Lensamandalika.com – Penyebaran wabah virus corona atau covid-19 semakin hari kian menghawatirkan. Sampai saat ini (1/5/2020) penderita virus corona di Indonesia berjumlah 10.118 kasus. Angka tersebut termasuk 230 Kasus positif corona di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Hingga sekarang, pandemi yang bermula di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) itu masih belum ditemukan vaksinnya.

Meski demikian, banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang farmasi tengah berlomba-lomba mengembangkan penelitian demi menemukan virus yang telah merenggut nyawa ratusan ribu manusia itu.

Di Indonesia sendiri, Total meninggal dunia akibat virus corona berjumlah 792 orang, 4 orang diantaranya ada di Provinsi NTB.

Baca Juga: Optimis ! Eijkman Institute Yakin Bisa Membuat Vaksin Virus Corona

Ditengah kegelisahan yang ditimbulkan akibat meluasnya penyebaran virus corona, H. Lalu Putria, M.Pd, Mantan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah atau yang dikenal dengan gelar Datu Siledendeng mengajak masyarakat NTB khususnya Suku Sasak untuk kembali pada tata cara leluhur terkait ikhtiar menghindari wabah, ‘Balaq, termasuk Corona.

Menurut Datu Siledendeng, cara mencegah ‘Balaq’ termasuk Corona mengikuti budaya Sasak Lombok ada tiga, yaitu:

Pertama, Menyalakan api unggun di sore hari menjelang maghrib atau masyarakat suku Sasak mengenalnya dengan sebutan ‘ENAUS’.

Menurutnya, ‘Enaus’ ditujukan untuk mengusir segala sangke bale (Prasangka Buruk, Wabah, Penyakit) termasuk corona.

“Wabah penyakit akan hilang dibawa asap penaus, yakni asap yang ditimbulkan dari hasil pembakaran berbagai jenis benda seperti rumput sisa makanan ternak, kotoran ternak yang telah kering, atau kayu bakar,” jelas tokoh adat Sasak yang menjabat sebagai Ketua I pada Forum Silaturrahim Kesultanan Nusantara itu.

Baca Juga: Bantu Pemerintah Cegah Corona, Ini yang Dilakukan ITDC di Mandalika dan Nusa Dua

‘Enaus’ lanjut Datu Siledendeng juga bisa dilakukan dengan menempatkan api dan bahan pembakaran lainnya pada Bak kulit yang disebut Tepak, asalkan tetap menimbulkan asap sebagai penolak sangke bale.

Kedua, ‘Mindu’ yakni menghangatkan tubuh dengan membuat api unggun di pagi hari setelah Subuh.

Tokoh Pariwisata yang juga anggota Dewan Agung pada Majelis Agung Raja Sultan (MARS) Indonesia itu menjelaskan bahwa dengan rutin melakukan ‘Mindu’ atau menghangatkan tubuh di pagi hari dapat meningkatkan daya tahan tubuh, menyegarkan kembali otot-otot dalam tubuh sehingga segar dan kembali bugar untuk memulai aktifitas sehari-hari.

Ketiga, Minum segelas air panas yg di campur perasan lemon atau jeruk nipis untuk meningkatkan produksi antibodi dan sistem imun sehingga meningkatkan kekebalan tubuh terhadap ‘kumelit-kumalat’ atau kuman penyakit yang tidak terlihat termasuk virus corona.

“Lebih bagus kalau bisa rutin diminum setiap pagi untuk teman ‘Mindu’ sembari bakar jagung, singkong atau Ubi. Menyegarkan tubuh ketika kita minum hangat-hangat,” lanjutnya.

Ia menambahkan, kalau susah mendapatkan lemon atau jeruk nipis, bisa juga menggunakan jeruk limau atau masyarakat sasak akrab menyebutnya dengan ‘Monte’.

“Meminumnya tergantung selera, lebih bagus lagi kalau ditambah dengan madu,” imbuhnya.

Baca Juga: Optimis ! Eijkman Institute Yakin Bisa Membuat Vaksin Virus Corona

Diakhir pembicaraan ketika dikonfirmasi oleh redaksi Lensamandalika.com via sambungan telepon, Datu Siledendeng menjelaskan salah satu kebiasaan baik yang harus dilakukan masyarakat sasak adalah tidak lupa mencuci tangan dan kaki dengan sabun dan air mengalir sebelum meninggalkan rumah, termasuk nanti ketika pulang beraktifitas dan hendak masuk ke dalam rumah.

“Diharuskan mencuci tangan dan kaki kalau keluar dan hendak masuk rumah, hukumnya fardhu ‘ain” pungkasnya. (red/_dwr)