Lensamandalika.com – Dalam rangka memperingati hari ulang tahun (HUT) Bhayangkara ke-75, Hal yang tak biasa dilakukan oleh pemuda dari Karang Taruna Bhakti Karya Desa Ketare Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah.

Para pemuda tersebut melakukan prank terhadap Kapolsek Pujut, IPTU Lalu Abdurrahman beserta jajarannya. Kelompok pemuda dari KTI Bhakti Karya Desa Ketare datang berduyun-duyun pada tengah malam menjelang pergantian tanggal 1 Juli 2021 sekitar pukul 23:55 WITA.

“Kami datang seolah-olah seperti akan melakukan demo dan ada masalah yang sedang terjadi,” kata Ketua Karang Taruna Bhakti Karya Desa Ketare, Pena Supriadi melalui keterangan tertulisnya kepada Lensa Mandalika.

Hal tersebut lantas membuat Kapolsek dan jajarannya panik, dan sejurus kemudian menginstruksikan kepada seluruh anggotanya untuk bersiap siaga.

“Tetapi di balik itu, datang dengan tak terduga sebuah kue dengan lilin angka 75 yang dibawa oleh salah satu pemudi Ketare, membuat suasana yang tadinya mencekam menjadi riang gembira,” tutur Pena.

Dikira akan melakukan demo, ternyata pemuda Ketare sedang melakukan Prank terhadap Kapolsek Pujut beserta jajarannya.

“Ekspresi Pak Kapolsek terkejut bukan main, Beliau mengucapkan terimakasih atas kejutan dari Pemuda Ketare. Meskipun pada awalnya sempat naik pitam, tetapi rasa haru dan bahagia terlihat saat beliau (Kapolsek Pujut, red) meniup lilin HUT Bhayangkara ke 75 POLRI,” jelas Pena.

Pena menjelaskan, acara prank tersebut sudah dipersiapkan sekitar 2 Minggu yang lalu. Pada kesempatan tersebut, dirinya menyampaikan terimakasih atas kontribusi Kepolisian negara republik Indonesia yang tak pernah kenal lelah untuk mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat.

“Selanjutnya, kami juga ada rencana untuk memberikan prank juga untuk Koramil dalam rangka HUT TNI. Tetapi dengan konsep yang berbeda,” pungkasnya.

Sebagai informasi tambahan untuk Sahabat Lensa Mandalika, Istilah Bhayangkara diambil dari bahasa Sanskerta yang merupakan pasukan elite pada masa Majapahit yang bertugas mengawal raja serta keluarga inti kerajaan. Gajah Mada pernah menjadi anggota pasukan Bhayangkara dan beberapa kali menyelamatkan Raja Majapahit dari ancaman.

Istilah Bhayangkara kemudian diadopsi oleh Polri. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan Bhayangkara dengan:

“Pangkat golongan tamtama dalam kepolisian di bawah bintara yang mencakupi bhayangkara utama satu, bhayangkara utama dua, bhayangkara utama muda, bhayangkara kepala, bhayangkara satu, dan bhayangkara dua.”

Cikal-bakal terbentuknya Polri sudah bermula sejak zaman penjajahan Belanda dan era pendudukan Jepang. Dua hari setelah Indonesia merdeka, tepatnya tanggal 19 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) membentuk Badan Kepolisian Negara (BKN).

Berikutnya, tanggal 21 Agustus 1945, Komandan Polisi Surabaya yakni Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Mochammad Jassin, menyatakan bahwa Tokubetsu Keisatsutai atau Korps Polisi Khusus Angkatan Laut bentukan Dai Nippon Jepang, berganti wujud menjadi Pasukan Polisi Republik Indonesia. Dari sinilah Polri nantinya bakal terbentuk.

Selain bertujuan untuk membersihkan dan melucuti senjata serdadu Jepang yang masih tersisa, Pasukan Polisi Republik Indonesia dibentuk juga untuk membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata republik. (red/LM-dwr)