Mas Wishnutama Kusubandio,

Belum lama, seorang kawan dari industri pariwisata di Bali, memosting rencana mitigasi yang kop-nya bertuliskan Kementerian Pariwisata. Saat baca isinya, perut saya mulai melilit, stress. Proposal yang dangkal dan low quality.

Diam2 saya berharap proposal berwarna biru tersebut dibuat oleh anak SMK pariwisata kelas gurem yang kebetulan magang di kementerian, dan tidak pernah lewat tangan Mas Tama. Ini usaha saya untuk tetap positif.

Mas,

Pihak-pihak yang terlibat dalam industri pariwisata yang selama ini menjadi sumber devisa terbesar kedua bagi Indonesia, ada banyak sekali lapisannya. Jangan anggap industri ini hanya terdiri dari pemilik2 hotel berkelas bintang.

Ada ekosistem besar di dalam industri pariwisata, hotel2 independen, restoran2 kelas kecil dan menengah seperti bisnis saya, lengkap beserta managers hingga staff paling rendah. Supplier2 level perusahaan besar hingga petani. Travel agents yang mempunyai bis ratusan hingga yg beroperasi dari kamar kos. Butik, toko suvenir, taksi, dan banyak lagi.

Dan kami semua SUDAH jatuh total sejak dua bulan lalu, sebagian besar dari golongan menengah kecil, sudah masuk fase susah cari makan. Dan saya tidak sedang bercanda! Please WAKE UP, ini bukan show di TV, Mas.

Level pengusaha kelas teri kaya saya, misalnya. Penghasilan saya MINUS, bukan nol. Saya tidak harus menerangkan kenapa minus kan? Semoga Mas ngerti itungan dasar bisnis.

Di luar bisnis, sayangnya saya manusia rata2 yg cuma punya warisan isi otak dari Ibu Bapak, nirharta. Saya harus cari makan sendiri, harus bayar cicilan juga. Apa bank dan institusi keuangan juga berhenti total beroperasi seperti bisnis saya? Tentu tidak! Tagihan2 saya dari mana bayarnya? Tidak tau, Mas. Jangankan mikirin itu, bisa jadi bulan depan saya udah harus ikut ngantri pembagian nasi jinggo gratis di pinggir jalan. No, I’m not kidding.

Saya tidak ingin cuma bacot dan komplain Mas. Tapi level krisis ini tidak mungkin saya selesaikan sendiri jungkir balik buat nyoba menyelamatkan diri dan tim saya. Saya dan teman2 di pariwisata di Bali SIAP fisik mental membantu pemerintah melakukan apapun, demi menstabilkan kondisi kami yang mulai kehilangan napas. Tapi bilang dong, kami harus ngapain??? Jangan cuma bikin statement 2022 pariwisata baru bisa pulih. Lantas??

Yang kami butuhkan itu action real yang bisa LANGSUNG menyelamatkan perut, Mas. Misal:

✳️ Bantuan cash keras yang cukup buat kebutuhan dasar bagi semua pekerja pariwisata yang dirumahkan. Pelatihan dan kursus bagus, tapi tidak bisa dimakan, Mas

✳️ Penundaan segala bentuk cicilan, secara perusahaan maupun pribadi, untuk pekerja maupun pemilik bisnis kecil dan menengah

✳️ Berikan kami data produk2 rumahan yang demand-nya tinggi saat ini dan tidak memerlukan modal besar, agar kami bisa jualan di marketplaces. Kordinir semua produk2 ini, dan bantu kami promosi.

Kemarin saya liat postingan Pak Jokowi di Instagram. Saya nyengir pahit. Teori lagi. Semoga kali ini saya salah. Implementasi ada di tangan Mas Tama. Saya berharap segera akan melihat cahaya di ujung lorong gelap ini. Berharap Mas Tama bergerak secara cepat, nyata dan cerdas, sejago seperti saat Mas membuat show TV.

Denpasar, 170420
Tabik,
H.A