Lensamandalika.com – Vaksin untuk menangkal COVID-19 telah tiba di Indonesia dan kini saatnya menentukan kemana dan sektor apa yang diprioritaskan untuk distribusinya pada tahap awal ini.
Tanpa mengabaikan azas pemerataan di tengah keterbatasan jumlah vaksin yang tersedia di periode kedatangan pertama ini, pemerintah dapat membuat pertimbangan yang tepat seiring dengan program pemulihan perekonomian di tengah masa pandemi ini.
Masyarakat Sadar Wisata (MASATA) sebagai komunitas pemerhati, pelaku dan pendukung industri kepariwisataan Indonesia memberikan masukannya bahwa segala sesuatu tindakan penangangan dan pemulihan masa pandemi ini harus bersifat strategis dan terintegrasi dengan program yang telah diluncurkan sebelumnya.
“Hal ini untuk menghindari ada yang sia-sia dari apa yang telah dijalankan sebelumnya. Kami contohkan seperti di Bali, central hub industri pariwisata Indonesia yang telah mendunia sejak dulu, itu mesti menjadi prioritas utama untuk menyambung dari apa yang telah dijalankan pemerintah pusat di sana untuk merangsang kebangkitan ekonomi bangsa seperti perhelatan dan pertemuan-pertemuan nasional. Jadi sektor pariwisata yang saat ini menjadi tumpuan pembangunan mesti diperhatikan sebagai prioritas utama” kata Panca Rudolf Sarungu, Ketua Umum DPP MASATA yang dihubungi via telepon.
Sementara di Bali sendiri memang sedang banyak dibahas saat ini tentang pendistribusian vaksin tersebut. Ketua DPD MASATA Bali menyampaikan bahwa usaha pariwisata di Bali sejak Juni 2020 lalu telah gencar menyiapkan sekaligus mengimplementasikan program protokol kesehatan CHSE sebagai bentuk antusiasme tinggi dalam menyongsong kebangkitan perekonomian.
“Ada 3 program audit CHSE yang berlangsung di Bali yakni dilakukan oleh Pemprov dan Pemkab/Kota, dilanjutkan dengan program Kemenparekraf mulai Oktober lalu. Dan sudah banyak yang diaudit mencapai 900an tempat usaha seluruh Bali sehingga kesiapan kami di Bali ini perlu didukung secepatnya dengan pendistribusian vaksin anti COVID ini untuk tenaga kerja pariwisata sebagai garda terdepan dalam berinteraksi dengan wisatawan baik domestik maupun mancanegara,” kata Dr.(C). I Made Ramia Adnyana,SE.,MM.,CHA , Ketua Wilayah DPD MASATA Bali.
Dikatakannya, ia juga setuju bahwa tenaga medis yang terpenting didahulukan sebagai tindakan penyelamatan dan penyembuhan pasien terpapar virus tersebut. Sehingga mereka juga aman menjalankan tugasnya.
“Nah setelah itu sektor pariwisata yang diberikan,” imbuhnya.
Hal lain juga disebutkan bahwa sejalan dengan program pemerintah dalam mengupayakan masyarakat produktif dan aman COVID-19, khususnya di Bali sektor pariwisata disebutkan paling siap dalam percepatan pemulihan perekonomian.
Sekretaris DPD MASATA Bali turut menambahkan bahwa program dana hibah pariwisata dari pemerintah pusat saat ini telah dialokasikan untuk reaktivasi usaha pariwisata.
“Saya mendukung jika vaksin didistribusikan ke sektor pariwisata secepatnya. Setelah audit CHSE untuk kesiapan beroperasinya usaha pariwisata, dana hibah pariwisata yang diterima Bali mencapai 1,2T juga agar tepat sasaran yakni sebagai modal kerja perusahaan yang telah menerima dana tersebut,” ungkap Ketut Swabawa yang juga Tim Verifikasi CHSE Usaha Pariwisata Kabupaten Badung, Bali
Program vaksin pada sektor pariwisata, lanjutnya, akan mampu menciptakan public trust sebagai bentuk rasa aman untuk berwisata ke Bali. Dirinya yakin hal tersebut akan mampu menjadi akselerator pemulihan perekonomian melalui sektor pariwista khususnya di Bali.
Dari MASATA juga berharap hendaknya seluruh komponen pariwisata di Bali secara solid mendorong pemerintah agar mempertimbangkan usulan tersebut demi tujuan bersama untuk membangun kepercayaan dunia agar merasa aman datang ke Bali. (red/LM)