Siapa bilang sepasang suami istri tidak bisa berbisnis bersama? Pasutri ini sudah berhasil membuktikannya sejak 7 tahun silam. Berkat niat dan kegigihannya, mereka kini sudah bisa mendapatkan penghasilan Rp 500 miliar setiap tahunnya dari bisnis kuliner, lho.
Kesuksesan ini tidak ada artinya kalau dulu perjuangan mereka tidak dilanjutkan. Bermula dari berjualan bakso keliling, pasangan ini kemudian membuat inovasi kue lapis yang kini menjadi idaman banyak orang.
Kini kue lapis bogor adalah ikon terbaru untuk produk hasil oleh-oleh ketika seseorang beranjak dari Bogor. Bermodal nekat, Riska dan Jati keluar dari pekerjaan tetapnya untuk mencoba peruntungan di bidang bisnis kuliner.
Mereka mencoba berjualan bakso keliling di Bogor terlebih dahulu. Setelah 3 tahun berjalan, usaha kuliner baksonya tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
Lalu usaha ini harus ditutup karena merugi.Tak tanggung-tanggung, kerugiannya juga harus membuat pasangan ini merelakan mobil, motor, serta membuat tunggakan pembayaran angsuran rumah.
Namun mereka tak patah arang, Rizka dan suami mencari ide untuk melirik bisnis di bidang oleh-oleh. Menurut mereka, Bogor merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk didatangi banyak orang, dilihat dari tempat wisatanya.
Kemudian ia mendapatkan ide untuk membuat lapis yang menunjukkan bahan dari Bogor. Memang banyak bahan baku lokal yang ada di sana, seperti tapai, ubi cilembu, dan talas.
Pilihan terakhir jatuh kepada talas, untuk dijadikan bahan lapis ini. Dengan modal Rp 500 ribu dan mixer milik sang mertua, Rizka yang semula mengaku tidak bisa memasak, mulai mencoba membuat talas. Setelah ia berhasil membuat adonan dari dapurnya, ia mulai memasarkan produknya.
Mengaku masih pemula dalam bidang ini, Riska melirik pasar pertama kali di lini pemerintahan untuk menjadi buah tangan para tamu. Dan, benar saja usahanya kini berbuah manis.
Ia dan suami sudah bisa memproduksi 4.300 kotak setiap harinya, dengan harga kisaran antara Rp 25–30 ribu. Kini ia juga sudah memiliki 8 kompetitor dengan produk serupa di Bogor. Namun ia masih bisa mempertahankan kualitas produksinya agar tak kalah saing.
Bahkan ia masih berani mengklaim produknya tidak menggunakan bahan pengawet sama sekali dan menjaga kehigienisan produknya itu. Berkat kegigihannya, pasutri ini bisa menghasilkan omzet Rp 42 miliar setiap bulannya.
Pantas saja bisnis kuliner Riska semakin dikenal di pasaran, ya. Mereka berani menjaga kualitas produk hingga kini nama Lapis Bogor Sangkuriang bisa semakin meluas di penjuru Indonesia. Apakah kamu masih ingin menunda untuk berbisnis di bidang kuliner seperti yang pasutri ini lakukan?
- Kampanye Akbar Iqbal-Dinda dibanjiri pendukung, serukan perubahan untuk NTB lebih baik
- Dorong kemajuan Budaya NTB, Iqbal Dinda akan Pisahkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
- Momentum Sejarah, Gass Iqbal Seru Warga Lombok Tengah Solid Dukung Iqbal-Dinda
- Mencolok di Debat Kedua Cabup-Cawabup Lotim, Profil SJP & Tuan Guru Fatihin, Mantan Ketua IKA UNRAM dan Ketua STMIK SZNW Anjani
- Timnas Indonesia vs Arab Saudi malam ini, tonton Live Streaming Gratis Disini