Mataram – Pemerintah provinsi NTB telah mengumumkan penambahan kasus Positif sebanyak 4 orang, Selasa malam (14/4/2020). Penambahan positif 4 orang ini berasal dari klaster Gowa karena pada rilis resmi yang dikeluarkan oleh Pemprov menyebutkan bahwa 4 pasien tersebut memiliki riwayat perjalanan ke Gowa, Makassar yakni pasien nomor 40 dan ada juga yang memiliki riwayat kontak erat dengan pelaku perjalanan ke Gowa, Makassar yakni pasien nomor 38,39, dan 41.
Menurut CEO Berugak Lombok, Supiandi, SE, M.Ec.Dev, penambahan kasus positif berasal dari klaster yang sudah terprediksi. Hal tersebut karena Covid-19 sebenarnya sudah bisa dipetakan dan harusnya sudah bisa di kendalikan.
“Sebaiknya pemerintah fokus membuat kebijakan menghadang pandemi ini, daripada membuat kebijakan yang efektifitasnya masih diperdebatkan oleh para ahli seperti kebijakan pengadaan bilik disinfektan” ujar supiandi ketika dikonfirmasi oleh redaksi Lensamandalika.com, Rabu (15/4/2020) via pesan whatsapp.
Menurutnya, cara menghadang semakin meluasnya penyebaran covid-19 sudah banyak dijelaskan oleh para ahli. Hal tersebut lanjutnya, karena pandemi covid-19 sudah jelas terlihat pola penyebarannya.
Baca Juga: 7 Klaster Virus Corona di NTB Terdeteksi, Gubernur Zul Teken SK Tanggap Darurat
“Sudah bukan barang hantu seperti awal kemunculannya di Wuhan. Memang tidak terlihat oleh mata langsung, tapi pola dan pergerakannya sudah bisa diprediksi,” jelasnya.
Dia mengingatkan agar pemerintah serius menangani penyebaran virus corona, mengingat dari hasil pemetaan oleh petugas telah didapatkan 7 klaster penyebarannya yakni Klaster Gowa, Klaster Bogor, Klaster Jakarta, Klaster Sukabumi, Klaster Bali, Klaster Luar Neger (Kapal Pesiar) dan Klaster Transmisi Lokal.
“Jika pemerintah yang menjadi garda terdepan melawan virus ini bersikap santuy dan main-main, maka virus covid-19 juga akan main-main mengambil nyawa warga. Ingat, sudah ada 2 orang yang meninggal di NTB karena keganasan virus ini,” imbuhnya.
Lebih lanjut, CEO Berugak Lombok itu juga menjelaskan tahapan penyebaran covid-19 seperti yang terjadi di Negara-negara lain yang kurang lebih pola penyebarannya sama dengan di Indonesia, khsusunya Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Pemprov NTB Gandeng Psikolog Kurangi Kecemasan Masyarakat
Tahap penyebaran covid-19 menurut para ahli yang dipaparkan oleh Supiandi dibagi menjadi 3, yaitu:
- Tahap dibawa oleh orang yang pernah berkunjung ke daerah pandemi, atau dalam gambar adanya klaster-klaster dan NTB sudah/sedang melewati tahap 1.
- Tahap ditularkan secara lokal, ditularkan oleh orang yang pernah berkunjung ke daerah pandemi covid-19, atau dalam gambar adanya garis setelah klaster dan NTB sudah/sedang melewati tahap 1.
- Tahap yang paling berbahaya yaitu tahap virus ini muncul tanpa ada nya transmisi
“Kalau sudah masuk di tahap ketiga, siap-siap saja karena yang akan terkena pasti banyak, untuk tahap 3 belum ditemukan kasusnya di NTB,” paparnya.
Menurut alumni Universiteit Antwerpen Belgia itu, melawan virus covid-19 tidak cukup dengan hanya memberikan himbauan untuk bisa melakukan isolasi mandiri bagi yang merasa ada gejala atau pernah mengunjungi daerah positif atau pernah kontak langsung dengan pasien positif.
“Tidak bisa hanya sekedar himbauan seperti itu, karena kita berbicara perilaku manusia. Perilaku manusia itu sering unpredictable, hari ini sayang besok pagi putus. Hari ini dijawab iya saya akan isolasi mandiri, tapi ketika anak istri lapar maka mohon maaf, “persetan” dengan isolasi mandiri, dan berbahagialah virus ini jalan-jalan dari si A ke si B, C, D dan lain lain,” jelasnya.
Selanjutnya, demi mencegah penyebaran covid-19 menjadi lebih luas lagi, Ia mengajak agar seluruh lapisan masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti anjuran pemerintah terkait social dan physical distancing.
“Kita harus tetap optimis, InsyaAllah badai covid-19 ini akan segera berlalu,” tutupnya. (red/_dwr)