Travel, Lensamandalika.com – Sektor Pariwisata menjadi salah satu yang paling tepukul akibat hantaman pandemi corona di Indonesia. Reaksi berantai atau efek domino pun terjadi pada sektor-sektor penunjang pariwisata, seperti hotel dan restoran maupun pengusaha retail.
Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) merilis ada 1.504 hotel yang harus tutup sementara akibat wabah virus corona. Penutupan hotel tersebut merata di seluruh Indonesia.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebutkan, industri retail berpotensi kehilangan omzet sebesar US$ 48 juta atau sekitar Rp 652 miliar seiring menurunnya kunjungan turis. Adapun daerah yang sektor retailnya paling terdampak adalah Manado, Bali, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Medan, dan Jakarta.
Berdasarkan Survey cepat yang dilakukan oleh Desa Wisata Institute pada 2 sd 8 April 2020 yang disebar ke beberapa desa/kampung wisata melalui jaringan Forum Komunikasi Desa Wisata di Indonesia menunjukkan banyaknya kerugian yang dialami oleh desa wisata akibat dari pembatalan/penundaan calon wisatawan di bulan Maret yang lalu berkisar antara 25-100 juta rupiah. Sementara, total jumlah Desa Wisata di seluruh Indonesia berdasarkan data BPS yakni 1.734.
Tanpa kebijakan berarti untuk selamatkan Pariwisata, Presiden Jokowi seolah menyindir minimnya kontribusi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio dengan mengemukan tiga langkah strategis untuk selamatkan industri pariwisata.
Tiga langkah tersebut yakni program perlindungan sosial bagi pekerja pariwisata, realokasi anggaran di Kementerian Pariwisata ke kegiatan lain semacam program padat karya, dan stimulus ekonomi bagi para pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Menparekraf Wihsnutama tampaknya belum paham betul mengenai instruksi presiden tersebut. Ia masih terkesan lamban melahirkan keputusan, terobosan dan kontribusi yang diharapkan dapat memberi angin segar bagi para pelaku pariwisata di Indonesia.
Menparekraf Wishnutama Kusubandio sempat mengungkapkan melalui media bahwa berdasarkan hasil riset memperkirakan industri pariwisata Indonesia baru akan pulih pada 2022 sampai 2023 mendatang.
Pernyataan tersebut sontak menjadi bahan pergunjingan di media sosial facebook lantaran narasi itu dikeluarkan tanpa disertai kebijakan dan terobosan. Netizen melalui laman facebook menulis Menparekraf Wishnuatama hanya seorang pesimis yang tidak tahu menahu tentang dunia pariwisata.
Jika mengikuti standar pemulihan sektor pariwisata yang dikeluarkan oleh UNWTO, terdapat 5 tahapan pemulihan pariwisata dunia yakni :
- Perlindungan Tenaga Kerja
- Perlindungan Industri
- Pariwisata menjadi prioritas utama pemulihan
- Menyebarkan Solidaritas Pariwisata
- Mitigasi Pariwsata
Menilik poin satu, para pelaku pariwisata sampai hari ini masih belum merasakan perlindungan untuk tetap bertahan sampai kondisi benar-benar dinyatakan aman. Alih-alih mendapatkan insentif, banyak pelaku wisata yang benar-benar merasakan dampak penyebaran corona dengan berhenti totalnya aktifitas mereka hanya mendapatkan pendataan saja. Tanpa diketahui kapan insentif tersebut akan diberikan.
Kuota kartu prakerja yang diusulkan oleh kemenparekraf sebanyak 185.586 tampaknya masih jauh dari cukup, lantaran dalam prosesnya akan melalui seleksi terpusat untuk kemudian ditentukan secara acak siapa yang berhak menerima.
Menilik Kuota Kartu Prakerja sebanyak 5,6 Juta penerima, Menparekraf Wishnutama harusnya bisa mengusulkan lebih dari 185.586 penerima dari sektor pariwisata mengingat sektor inilah salah satu yang menyumbangkan devisa terbesar untuk Indonesia.
Kelompok Pemandu wisata di Lombok mengeluhkan hal tersebut, Bobby salah satunya. Ia mengatakan saat ini, di Lombok ada sekitar 800 pemandu wisata aktif dan 9.350 dari seluruh Indonesia. Mereka telah diminta mengumpulkan KTP, nomor izin dan data lainnya namun sampai saat ini belum ada tanggapan.
“Sekedar Rp1.000 saja gak dikasih. Malah ditolak katanya sama pemerintah. Dapat kabar itu dari DPD HPI Pusat. Katanya mau dikasih tapi malah ojol (ojek online) yang dikasih,” kata Bobby dikutip dari IDNtimes (12/5/2020).
Bobby termasuk 800 pemandu wisata di Lombok memilih untuk berhenti mengharapkan insentif dan memilih bertahan hidup dengan berusaha semampunya. Bobby masih beruntung, lantaran masih mendapatkan bantuan beras sebanyak 25 kilogram dari pengurus Desa Wisata Adat Sade, tempat Ia tinggal.
Survey cepat putaran kedua pada 15 s/d 20 April yang dilakukan oleh Desa Wisata Institute melalui jaringan forum komunikasi Desa Wisata dan Dinas Pariwisata Daerah terhadap 70 Desa Wisata di 8 Provinsi yang tersebar di 30 Kabupaten/Kota menyebutkan terdapat 82% responden menyatakan program padat karya tunai di sektor pariwisata belum dijalankan.
Masih terkait survey tersebut, pada quesioner lainnya tentang apakah program padat karya tunai menyasar masyarakat yang sebelumnya terlibat dalam kegiatan pariwisata Desa, 70% responden mengatakan program padat karya tunai belum menyasar masyarakat yang sebelumnya bekerja di sektor wisata desa.
Kaitannya dengan survey tersebut, Salah satu pegiat desa wisata menuduh Menparekraf Wishnutama tak paham akan desa wisata. Apalagi membuat kebijakan yang mengarah untuk membantu pelaku wisata desa.
“Menterinya tambah nggak faham kalau diajak diskusi tentang desa wisata, Ganti Menparekraf,” kesalnya melalui koementar pada postingan terkait hasil survey tersebut yang diposting di Instagram.
Pada rapat kerja antara Kemenparekraf dan Komisi X DPR-RI, Menparekraf Wishnutama dinilai minim terobosan oleh Kelompok pegiat pariwisata lantaran mengalokasikan anggaran yang tidak proporsional dengan 3 arahan Jokowi untuk Sektor Pariwisata yakni hanya 19.96% dari Total Anggaran kemenparekraf sebesar Rp. 3,2 Triliun.
Dengan anggaran sekecil itu, Kelompok Pegiat Pariwisata itu menilai Menparekraf Wishnutama tidak berusaha menjadikan sektor Pariwisata menjadi prioritas utama pemulihan sesuai arahan UNWTO.
Pemerintah melalui Kemenparekraf tampaknya tidak diperhatikan pegiat pariwisata selayaknya pemerintah memperhatikan nasib ojol yang sepi penumpang dan tidak mendapat uang, padahal kasusnya sama, Pegiat pariwisata pun tidak ada tamu untuk dilayani agar mendapatkan penghasilan.
Jauh sebelum carut marut penanganan sektor pariwisata untuk bertahan melawan corona yang tak kunjung ada gebrakan dari Sang Menteri, Pegiat pariwisata asal Medan, Wiki, mengatakan bahwa pariwisata memang bukan passion Wishnutama.
“Di saat seperti ini kami memang butuh perhatian apapun itu, tapi akhir-akhir ini kami tidak merasakan ada menteri di dunia pariwisata,” keluhnya.
Blak-blakan Ia katakan sebaiknya Menparekraf Wishnutama Lebih baik mundur saja. Presiden Jokowi Ibarat Pelatih dalam pertandingan Sepakbola, Kata Wiki, saat ini tengah ketinggalan skor dan harus berpikir gesit atau terus kebobolan dan kalah di pertandingan.
“Jangan korbankan kami karena salah menempatkan pemain,” imbuhnya.
Flashback Ketika Presiden Jokowi memperkenalkan jajaran Menteri pada Kabinet Indonesia Maju, Ia (Red, Jokowi) meminta jajarannya untuk taat pada enam hal, yakni fokus pada visi misi Presiden dan wakil presiden, menciptakan sistem yang menutup korupsi, tidak terjebak pada rutinitas, dapat bekerja cepat, keras dan produktif, berorientasi pada hasil, serta rajin turun ke lapangan.
“Terakhir, semua harus serius dalam bekerja, saya pastikan yang tidak serius bekerja, yang tidak sungguh-sungguh, hati-hati bisa saya copot di tengah jalan,” ungkapnya.
Menilai Kinerja Wishnutama untuk melahirkan kebijakan dalam perang Pariwisata vs Corona, apakah sudah sesuai dengan harapan Presiden Jokowi ketika diawal melantiknya sebagai Menteri? Kalau Tidak, Berarti harus siap-siap mundur dong ya ?