penuh cinta itulah justru menjadikan saya mengambil langkah kontra pada semua jenis tindakan intoleran yang mengatasnamakan agama saya. Saya sangat yakin, Islam Nusantara yang saya pelajari dari KH Abdurahman Wahid (Gusdur) dan sahabat saya TGB Zainul Majdi adalah selayak-layaknya untuk patron yang paling sesuai dengan keseharian kita sebagai bangsa yang berPancasila! Islam itu ramah, bukan Islam marah-marah! Islam itu damai bukan Islam main bantai!

Pak Kapolri, polisi sudah berusaha memediasi ‘kesalahpahaman’ antara saya dan orang-orang itu siang tadi di kantor Mapolresta Mataram, namun demikian rupa-rupanya syahwat politik yang membekingi mereka belum puas, mereka datang lagi. Mungkin karena ‘mediasi’ yang diusahakan pihak Polres Mataram kemarin siang itu gagal menemui titik jumpa akibat mereka bersikeras seperti memaksa agar saya meminta maaf dan mengakui postingan-postingan yang dimaksud adalah salah. Tentu saya menolak semua klaim mereka dan serta merta menyatakan bahwa saya tak samasekali merasa ada yang salah dengan postingan-postingan saya tersebut. Masalah saya menggunakan diksi yang dianggap kasar untuk kalimat akronim PA 212 yang saya sebut sebagai PENYUNDAL AGAMA pun saya bersikukuh merasa benar! Karena saya melihat, disetiap tindakan politik yang dilakukan mereka selalu mengatasnamakan agama! Dari sesederhana menyakiti kaum minoritas di negeri ini hingga menghujat pemerintah yang tidak mau menuruti syahwat politik mereka! Saya ingin bertanya pada nurani pak Presiden dan pak Kapolri, sebagai sesama Muslim apakah bapak-bapak tidak sakit mendengar teriakan-teriakan sadis berembel-embel kalimat Tauhid yang seharusnya terdengar indah di telinga semua orang itu???

Pak Presiden,
Saya yakin dan telah pula membuktikan bahwa bapak adalah figur yang luar biasa! Dicacimaki, difitnah, dihina, dituduh kafir, dibilang komunis laknat, tapi bapak tetap saja berbuat yang terbaik bagi rakyat! Bahkan kepada mereka yang dalam kesehariannya ikut-ikutan latah mendzolimi bapak! Lombok sudah membuktikan betapa besar kasih sayang bapak kepada masyarakat yang dalam dua kali Pilpres tak pernah mendukung bapak lebih dari 30%!!! Tak cuma saat musibah gempa menghantam pulau kecil ini, tapi sejak awal menjabat presiden, saya menghitung sudah lebih dari 10 kali pak Jokowi mengunjungi kami, sudah puluhan triliun dana APBN bapak gelontorkan untuk membangun kawasan pariwisata, agro industri dan sebagainya! Saya malu pak, benar-benar malu rasanya kalau harus terus diam saat nama bapak, pak Jenderal Tito, pak Luhut Binsar, dihina sebagai antek aseng komunis, anti Islam dan sejenisnya! Kalau pak Jokowi mungkin bisa sabar, tapi tidak demikian dengan saya, saya sangat terpukul agama saya dipakai untuk tujuan-tujuan politik kotor seperti itu! Apalagi oleh orang-orang yang dikenal selama ini jadi penikmat kebijakan pembangunan bapak! Meminjam istilah sahabat saya TGB; itu orang-orang disebut KUFUR NIKMAT!!!

Pak Kapolri,
Saya adalah hamba hukum yang taat azas, karenanya apapun yang dituduhkan mereka kepada saya akan saya pertanggungjawabkan tak hanya di hadapan hukum, tapi juga dihadapan Allah pada saat ajal menjemput saya kelak. Kita semua tak mungkin menghindar dari pengadilan akhirat itu. Oleh karenanya lah saya katakan pada rekan-rekan penyidik kemarin bahwasanya saya tidak mau samasekali meminta maaf pada mereka, saya yakin apa yang saya lakukan mengandung kebenaran yang hakiki bahwasanya orang-orang yang selama pemerintahan bapak ikut menikmati nikmatnya kue pembangunan itu sudah memakai agama kita sebagai alat politik untuk menyerang lawannya! Inilah yang saya sebut sebagai pemerkosaan agama! Adalah wajib hukumnya untuk saya lawan!!! Hatta hanya tersisa seorang saya yang bertahan untuk itu!

Pak Presiden dan pak Kapolri, hukum harus tegak di negara ini! Tak boleh ada tindakan apapun diluar daripadanya, oleh siapapun selain aparat! Maka saya berharap wibawa negara bisa ditegakkan. Kalau dalam kejadian persekusi-persekusi sebelumnya korban menyerah tanpa daya, kali ini saya bertekad tidak akan tunduk pada keinginan mereka. Saya dan keluarga punya harga diri pak, dan kami takkan pernah surut sejengkalpun untuk mempertahankan kebenaran!
Demikian kiranya yang dapat saya sampaikan. Untuk perhatian bapak-bapak, saya haturkan terimakasih.

Billahi Taufik Wal Hidayah
Assalamualaikum Wr. Wb.

Lalu Agus Firad Wirawan