Internasional – Presiden Prancis, Emmanuel Macron menuai kritikan dari berbagai pihak usai mengungkapkan narasi yang dianggap menghina Islam.
Ia menyampaikan sejumlah pernyataan terkait hal tersebut untuk merespons peristiwa pembunuhan seorang guru sejarah bernama Samuel Paty di negaranya .
“Kebebasan, kami merayakannya; kesetaraan, kami menjaminnya; persaudaraan, kami menerapkannya dalam kehidupan. Tidak ada yang bisa membuat kami mundur, kapanpun,” cuit Macron di Twitter beberapa waktu lalu.
Cuitan di Twitter tersebut keluar selang satu minggu insiden pemenggalan. Pelaku pemenggalan sendiri adalah seorang remaja berusia 18 tahun yang merupakan pendatang dari Chechnya.
Pelaku disebut tidak terima karena sang guru menggunakan karikatur Nabi suci umat Muslim, Muhammad sebagai bahan diskusi.
Sumber kepolisian mengungkapkan Paty menerima ancaman setelah membuka diskusi itu.
“Guru itu diancam setelah membuka diskusi ‘untuk berdebat’ tentang kartun (Nabi Muhammad) sekitar 10 hari lalu,” ujar pejabat kepolisian yang namanya tidak disebut karena tidak berwenang untuk membahas investigasi yang sedang berlangsung.
Kejadian pemenggalan kemudian memicu unjuk rasa di Paris yang meminta pemerintah melakukan tindakan tegas. Di sisi lain, sentimen rasial mulai keruh di Prancis.
Dengan beragam peristiwa terjadi setelah kejadian pemenggalan, Macron coba mengambil sikap. Ia menyatakan pemerintahannya akan tetap melanjutkan dan menghormati segala perbedaan di dalam perdamaian.
Ia pun berkata tidak akan membiarkan ujaran kebencian dan tetap mempertahankan budaya debat untuk mempertahankan pendapat.
“Sejarah kami memperlihatkan perjuangan terhadap tirani dan fanatisme. Kami akan melanjutkannya. Kami akan tetap melanjutkan, akan tetap membela harga diri manusia dan nilai-nilai universal,” kata Macron.
Pada Jumat pekan lalu dia mengatakan bahwa Islam adalah agama yang mengalami krisis di seluruh dunia. Berbagai pihak selanjutnya merespons ucapan Macron Pernyataan itu keluar tidak lama setelah dirinya memerintahkan aparat dan menteri-menterinya untuk mengawasi organisasi masyarakat berbasis komunitas Muslim.
Di saat yang sama ia juga menutup sejumlah masjid sebagai imbas dari insiden pemenggalan.
Salah satu yang menanggapi pernyataan Macron yakni Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Dia mengatakan Macron harus memeriksakan kesehatan jiwanya akibat melontarkan pernyataan tersebut.
“Apa masalah individu yang dipanggil Macron dengan Islam dan dengan Muslim? kata Erdogan, “Macron butuh pengobatan mental.”
Lalu ada Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan. Ia menuduh Macron, “menyerang Islam” akibat pernyataan tersebut.
“Ini adalah saat di mana Presiden Macron bisa memberikan sentuhan penyembuhan dan menyangkal ruang bagi para ekstremis daripada menciptakan polarisasi dan marginalisasi lebih lanjut yang pasti mengarah pada radikalisasi,” cuit Khan.
“Sangat disayangkan bahwa dia memilih untuk mendorong Islamofobia dengan menyerang Islam daripada teroris yang melakukan kekerasan, baik itu Muslim, Supremasi Kulit Putih, atau ideologi Nazi,” tambahnya.
Secara terpisah, seperti dilansir Associated Press, kelompok militan Palestina di Jalur Gaza, Hamas, menggelar unjuk rasa menanggapi pernyataan Macron. Mereka menyatakan ucapan itu menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW. (LM)