Oleh : Ahmad S N
Direktur RKM Institute

Opini- Sudah lebih setengah abad sejak sang Proklamator Kemerdekaan RI Ir.Soekarno menyampaikan pledoi terhadap bangsa Palestina “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel” adalah suatu jawaban yang akhirnya terpekikkan dijalanan hari ini seperti menyambut memberikan jawaban atas ungkapan Muhammad Ali Taher “Terimalah kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indoneisa” saat tahun-tahun sulit bangsa ini mengalami penjajahan, Negara kecil nan jauh itu menyumbangkan emas-peraknya untuk kemerdekaan bangsa kita.

Sumbangan atas nama kemanusiaan itu terus menerus menjadi utang generasi dan mencari-cari alasan sampai hari ini berusaha ditebus dan dilunaskan segenap bangsa Indoenesia untuk upaya memerdekaan bangsa Palestina dari belenggu penjajahan. Tapi belum juga, belum juga kita bernafas lega, tiba-tiba teriakan dari jalur gaza yang semakin mengerdil itu, bom dijatuhkan, kembali suasana kelabu dan mencekam, mengusahakan kemerdekaan menjadi sebuah perjalanan panjang.

Baru-baru ini media elektronik maupun media cetak tengah ramai membicarakan satu kasus yang kemudian menjadi headline dan editorial hampir semua media  di NTB bahkan sudah meNasional. Tiap portal-portal berita dan jaringan online berlomba-lomba menyuguhkan beberapa berita tersebut dengan gaya mereka masing-masing. Beberapa media tersebut mulai memberikan judul pertanyaan bahkan testimonial. Berita-berita yang bertajuk demi mencerdaskan rakyat dengan cirikhasnya yang aktual dikonsumsi publik yang memang haus dengan informasi.

Entah selalu ada yang melatari media mengungkapkan fakta kedalam berita, tidak bisa dinafikan pastilah selalu ada sedikit bumbu dan bunga kata, karena sejak lama kita telah mengenal bahwa keberadaan media bagaikan pisau bermata dua. Tapi kali ini kita patut berterimakasih,  salah satu tajuk berita disalah satu media lokal yang mengangkat “Ekspor NTB ke Israel Capai Miliaran” telah menggugah rasa kemanusiaan masyarakat NTB bahkan Indoneisa, mahasiswa terutama para aktifis kemanusiaan yang seringkali turun dengan membawa panji-panji Palestina menyuarakan kemerdekaan untuk Negara yang terzolimi sekian abad.

Ada yang meledak, tapi bukan Bom. Seorang kawan  menyadarkanku melalui berita dari Ketua DPRD NTB kembali dalam sebuah berita lokal berkonsep statement “Aneh, Tak Ada Hubungan Diplomasi Tapi Ekspor ke Israel”.

Pernyataan itulah yang serupa menggelayut dalam benak para aktifis perjuangan yang menggenggam semboyan atas nama kemanusiaan diatas segalanya. Tempo hari kami bersepakat untuk turun aksi, semula ber empat orang nekat saja kami turun, rupanya naif kawan. Begitu aksi bubar kami baru saja mendapatkan pelajaran kembali yang begitu sarat berharganya, bahwa pemerintah bisa dengan mudah memberikan klarifikasi 180° yang mengubah jalan cerita suatu peristiwa.  Pemerintah NTB tidak ada kontrak perdangangan dengan Israel kata Pak Kadis.

Tapi selalu ada pertanyaan disaat gembar gembor hasil UMKM NTB menembus pasar internasional, dian-diam ini adalah kebanggaan, namun sejauh mana kebanggan yang menghapus nilai kemanusiaan, lewat jalur manakah rotan dan kerajinan ilalang itu di Ekspor. Kami menggalang kemanusiaan kembali, bersama organisasi kepemudaan kami berteriak lantang dijalanan, simple saja Klarifikasi ke Dinas Perdagangan NTB dahulu dan usut tuntas terakhir oleh klarifikasi Pak Gubernur singkat cerita cita-cita kami yang sederhana di hari ini.

“Pak Kadis jalan ceritanya begini, bukan begitu” adalah jalan orasi kami yang masih minim klarifikasi, mengsawang-ngawang dan menerka berpegang data dari 2 lembar kertas rilis hasil konsolidasi, “Pak Kadis kita adalah negeri yang syariah, tapi sampai hati kita ngEkspor ke Negeri Laknatullah,” polos seorang orator.

Kedatangan Pak Kadis sudah kami tunggu-tunggu, beliau menjawab menguraikan kepada kami para peserta aksi intinya pak kadis sangat bersyukur karena kalau bukan evaluasi dari Pemerintah Pusat terhadap hasil ekspor barang kerajinan NTB bahkan pemprov tidak tahu, karna tidak ada kewenangan kita mengurus ekspor. Kami terbelalak.. Kami menimpal, Siapa yang Mengawasi Pak ? Bapak bisa Intervensi  kan ? sekelumit pertanyaan dan perdebatan kami sampaikan. Kami apresiasi keterbukaan akan ketidaktahuan Pak Kadis, Selembar kertas posisi kami sodorkan, tertuang didalamnya bahwa jangan ada lagi dalam bentuk apapun kita ngEkspor ke Israel laknatullah, dan Pak Kadis bertanggung jawab dalam rangka menolak produk NTB untuk Israel dan menjamin Produk NTB tidak diperjual belikan kepada bangsa penjajah (Israel) tertandatangan.

Keranjang Rotan dan Konflik Kemanusiaan

Bukan semata-mata nilai perdagangan tapi ada legitimasi yang kita berikan terhadap bangsa penjajah atas kegiatan yang kita lakukan. Begitulah yang terjadi jika efek ekspor ini terus dilakukan.

Perjuangan untuk kemerdekaan Palestina menjadi harga mati yang diperjuangan para aktivis kemanusiaan, namun belakang kita ketahui apresiasi dan kebanggan terhadap kerajinan yang berhasil di ekspor ke negeri Israel. Ini bak tamparan keras yang nyata terhadap usaha masyarakat NTB tempo hari.

Tidak bisa dibenarkan karena tertuang dalam Undang-Undang Dasar kita bahwasannya penjajahan diatas bumi harus dihapuskan kepada setiap bangsa karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan keadilan. Legitimasi yang dibawa atas nama ekspor tersebut adalah legitimasi keberadaan penjajahan yang bertentangan atas nama konstitusi.

Konflik kemanusiaan lainnya adalah semangat-semangat para pejuang kemanusiaan tempo hari seperti sudah cacat dan ternodai, tidak ada rasa hormat kita bernegosiasi dagang dengan penjajah, ketika para Syaikh dan para Hafidz dari gaza tempo hari masih meramaikan hari-hari keagamaan kita.     

Kita akhirnya terus bertanya-tanya ?  Berapakah harga kerajinan rotan dan ilalang itu ? hingga kemanusiaan kita bisa tergadaikan, berapalah mungkin harganya ? seorang orator pada aksi hari ini mengungkapkan “Jangan-jangan yang kita jual itu yang jadi senjata mereka untuk mengusir palestina dari tanahnya ?” bagai bom meledak di atas ubun-ubun, siapa yang tau ? siapa mungkin yang tau ?, Kami melanjutkan konvoy ke Gubernuran.

Sikap POL PP dan Pasukan Israel

Israel itu kejam karena mereka membantai, mereka mendaratkan bom, mereka menginvasi dan tmerampas, tanpa klarifikasi terus menerus melukai, tempo hari kami masih ingat cerita Razan Al-Najr seperti dikutip diberita nasional relawan medis Palestina tewas ditembak di dada ketika berusaha menyelamatkan demonstran terluka di Jalur Gaza.

Akan tetapi saya ingin mengajak pembaca lebih dalam melihat bagaimana Nilai-nilai Demokrasi dipraktikkan disalah satu ranahnya ini. Ketika orasi demi orasi tidak berbuah klarifikasi maka tentu adumulut diantara massa dengan aparat keamanan terjadi. Utusan kali ini kita hadapkan kepada tuntutan, tapi alhasil terpercik muka sendiri, bukan otoritas maka tidak terjawab. Tentu saja kami tolak. Kami berharap Gubernur yang datang memberikan jawaban, karena ini isu bersama. Orasi demi orasi tidak kunjung pula menemui, waktu demi waktu akhirnya berlalu, kami akhirnya ingin masuk mencari Pak Gubernur namun dengan lantang dan berkuasa aparat keamanan SatPolPP menunjuk-nunjuk melawan.  

Refrisifitas terjadi terhadap massa aksi, kami berusaha agar refrisitas dinetralkan tetapi kondisi massa yang sudah terpisah karena dikejar aparat membuat instruksi tidak efektif. Kami digeret, di pukul-pukul bak siapa mungkin ? pelipis kanan saya hampir rontok kena hantaman pak Pol PP itu, seorang teman badannya merah-merah, ada yang dikeroyok, di seret,Selanjutnya biarlah pembaca bisa berkata-kata dari vidio yang hari ini telah viral.

Sikap, semuanya ada pada sikap, rasa kemanusiaan lagi-lagi harus dibalas berbuntut refresif bak tentara Israel kepada rakyat di jalur gaza. Menginvasi, merampas, kekerasan adalah sikap anti demokrasi yang hari ini dilancarkan kepada massa aksi yang menuntut atas nama kemanusiaan. Karena segala bentuk kekerasan pada massa aksi yang menyampaikan aspirasi dengan baik-baik tidak bisa dibenarkan dalam alasan apapun. Rupa-rupanya kami bisa menyimpulkan NTB Mengekspor Keranjang Rotan dan Disaat Yang Sama Mengimpor SatPolPP Dari Israel.

Lagi-lagi kami mendapatkan pengalaman yang begitu berharga kembali, Keinginan penguasa memang selalu terlaksana beratus-ratus kali lebih cepat dari keinginan rakyatnya, lihatlah ketika panas hari tadi memburu klarifikasi sampai massa bubar, Bang Zul baru-baru ini telah menyampaikan klarifikasi melalui akun FBnya Bang Zul Zulkieflimansyah “Terima Kasih rekan2 mahasiswa yang sudah mengingatkan untuk kami berhati-hati tapi sekali lagi kami tetaskan nggak ada ekspor langsung produk-produk NTB ke Israel”. (Red/Letter A)