Lensamandalika.com – Nama Dyan Dilato atau H Dyan Dilato adalah nama yang tidak asing di kalangan penikmat roda dua (baca : sepeda motor). Jangan mengaku penikmat motor sejati jika tidak mengenal nama beken tersebut.
Jabatan resminya di IMI Pusat adalah Biro Safety. Pria kelahiran 30 Mei 1964 ini bertugas terhadap kelayakan safety event balap motor, termasuk pembangunan sirkuit balap motor. Jika mau aman dan layak dipakai, harus melalui pengecekan yang menjadi salah satu spesialisasi dari Dyan Dilato.
Namun di luar itu, Dyan Dilato menjadi “perwakilan” Indonesia di FIM (Federation Internationale de Motocyclisme) Asia maupun FIM dunia.
Jika dihitung sampai sekarang, dirinya sudah 10 tahun menjadi pengurus di FIM dunia. Tahun 2010, dirinya didapuk sebagai Comission Touring and Leisure (Komisi Touring) ketika ketua IMI Pusat adalah Juliari Batubara (Mantan Mensos yang terjerat kasus bansos), kemudian menjadi anggota komisi balap motor FIM di zaman kepemimpinan Nanan Soekarna, dan lanjut di masa kepemimpinan Sadikin Aksa ini,” dikutip dari mobilinanews.
Sehingga total pada tahun ini, Dyan Dilato yang hobi melakukan touring keliling dunia dengan motor gede (moge) ini, akan 13 tahun jadi pengurus badan motor dunia yang prestisius itu.
Selain itu, yang lebih prestisius lagi, di FIM Asia dirinya telah menjadi permanent member sejak 10 tahun lalu. Dirinya bahkan sudah seperti Franco Uncini kalau di FIM Asia.
Untuk diketahui, Franco Uncini adalah mantan juara dunia GP500 dari Italia yang merupakan pejabat penting di FIM. Uncini juga sebagai Safety Officer di MotoGP.
Sama persis dengan kedudukan Dyan Dilato di kejuaraan balap motor Asia Road Racing Championship (ARRC) yakni sebagai Safety Officer.
Di MotoGP, WSBK dan ARRC, ada yang namanya Race Direction yang terdiri-dari 3 orang yang salah satunya adalah Safety Officer. Jika safety officer mengatakan bahwa sirkuit tidak layak untuk balapan karena suatu hal, maka balapan tidak jadi dilaksanakan.
Terupdate, Dyan Dilato bertugas sebagai Safety Officer pada round 1 ARRC di sirkuit Sepang, Malaysia awal Maret 2020 lalu.
Dalam tugasnya, Dyan Dilato dibekali dengan sebuah kartu FIM Superlicence dengan job description menginspeksi kelayakan sirkuit yang dipakai untuk balapan.
Ayah tiga anak itu sudah memiliki kartu tersebut sejak 2015, yang berarti dia mengetahui sirkuit Sentul International itu sekarang grade berapa dan boleh untuk menggelar event apa aja.
“Ah, sudahlah. Yang itu saya nggak mau komentar. Saya juga nggak bisa bantu banyak meski di FIM, hanya bisa menyarankan, tetapi semua itu kan tergantung pengelola sirkuit Sentul sendiri,” senyum Dyan Dilato.
Jika menilik ke belakang, Indonesia sudah pernah punya wakil di FIM, yaitu alm. Bambang Gunardi. Boleh dibilang beliau salah satu bapak balap motor Indonesia.
Nah, Dyan Dilato ini sebagai penerus Bambang Gunardi di FIM. Karena usia, dan kesehatan, Bambang Gunardi memutuskan pensiun dari FIM beberapa tahun lalu.
Saat ini, Dyan Dilato adalah satu-satunya orang Indonesia di FIM. Tugas berat, sebab harus bisa menjaga prestasi pendahulunya yakni Bambang Gunardi dan juga nama IMI dan Indonesia.
Dyan Dilato memulai karier organisasi bermotor di PP IMI pada 2008. Sebelumnya, pria bergelar Master of Business Administrasion dari Universitas Antwerpen Belgia itu, awal terlibat di dunia otomotif sebagai pembalap di kelas supersport dan superbike.
Dirinyalah yang pada tahun 2008 lalu mendirikan IMI Racing Academy. Perjalanannya di organisasi bermotor yang kini bernama IMI Pusat itu berlanjut sebagai Biro Safety Olah Raga Motor, 2008 -2012.
Lalu jadi Biro Teknik sampai 2015. Kembali menjabat sebagai Biro Teknik Motor dan Safety sampai 2019. Dan di era kepemimpinan Bambang Soesatyo sekarang ini, Dyan Dilato dipercaya sebagai Direktur Biro Safety Motor.
Di Mandalika Grand Prix Association (MGPA), Dyan Dilato menjabat sebagai Head Manager of Sporting yang bertanggung jawab penuh terhadap balapan yang akan diselenggarakan di Sirkuit Mandalika.
Namun sebelum menuntaskan tugasnya itu, MGPA telah memberhentikan Dyan Dilato pada posisi tersebut setelah viral pernyataanya yang dimuat di berbagai media terkait perkataan rasis terhadap Marshall dari Tenaga lokal.
Dyan Dilato menyebut Marshall dari warga lokal ndeso, katro, tidak berpendidikan dan masih terbelakang. (red/mob)