Lensamandalika.com – Belakangan ini jagat maya dihebohkan dengan adanya air yang keluar dari bukit yang berada di pinggir jalan bypass Bandara Internasional Lombok(BIL)-Mandalika, tepatnya di Dusun Buniumbang Desa Pengengat Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah pada STA 13+475, kilometer ke tiga belas dari BIL menuju Mandalika. Kini, bukit tersebut viral dengan sebutan bukit menangis.

Berbagai video berseliweran di beranda sosial media facebook dan youtube yang mengulas tentang bukit menangis. Pada video yang dibagikan, tampak orang-orang beramai-ramai menaruh botol untuk menampung airnya.

Bahkan, adapula yang menganggap air dari bukit menangis adalah air keramat yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan cara mencuci muka atau langsung meminumnya.

Lalu darimana sebenarnya sumber air bukit menangis itu, benarkah air tersebut tiba-tiba muncul, keluar dari bukit lantaran tidak terima dengan perlakukan manusia yang membelahnya untuk dijadikan jalan raya?

Redaksi Lensa Mandalika kemudian mempertanyakan hal tersebut kepada warga setempat, Amaq Ren. Sebelumnya, melalui akun facebooknya dengan nama Langsat Berami, Amaq Ren juga sempat menuliskan mengenai asal muasal dari air bukit menangis.

Di sekitar lokasi tersebut, ungkap Amaq Ren, memang sudah dari dulu terdapat mata air yang tidak pernah kering walaupun di musim kemarau seperti saat sekarang ini. Bahkan di sebelah barat bukit tersebut, kata Amaq Ren juga ada sumur yang sumber mata airnya sama, dan tidak pernah kering yaitu sumur Lendang Gusak dan Sumur Mertak.

“Dulu airnya langsung turun ke sungai yang dibawah badan jalan. Sekarang karena bukitnya sudah dibelah, jadi jalur rembesannya terpotong di sisa bukit yang masih ada,” ungkapnya ketika dikonfirmasi Lensa Mandalika via whatsapp, Jumat (08/10/2021).

“Dulu diawal-awal pembangunan jalan ini, airnya bahkan besar sekali alirannya. Tapi tidak viral karena warga disini sudah tau asal muasal airnya,” imbuhnya.

Dirinya sangat menyesalkan viralnya rembesan air di bukit tersebut, terlebih adanya pihak-pihak yang mengeramatkan keberadaan airnya yang dianggap mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit.

“Tolong dihentikan hal-hal yang seperti itu, itu kan mata air biasa seperti air pada umumnya. Jangan dikeramat-keramatkan, nanti dikira kami warga sekitar sini yang mulai duluan,” katanya.

Keramaian akibat viralnya bukit menangis, lanjut Amaq Ren juga berbahaya, mengingat jalan bypass sudah mulai ramai digunakan sebagai akses pengguna jalan menuju Mandalika.

“Kalau terlanjut dikeramatkan, nanti bisa-bisa dimanfaatkan oleh jin jahat sehingga bisa mengakibatkan rawan kecelakaan di sekitar tempat ini (Bukit Menangis). Berbahaya juga untuk lalu lintas,” pungkasnya. (red/lm)