Lensamandalika.com – Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan, produksi padi pada musim tanam kedua meningkat, karena luas tanam bertambah dampak dari cuaca yang tidak menentu atau kemarau basah.

“Pada musim tanam kedua ini, kita optimis tidak ada petani yang gagal panen dampak dari kekeringan pada musim kemarau ini,” kata Kepala Dispertanak Lombok Tengah Lalu Taufikurrahman di Praya, Jumat.

Dengan adanya musim kemarau basah ini luas tanam padi musim kedua bertambah dari 25 hektare menjadi 30 hektare. Begitu juga dengan luas tanam hortikultura lainnya seperti jagung dan kedelai pada musim ini bertambah.

Sehingga pihaknya memastikan stok kebutuhan pangan di Lombok Tengah dipastikan aman sampai akhir 2022 atau hingga musim tanam pertama saat musim hujan nantinya. “Peluang untuk gagal panen itu di bawah 5 persen. Artinya petani padi bisa panen sesuai dengan yang diharapkan. Status gagal panen di bawah 5 persen,” katanya.

Untuk mengantisipasi penurunan harga gabah, pemerintah daerah telah bersurat kepada pemerintah pusat supaya mendorong Bulog membeli gabah petani dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah. “Harga gabah saat ini Rp370 ribu-Rp425 ribu per kuwintal,” katanya.

Sedangkan dampak negatif dari musim kemarau basah ini membuat petani tembakau resah, karena pertumbuhan tanaman tembakau kurang normal. Luas tanaman tembakau di Lombok Tengah saat ini dibatasi yakni 7000 hektare, hal itu untuk dilakukan supaya tembakau petani itu bisa diserap oleh perusahaan.

“Petani tembakau yang cukup terdampak. Terlebih tanaman tembakau yang ditanam tanpa drainase,” katanya.

Hal tersebut dibenarkan oleh Dody Suhartono, salah satu petani tembakau di Desa Pengengat, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Dirinya mengatakan nasibnya berbanding terbalik dengan petani padi yang bersuka cita karena hujan di musim kemarau yang melimpah.

“Hujan di musim panas ini telah menumbangkan seluruh petani tembakau di wilayah pujut-praya timur. Ada yang baru satu kali tanam ulang, bahkan ada juga yang sudah tiga kali,” kata Dodi kepada Lensa Mandalika, Sabtu (11/6/2022).

Dikatakannya, tanaman tembakau miliknya sudah memasuki tahap pemupukan terakhir untuk selanjutnya siap-siap dipanen. Namun begitu, hujan yang datang tiba-tiba membuat harapannya pupus.

“Saya sungguh berduka sedalam-dalamnya,” katanya sambil memijat kepalanya yang tidak sakit.

Dirinya mengaku tidak akan melakukan tanam ulang meskipun kedepan ada potensi datangnya cuaca yang besahabat untuk petani tembakau.

“Nggak, nggak mau tanam lagi. Sudah habis modal ini. Ditambah bibit juga langka dan susah didapat. Untuk petani lain yang mau tanam ulang, semoga nanti hasilnya bisa memuaskan. Semangat terus petani tembakau” pungkasnya. (red/lm)

Keterangan gambar: Dodi, petani tembakau di Desa Pengengat berswafoto di lahan tembakau miliknya yang tampak layu