Lensamandalika.com – Pemprov NTB mulai mengantisipasi lonjakan harga kamar saat MotoGP berlangsung pada Maret medatang di Sirkuit Mandalika. Pasalnya keberadaan MotoGP ini tidak jarang dimanfaatkan orang yang tidak bertanggung jawab untuk meraup keuntungan tinggi dan berdampak terhadap kapoknya wisatawan untuk menginap.

Gubernur NTB, Zulkiflimansyah menegaskan, pihaknya sudah meminta dinas terkait untuk melakukan sosialisasi agar pihak hotel tidak terlalu tinggi menaikan tarif saat MotoGP berlangsung. Pasalnya, ia menemukan saat ini harga kamar hotel sudah terlalu mahal dan tentunya akan membawa citra buruk bagi para wisatawan yang datang.

“Teman saya sendiri nanya ke saya, masa semalam ada yang sampai Rp 50 juta dan ini hanya semalam. Maksud saya jangan sampai karena keinginan dapat untung sekejap karena adanya event, malah orang akan kapok datang ke tempat kita,” ungkap Gubernur NTB, Zulkiflimansyah mengutip Radar Lombok.

Terkait pernyataan Gubernur, Ketua Mandalika Hotel Association, H Samsul Bahri mengatakan harga kamar tersebut wajar melihat kualitas akomodasi dan pelayanan yang diberikan kepada tamu yang menginap.

“Itu Villa kelas Diamond milik Tampah hills. Tapi itu bukan satu kamar ya, ada 4 kamar di satu villa. Wajar harganya segitu, karena tamu dilayani seperti Sultan,” jelas Samsul kepada Lensa Mandalika, Rabu (23/2/2022).

Dikatakannya, villa tersebut memang untuk kelas tamu VVIP. Meskipun diluar event MotoGP kata Samsul, harga villa tersebut juga tidak jauh beda karena pemesanannya tidak bisa satu atau dua kamar saja, melainkan harus menyewa keseluruhan akomodasi dengan 4 kamar dan segala fasilitas yang ada dan bersifat Private.

“Kalau hotel-hotel biasa yang dihargakan segitu, ya orang bakal ketawa. Di Tampah Hills investasinya Triliunan, bukan kaleng-kaleng,” kata General Manager JM Hotel Kuta Lombok itu.

“Jangan-jangan Pak Gubernur belum pernah ke Tampah Hils,” sindirnya.

Terpisah, General Manager Tunak Cottage and Resaurant, Rata Wijaya mengatakan harga hotel selau dinamis mengingat banyak faktor penentunya.

“Tidak bisa disama ratakan dengan standar harga sembako. Komponen pembentuk harga berupa fix cost, value added seperti service, eksklusivitas dan lain lain tentu sudah masuk dalam rencana bisnis masing-masing,” katanya.

Menurutnya Yielding yang dilakukan management perhotelan adalah maximizing revenue ketika demand tinggi. Dimana ada harga high season dan ada harga low season atau musim ramai dan musim sepi memiliki harga hotel yang berbeda.

“Saya rasa prinsip ekonomi berlaku dimana mana, selama terbeli dan customer puas why not? Indonesia ga kekurangan orang kaya, membutuhkan exceptional service. Buktinya hotel di Sumba nun jauh disana seperti Nihiwatu selalu penuh di harga 125 juta per malam dimana banyak orang dalam negeri yang pesan” lanjutnya.

“Tidak usah jauh-jauh ke Sumba, Amanwana Resort yang di pulau Moyo harganya berkisar 1300-1500 dollar tergantung tipe kamar. kalau dirupiahkan yang sekitar 19-21 juta permalam,” imbuh Sekretaris MHA itu.

Rata menjelaskan bahwa para pengelola hotel memiliki target pasar sendiri-sendiri dan menyarankan pemerintah untuk fokus memastikan serapan pajak benar dan semua hotel taat pajak.

“Kita para pengelola akomodasi memiliki segmentasi pasar sendiri, dan terlalu dini untuk turun tangan disini. Baiknya pemerintah fokus memastikan serapan pajaknya benar dan semua taat pajak, sehingga naiknya harga hotel seiring dengan serapan PAD biar NTB makin gemilang,” ungkap Rata memungkasi keterangannya. (red/lm)

Keterangan foto: Ketua Mandalika Hotel Association (MHA) Samsul Bahri yang juga General Manager JM Hotel Kuta Lombok (Foto: dok.pribadi)